4. Kota Morez

180 21 8
                                    

Sore hari, Rindou bersama dengan pedagang yang mengantarkannya sampai di depan gerbang Kota Morez. Seperti biasa, terdapat pengecekan bagi setiap orang yang ingin memasuki Kota Morez.

Setelah cukup lama mengantri, kini giliran Rindou dan ia dicek seluruh tubuhnya seraya memperlihatkan barang bawaannya. Setelah selesai, ia diminta untuk membayar biaya masuk dengan harga tiga keping koin perunggu.

Mata uang di dunia ini memiliki nama Tyis, Rindou mengeluarkan satu keping koin perak dan kembaliannya tidak perlu. Ketika ia disuruh untuk masuk, ia diberhentikan terlebih dahulu untuk membuka kerudung dari jubah hitam lusuh yang ia dapatkan dari pedagang yang sebelumnya.

Penjaga yang menghadangnya mengulurkan tangannya dengan niat membuka kerudung Rindou. Tetapi, Rindou menahan tangannya seraya menatap tajam sang penjaga.

Karena ia tidak ingin ada masalah lagi, Rindou membungkam sang penjaga dengan membayar lagi satu keping koin perak. Manusia yang serakah dan setelah diberi uang pastinya akan diam dan menurut, Rindou menggunakan keuntungan ini sehingga ia dapat masuk dengan mudah.

Berjalan di jalan utama dengan langit yang sudah berwarna jingga kemerahan. Rindou merasakan tubuhnya sudah kembali normal, maka ia membuka kerudung yang menutupi kepalanya lalu mencari penginapan terlebih dahulu untuk istirahat.

Di setiap gang kecil, terdapat manusia yang memiliki niat buruk dan Rindou juga salah satu yang menjadi targetnya. Tanpa berlama-lama, ia memasuki sebuah penginapan yang ada di dekatnya.

Suasana tempat ini cukup sepi dan hanya ada lima orang yang tengah berkumpul terbagi menjadi dua kelompok. Rindou disambut oleh seorang perempuan yang merupakan pelayan di penginapan ini, terdapat tiga orang yang mengelola penginapan ini.

   “Selamat Sore, apakah anda ingin menginap?”

Tanya pelayan tersebut, Rindou menganggukkan kepala lalu memberinya satu keping koin emas. Akan tetapi, reaksi dari pelayan yang menyambutnya mulai salah tingkah laku terburu-buru pergi ke belakang.

Komunikasi antara pemilik penginapan yang tidak lain adalah orang tuanya sendiri pun sampai terkaget karena jarang sekali ada tamu yang mengeluarkan uang sebanyak itu hanya untuk menginap.

Bagi Rindou tidak masalah, karena uang yang ia dapatkan juga berasal dari penyerangan Desa sebelumnya.

Pelayan perempuan itu kembali seraya menunjukkan senyuman yang dipaksakan.

   “Ahh ... orang tuanya pasti menyuruhnya untuk melayaniku dengan baik.”

Pikir Rindou, ia diantar ke ruangan miliknya yang ada di lantai dua. Setelah kunci kamar ia terima, Rindou menyuruh agar sang pelayan hanya datang ke ruangannya ketika waktu makan saja dan sisanya ia tidak boleh menganggunya dengan alasan pekerjaan.

Setelah pelayan itu pergi, Rindou segera menutup pintu lalu menguncinya. Ia pergi menuju kasur lalu melepaskan jubah serta mantel yang ia kenakan. Di bagian dinding terdapat sebuah batu yang bercahaya ketika perlahan-lahan waktu malam tiba.

Rindou melepas pakaiannya, ia mulai turun lalu merubah posisinya menjadi posisi push up. Seperti biasa, Rindou akan melakukan latihan fisik ketika ada waktu luang.

   “Push up 200, Sit up 200, Squat jump 200, Plank 30 detik. Seharusnya ini sudah cukup.”

* * * * *

*Tok-tok

   “Permisi, makan malam sudah siap. Jika anda berkenan, silahkan turun ke lantai bawah untuk menikmatinya.”

Tidak ada jawaban sama sekali, Rindou baru saja menyelesaikan latihan fisiknya sehingga ia cukup lelah dan suasana di kamarnya ini cukup pengap akan suhu tubuh panas yang dikeluarkannya.

The Cursed One: CompanionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang