01 ; New Job

902 54 1
                                    

Seorang gadis muda sedang berjalan menyusuri lorong rumah sakit bersama dua orang bersenjata lengkap, tepatnya rumah sakit jiwa. Dimana yang dirawat disini bukanlah orang gila pada umumnya melainkan para penjahat paling berbahaya di dunia.

Semua Psikiater yang pernah bekerja disana menjuluki tempat itu sebagai neraka, dan labirin tak berujung. Bagaimana tidak? Tiap hari akan ada penjahat baru yang masuk disana, dan kewarasan mereka semua bisa dibilang, tidak lah sehat.

Namanya adalah Marleen Dalton, psikiater muda berumur dua puluh tiga tahun, yang tengah mengabdikan separuh hidupnya untuk pasien di rumah sakit jiwa ARKHAM ASYLUM. Ada rasa gemetar dihati Marleen, ia amat takut sekaligus penasaran akan pasien yang akan ia tangani.

Marleen memasuki sebuah ruang kerja kosong dengan sebuah rak dokumen dan meja kerja disudut ruangan, marleen menghela nafas, setidaknya ini layak untuk ia gunakan saat bekerja. Kesan suram mewarnai ruang kerja barunya.

"Uhuk! Uhuk! Bisa kah kalian -uhuk! Mengantarkan kemoceng padaku? Debu disini sangat mengangguku." Perintah Marleen sambil terbatuk-batuk akibat debu diruang kerjanya.

Salah satu dari mereka mengangguk dan tak banyak bicara, langsung bergegas mengambil barang yang Marleen inginkan.

"Aku tak bisa berlama-lama diruang berdebu seperti itu, atau tidak uhuk! Tenggorokan ku akan lecet." Kata Marleen sambil keluar dari ruangan itu dan memilih berdiri di luar.

Marleen menyenderkan tubuhnya dan menatap keujung lorong.

"Menurut mu, apa pasien pertama ku di sini akan membunuhku?" Tanya Marleen pada salah satu penjaga ARKHAM ASYLUM.

Penjaga yang diketahui bernama Christ itu menoleh,"ku pikir tidak. Tapi kemungkinan iya." Jawabnya sambil memeriksa senjatanya.

"Benarkah?" Tanya Marleen sambil memastikan kalau nyawa nya sedang tidak dalam status bahaya.

"Kau bisa bertanya pada dokter Brianna nantinya, aku tak tau banyak." Sahut Christ acuh.

Marleen mengangguk dan masih menanti alat bersih-bersih dari penjaga tadi. Lima menit kemudian, penjaga tadi kembali dengan membawa kemoceng, dibelakangnya ada seorang wanita dengan jas putih mengikutinya.

"Ini barang yang kau minta dokter." Ucap penjaga sambil menyerahkan kemoceng berwarna merah pudar itu kepada Marleen.

"Terimakasih banyak- Hendrick." Kata Marleen sambil menerima kemoceng tadi, ia sedikit mengeja nama penjaga tadi yang tertera di rompi anti peluru.

"Kau pasti dokter Brianna kan?" Sambut Marleen pada wanita tadi yang tengah tersenyum padanya.

Wanita itu maju selangkah dan mengulurkan tangan,"nama ku Brianna Willbert, kau bisa menanggilku dokter Brianna. Dan ya.., tebakan mu benar. Kau psikiater baru itu kan? Maaf aku tak sempat menyapa mu saat kedatangan mu kemari." Brianna memulas senyum di wajah nya.

"Ah itu tak masalah dokter. Kenalkan, aku Marleen Dalton. Panggil sama Marleen, senang berkenalan dengan mu." Kekeh Marlen dan berjabat tangan dengan Brianna.

"Saat kau sudah membereskan ruangan mu, temui aku di ruanganku. Minta bantuan Hendrick untuk mengantarkan mu kesana." Intruksi Brianna pada Marleen.

"Baiklah, aku akan menemui mu."

Brianna tersenyum dan segera pergi bersama Christ, menyisakan dirinya dan Hendrick. Marleen melihat kearah Hendrick yang diam sambik menatap lurus kedepan.

"Kau tak niat menyapaku atau sekedar ngobrol denganku? Aku orang baru disini." Tanya Marleen sambil mengoyangkan kemoceng ditangannya.

Hendrick menggeleng dan diam.

