Para Assassin yang mengincarnya telah terbunuh, kini Rindou hanya dapat bersembunyi di balik pohon seraya membiarkan tubuhnya yang terluka akan luka dari belati dan pedang sembuh perlahan-lahan.
Rindou mengintip, ia melihat monster berukuran besar itu berjalan menjauhinya dan ia merasa terdapat di suatu penghalang yang membuatnya terisolasi dengan dunia luar. Jika dari luar penghalang, yang terlihat hanyalah hutan biasa namun dari dalam penghalang terlihat monster berukuran besar yang terselimuti oleh rambut tebal berwarna putih.
Ia segera berlari seraya mempersiapkan cakarnya yang telah terlapisi oleh sihir bertekanan tinggi. Ia tidak pernah memakai teknik ini sebelumnya, karena dapat memotong tubuh manusia hanya dengan tersentuh lapisan cakarnya yang berwarna biru keputihan akan cahaya dari sihirnya.
Rindou melompat dari atas batang pohon menuju samping monster yang berjalan dengan santainya. Ia mengayunkan kedua tangannya dengan serangan menyilang, Rindou terkejut karena serangannya tidak mempan sama sekali.
Terdapat suara bising dari samping kanannya, ia langsung mengangkat kedua tangannya untuk bertahan lalu terhempas akan tembakan peluru udara dengan kuat sampai-sampai menabrak pohon. Ia mengalami luka kejut dan perlahan-lahan turun seraya menahan rasa sakit punggung yang terbentur keras.
“Rambutnya terlapisi sihir ... seranganku tidak akan mempan.”
Setelah memikirkan beberapa hal, tubuh Rindou kembali menjadi semula dan ia mengalami beberapa luka sayatan karena beberapa ranting pohon ketika ia terhempas menyayatnya.
Rindou menutup kedua matanya berharap monster itu pergi, lagipula ia juga tahu monster itu tidak mengincarnya dan sepertinya hanya numpang lewat dengan penghalang yang dibuat olehnya. Seraya lukanya perlahan-lahan sembuh meskipun sangat lambat, monster yang tadi cukup jauh darinya.
Namun ...
“Rindou!?”
Liese berteriak dari kejauhan di samping kiri posisi Rindou saat ini. Ia berlari hanya dengan tujuan mencapai Rindou yang terluka dan bersandar pada pohon, Rindou hanya bisa diam karena tubuhnya masih belum dapat penuh sepenuhnya.
Sesampainya dengan napas berat, Liese langsung merangkul tubuh Rindou lalu memeriksa luka yang dia peroleh. Dia terkejut karena luka sayat yang diterima Rindou perlahan-lahan menutup dan pendarahannya sudah berhenti.
“Apa yang terjadi denganmu!?”
Liese sangat khawatir dengan kondisi Rindou, ia mencoba memikirkan berbagai cara agar Rindou dapat pulih. Namun ... Rindou memegang tangan kanannya yang membuat semua hal yang dipikirkan olehnya menghilang begitu saja, termasuk dengan rasa khawatirnya.
“Liese ... bawa aku ke tempat di mana kita istirahat, kita harus segera pergi dari sini.”
“Ba-baiklah!”
Liese membantu Rindou berdiri lalu menuntunnya berjalan menuju tempat istirahat sebelumnya. Ia juga terkejut, tangan Rindou yang sebelumnya terpotong kini menyatu kembali dan apa yang ia lihat sebelumnya seperti mimpi saja.
“Rindou ... tanganmu ... ”
“Harvod tiba-tiba datang setelah sinyal dariku, dia bertarung melawan monster berukuran besar.”
“Tuan Werewolf!? Jadi getaran tanah yang tadi itu disebabkan oleh monster tadi?”
“Ya, kita harus kembali ke kota sebelum malam.”
Selama Liese menuntun Rindou, mereka berdua merasa terlepas dari sesuatu dan secara reflek menoleh ke belakang. Monster yang seharusnya ada dengan ukuran besar, kini hilang karena mereka berdua terlepas dari penghalang sihir.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Cursed One: Companion
FantasyPemuda yang dipanggil oleh Raja Iblis untuk memenuhi ambisinya yang pupus. Pemuda yang menerima ambisinya, diberi perintah untuk membawa kekacauan dan menghancurkan para Pahlawan. Dunia permulaan yang baru baginya, namun kehidupan yang ia miliki tid...