Liese mulai sadar, memejamkan matanya beberapa kali hingga pandangannya jelas. Yang ia lihat saat ini adalah sebuah pintu kayu yang kokoh dan kedua tangan maupun kakinya tidak bisa digerakkan.
Ketika ia melihat keadaannya sendiri, ia sudah diikat dengan gelang berantai dan menempel pada dinding. Mencoba untuk melepaskan dirinya dari belenggu tersebut, tetapi belenggu tersebut telah diterapkan dengan sihir penangkal.
Yang ia ingat terakhir kalinya adalah ketika makan malam bersama Adiknya, Liese merasa pusing sehingga ia tertidur tanpa disadarinya. Yang terakhir dilihatnya adalah senyuman kecil dari Adiknya, tidak ... itu adalah senyuman kepuasan yang menyenangkan.
“Di mana aku ... ”
Pikirnya seraya melihat sekeliling, hanya terdapat empat batu bercahaya di sudut dinding dan terdapat berbagai alat penyiksaan di atas meja sudut kanan ruangan.
Liese menelan ludahnya, akal sehatnya menyuruhnya untuk tetap tenang dan mencari jalan keluarnya. Ketika ia berpikir dengan sedikit harapan, terdengar suara langkah kaki yang tengah menuju ruangan ini.
Pintu kayu berlapis besi yang kokoh, sedikit demi sedikit terbuka perlahan. Terdapat Kepala Pelayan dari Keluarga Forded datang bersama dengan Adiknya, ia terkejut akan perbuatan mereka berdua yang menjebaknya.
“Selamat pagi Kak, tidurmu nyenyak?”
Tanya Adiknya yang memiliki perawakan sama dengannya, ia berusia sebelas tahun dan rambutnya bergelombang pendek. Menghampiri Kakaknya yang terbelenggu, ia pun tersenyum bahagia di hadapannya.
Tetapi, senyuman yang ia tunjukkan perlahan-lahan berubah menjadi senyuman yang merendahkan orang lain dan memandang orang lain layaknya seonggok sampah.
“Apa yang kalian berdua lakukan padaku!?”
Liese geram dengan perbuatan mereka berdua. Adiknya mundur lalu menyerahkan sisanya kepada Kepala Pelayan, ia pun pergi dari tempat ini seraya melambaikan tangannya.
“Apa maksudnya ini!?”
“Tenanglah Putri Liese, meskipun kau berteriak pun itu tidak akan berguna. Mulai hari ini, Adikmu akan menjadi penerus dari Keluarga Forded.”
Jelas Kepala Pelayan yang mengenakan pakaian formal layaknya pelayan laki-laki. Liese terdiam mendengar kata-katanya, ia mulai bingung dengan keadaan yang secara tiba-tiba ia alami.
“Aku diminta oleh Adikmu untuk membunuhmu secara perlahan. Yah ... sebentar lagi akan tiba orang yang akan menyiksamu perlahan-lahan.”
Ucap Kepala Pelayan secara dingin seraya melihat-lihat alat penyiksaan yang sudah dipersiapkan sebelumnya. Ia pun menghampiri Liese yang tidak bisa bergerak sama sekali, ia mendekatkan mulutnya ke telinga sebelah kanan Liese.
“Akulah yang mengusulkan agar Adikmu menjadi pewaris sah selanjutnya. Jika Putri Liese menghilang ataupun meninggal, maka otomatis Adikmu yang akan menjadi pewaris selanjutnya. Dan aku sendiri yang akan bertindak di balik layar, Adikmu sungguh bodoh dapat kuperdaya dengan mudahnya.”
Setelah mengatakan itu, Liese merasa terpukul akan orang yang ia percayai yaitu Adiknya dan Kepala Pelayan yang sudah lama mengabdi kepada Keluarga Forded.
“Tubuhmu mungkin masih dapat digunakan. Mungkin saja ... aku dapat menjualmu menjadi budak, Putri Liese.”
Kepala Pelayan itu menjilat pipi Liese yang sangat jijik akan tindakan Kepala Pelayan yang sudah mengkhianatinya. Ketika Kepala Pelayan itu berniat untuk menyentuh dada Liese, terdapat seorang laki-laki yang datang ke ruangan ini dan mengaku bahwa dia adalah penyiksa yang handal.

KAMU SEDANG MEMBACA
The Cursed One: Companion
FantasyPemuda yang dipanggil oleh Raja Iblis untuk memenuhi ambisinya yang pupus. Pemuda yang menerima ambisinya, diberi perintah untuk membawa kekacauan dan menghancurkan para Pahlawan. Dunia permulaan yang baru baginya, namun kehidupan yang ia miliki tid...