"Oh mungkin mood mu sedang tak baik. Ya sudah, aku ingin membereskan ruang suram ini." Marleen memutar kedua bola matanya sembari mendengus.

***

Marleen kini berada diruang kerja milik Brianna, disana ia sudah disambut oleh Brianna dengan sebuah dokumen berwarna hijau tua. Brianna adalah kepala dibidang Psikiater, ia memegang seluruh dokumen yang berisi riwayat kejiwaan para pasien rumah sakit jiwa ini.

"Duduklah." Ucap Brianna pada Marleen.

"Baik lah. Sebelumnya aku minta maaf jika aku terlalu lama saat kau minta untuk menuju ruanganmu. Aku perlu merombak ruang kerjaku." Kata Marleen sedikit tak enak karena keterlambatannya.

"Hey, tak usah begitu. Aku memakluminya karena aku pernah di posisi seperti mu." Kata Brianna sambil tersenyum tipis kepada gadis didepannya.

Marleen tertawa kecil sambil memperbaiki anak rambutnya yang terjatuh.

"Aku meminta mu kemari untuk mempelajari pasien yang akan kau tangani." Ucap Brianna sambil menghela nafas dan menyerahkan dokumen hijau tua tadi kepada Marleen.

Dengan kikuk Marleen menerimanya. Saat Marleen bekerja di rumah sakit jiwa biasa, ia tak pernah setakut ini menghadapi orang-orang yang kehilangan akal sehat, namun ini berbeda.

"Ini dokumen milik Jaxon. Penjahat sekaligus pembunuh yang dikenal dengan nama Joker. Entahlah kenapa ia nenjuluki dirinya sebagai Joker. Dia tertangkap dua minggu lalu di pusat kota saat hendak melarikan diri dari kejaran manusia kelelawar."

"Batman."

"Yup, benar sekali. Joker awalnya ditahan di penjara namun mereka mengirim Joker kemari karena menurut mereka kejiwaan pria itu terganggu. Joker ditahan pada ruang District lima blok A1, ruangan paling jauh dan terisolasi agar tak menimbulkan kekacauan. Kami sudah mengirim setidaknya empat psikiater untuk menangani kejiwaan Joker yang bisa dibilang tapi-" Brianna membuka kacamata minusnya dan kembali melihat Marleen yang sedang membaca riwayat Joker pada dokumen itu.

"Mereka semua berakhir tragis ditangan Joker. Padahal, kami sudah memasangkan baju pasien khusus agar dirinya tak melukai siapapun bahkan orang lain. Hanya kau lah satu-satunya harapan kami." Ucap Brianna final pada Marleen.

Hati Marleen bergetar membaca riwayat kejahatan yang Joker lakukan, ini sangatlah tak berperi-kemanusiaan bagi nya. Rasa takut sekaligus penasaran Marleen bertambah, ia menerka-nerka bagaimana Joker saat bertemu drngannya. Profil wajah Jokerpun tak ditampilkan, nampak di sengaja.

"A-akan ku tangani sebaik mungkin. Aku sudah berpengalaman dalam merawat kejiwaan seseorang." Kata Marleen sambil menutup dokumen tadi dengan sedikit tergesa.

Brianna tersenyum tipis.

"Baiklah, kalau begitu, kau bisa menemuinya besok. Sekarang kau boleh beristirahat."

"Dan ingat satu hal, jangan sampai kau terbujuk rayu oleh cerita rekaan Joker, dia pandai mempengaruhi pikiran seseorang. Akan ku kirim padamu dokumen cadangan milik Joker besok pagi."

"Baik. Terimakasih sudah mengingatkan ku, dokter." Kata Marleen sebelum keluar dari ruangan Brianna.

Setelahnya, marleen keluar dari ruangan itu seorang diri. Pikirannya melayang entah kemana. Ia penasaran sekaligus takut untuk mengobati kejiwaan Joker yang di cap sebagai penjahat sekaligus sakit jiwa. Marleen menepis semua pikirannya yang menganggu dan segera mengemas barangnya untuk kembali ke wisma khusus dokter di rumah sakit itu.

Atau mungkin disebut para markas penyembuh, di barat daya gedung itu, disana lah gedung tempat Marleen beristirahat.

"Baik Joker, bersikap baiklah padaku karena aku tak mau aku berakhir konyol ditanganmu." Gumam Marleen pelan.

×××××××××××××

Fallin' To YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang