15

2.8K 102 4
                                    

Deni sampai di villa malam harinya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Deni sampai di villa malam harinya. Dia langsung masuk dan menuju kamar mereka. Pintu kamarnya dikunci. Deni tersenyum. Dia kemudian menuju ruang kerjanya dan membuka pintu rahasia dari ruangannya itu.

Dia berjalan menatap Ani yang tidur menyamping. Cara tidurnya mulai serampangan. Gaun tidurnya naik hingga ke paha menampilkan paha mulus di keremangan kamar.

Deni kemudian masuk ke kamar mandi dan membersihkan dirinya.

Tadi sebelum ke villa, dia hendak mengunjungi Nenden di rumahnya, namun dia tak menemui Nenden di rumahnya tersebut. Anak-anaknya telah kembali berkuliah di luar negeri. Dia bernafas lega bahwa dengan demikian maka saat ini dia tidak memiliki halangan apapun dan sementara tak lagi punya kewajiban untuk mengunjungi anak-anaknya. Mereka tahu bahwa minggu kemarin dirinya ada di Kalimantan untuk menyelesaikan masalah disana. Dan mereka menganggap dirinya memang selama ini berada di Kalimantan.

Setelah mandi bersih, dia keluar menghampiri pujaan hatinya dan kembali menatapnya. Tubuh Ani sekarang lebih ramping, perutnya tak lagi bulat seperti sebelumnya. Deni kemudian naik ke ranjangnya dan memeluk Ani. Menikmati harumnya tubuh Ani sambil memeluknya. Dirinya telah kembali pulang.

***

Ani seperti biasa bangun pagi dan merasakan bahwa dirinya didekap penuh oleh seseorang. Dari harum baunya dia telah mengenal. Deni telah pulang. Tak ingin membangunkan Deni yang terlelap begitu pulas, perlahan Ani masuk ke kamar mandi. Dia mencari pakaian dalamnya yang di jatah oleh bi Ani. Bila ditanya mengapa, selalu dibilang bahwa dirinya hanya mengikuti perintah Tuan Deni.

Pernah sekali dirinya nekat menggunakan kembali celana dalam dan bh nya untuk tidur. Namun rasanya tak enak. Sehingga dirinya kembali mandi dan melepaskan dalamannya untuk kemudian di cuci.

Tapi sekarang berbeda. Sekarang Deni sudah pulang. Dia harus mencari kemana dalamannya diletakan. Perlahan dia keluar kamar menuju ke samping bangunan. Dia telah mengamati bahwa tempat itu adalah tempat menginap bagi bi Asih dan pembantu-pembantu villa ini. Pembantu selain bi Asih ada 4 orang, yaitu seorang tukang masak, dua orang tukang bersih-bersih dan seorang yang mencuci bajunya dan merangkap mengurus pekarangan villa. Sambil mengendap-endap, dia kemudian masuk ke bilik cuci. Beberapa kali dia mencoba untuk membuka ruangan ini. Namun selalu dikunci. Namun pagi ini ruangan terbuka, mungkin bi Inah sedang membersihkan halaman dan menyangka dirinya masih terlelap.

Segera dia masuk ke ruang cuci. Dia mencari tumpukan pakaian dalam yang biasa diberikan di pagi harinya. Matanya melihat bahwa pakaian kerjanya masih ada ditumpukan pakaian. Ani bersemangat menggunakan kembali pakaiannya sendiri. Dia ambil pakaiannya lengkap dengan pakaian dalamnya dan juga mengambil beberapa pakaian dalam baru yang rupanya berjumlah cukup banyak untuk dapat disembunyikan dikamarnya. Dengan mengambil beberapa pakaian dalamnya, tentu tak akan ketahuan mengingat jumlah nya cukup banyak. Dia tak ingin menyulitkan bi Inah.

Tak disangka Deni terbangun saat Ani menutup pintu. Dia segera meraih ipadnya dan mencari di layarnya. Dia melihat Ani masuk ke salah satu ruangan pembantunya dan cukup lama dia ada disana. Sekitar 5 menit kemudian, Ani keluar sambil memeluk sesuatu. Dia menzoom gambarnya, dan geram saat tau apa yang dipeluk oleh Ani.

Dia keluar dan kemudian menunggu Ani di ruang tengah. Saat Ani masuk, dia kaget dan menatap Deni yang diam sambil memandangnya marah. Terlihat bi Inah bergetar sambil berlutut di sudut ruangan. Wajahnya terlihat merah bekas menerima kemarahan Deni.

Deni berjalan mendekati Ani. Ani mundur selangkah demi selangkah sambil memandangi Deni. Deni kemudian merebut pakaian yang ada di pelukan Ani kemudian bergegas membawanya ke bagian belakang villa.

"Kembalikan pakaian ku Den...." Jeritnya.

Deni tak mengindahkannya. Disana dia membakar pakaian kerja Ani berikut pakaian dalamnya. Ani mengejar dan menangis. "Jangan Den... kembalikan pakaian ku. Jangan dibakar!!!" Dia memohon agar pakaiannya dapat dikembalikan. Namun kemudian pakaian yang dibakar dibawa Deni menuju pinggir tebing dan dibuangnya.

"Ahhhhh..... kenapa Den? Kenapa kamu melakukan itu ke aku. Huhuhu... " Ani berteriak. Deni tak perduli.

Awalnya dia akan memperlakukan Ani dengan kasih. Dia ingin menjerat Ani dengan cintanya. Melihat Ani masih berusaha untuk kembali ke Pram, membuatnya berang. Dia pun menarik tangan Ani dan membawanya ke kamar.

Masuk ke kamar, dia mengunci pintu kamar dan menghempaskan tubuh Ani ke tempat tidur. Setelahnya dia menarik wajah Ani dan menciumnya buas. Ani memberontak mendapatkan perlakukan itu. Namun Deni bukan Pram nya yang lembut. Deni menggenggam wajah Ani dan tak melepaskan pagutannya di bibir Ani. Tangan kirinya segera menjelajah ke dada Ani. Ani terus memberontak.

Tubuhnya menahan tubuh Ani dan kemudian tangan kiri yang sebelumnya bergerilya di dada Ani berganti menahan kedua tangan Ani di atas kepala. Perlahan tangannya yang lain membuka laci samping dan meraih dasi. Tanpa melepaskan pagutannya di bibir Ani, dia kemudian mengikat tangan Ani kemudian disangkutkan di besi atas ranjangnya. Praktis hanya tubuh Ani yang menggelepar-gelepar dibawahnya. Tangannya sudah tak bisa memukul dan mencakarnya lagi.

Dia melepas pagutannya dan merobek daster satin Ani. Ani sudah mandi namun belum memakai pakaian dalam karena memang belum diantarkan. Sehingga setelah dasternya disobek, otomatis tinggal tubuh telanjang Ani yang terpampang. Sudah setiap hari Deni memandangi tubuh itu. Baik langsung maupun dari layarnya. Namun hasrat untuk menikmati tubuh ini tak dapat dibendung lagi.

Setiap malam dia berusaha mengenyahkan pikiran kotor untuk menerkam tubuh Ani. Seperti dalam rencananya, Ani akan dinikmati. Hanya sebenarnya ia berharap tidak dengan cara seperti ini. Dirinya seperti pemerkosa. Namun apa boleh buat. Hasratnya sudah tak terbendung lagi.

Deni mengangkat tangannya menyentuh dada Ani. Tangan kanannya menuju bawah perut untuk menggoda. Dia ingin Ani tak terlalu kesakitan saat nanti dirinya menyetubuhi Ani. Saat tangan kirinya menyentuh dada Ani, tak dinyana Ani menutup matanya dan mendesah. Tubuhnya melemas. Mata Deni terbuka. Kemudian tangan kanan yang sebelumnya menuju lembah Ani diarahkannya lagi ke dada kiri Ani. Perlahan tangannya menyentuh dada kiri Ani. Ani masih mendesah. Perlahan dia melepaskan pegangannya di tangan kirinya. Ani kemudian mulai membuka matanya dan memandanginya. "Jangan Den... kamu mau apa?"

Kembali tangan kirinya di arahkan ke dada kanan Ani. Menyentuh pentilnya yang menantang indah. "Ahhh... Den... jangan disitu... tolong!" Ani kembali mendesah sambil memejamkan matanya. Mata Deni kemudian tersenyum. Dia kemudian mengarahkan bibirnya ke dada kanan Ani. "Jangan Den.... Lepasshh...." Rintih Ani. Dahinya mengkerut menahan gairah. Deni terus melahap dada kanan Ani, sambil tangannya yang lain mengelusi dan mencubit gemas dada satunya.

Tubuhnya kemudian diarahkan ke kanan. Tanpa melepas pagutannya di dada kanan, jemarinya menuju lembah kenikmatan Ani. Lembahnya sudah basah dan siap untuk dimasuki. Namun melihat Ani merintih, membuatnya senang. Tangan kirinya kembali menggantikan sentuhannya setelah dia mendengar Ani mendesah melepaskan orgasmenya. Dia mengangkat wajahnya untuk memperhatikan wajah Ani yang terpuaskan. Tangan kanannya tetap menyentuh daging kecil diantara paha Ani. Dia menggoda dan ingin membuatnya kembali orgasme. Orgasme kembali menyerang Ani tak lama dari yang pertama.

Ani telah lemas dan pasrah. Dirinya tak lagi memberontak. Deni kemudian memposisikan dirinya untuk mencintai Ani. Perlahan tubuhnya masuk ke lipatan paha Ani. "Hhhhh.... Den.... Jangan!" Ani mulai meronta. Deni kemudian segera memagut data kanan Ani dan tak lama Ani kembali pasrah. Dia merintih. "Sakit Den... jangan begini.. tolong. Aku mohon." Rintihnya perlahan.

Sesaat Deni mendiamkan kepala penisnya yang sudah masuk ke lubang vagina Ani. Perlahan dia mendorong penisnya untuk semakin dalam hingga sepenuhnya masuk. Ani merintih dan sedikit memberontak. "ssttttthhhh..... tahan ya sayang. Sebentar..."

Dahi Ani masih meringis menahan perih. Tubuhnya serasa terbelah. Padahal dia sudah bersuami dan tak seharusnya rasanya seperti ini. Rasa ini sama seperti saat pertama jari Pram masuk ke lubangnya. Perih dan pedas.

Perlahan setelah tubuh Ani lebih tenang, Deni mulai menggerakan pinggulnya. Kemudian memaju mundurkan batangnya didalam milik Ani. "Ahhhh.... Rasanya sempit. Milikku rasanya dijepit dengan kuat hingga tak tahan rasanya." Hanya dengan tiga tarikan, Deni orgasme mengeluarkannya di dalam. Ani adalah miliknya. Dia tak takut untuk menghamili Ani. Akan sangat bahagia bila dari hubungan ini, dia memperoleh anak dari kekasihnya.

First ObsessionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang