16

2.7K 95 0
                                    

Deni kemudian melepas penisnya, dan berguling. Dia memeluk tubuh Ani yang masih bergetar selepas permainannya. Perlahan tangannya melepaskan ikatan ditangan Ani. Tak lama Ani kemudian menangis. Bahunya bergetar. Perlahan Deni mengusap bahu Ani dan membalikan sehingga wajah Ani dapat ditempelkan di dadanya. Dibiarkannya Ani menangis di dadanya.

Setelah agak tenang, Deni berucap. "Mengapa dulu kamu memandang jijik kepada ku?"

Mata Ani kemudian terbuka. "Kapan?" tanyanya dalam hati. Dia memandang Deni dan kemudian menatap matanya. Akhirnya dia mengerti. "Dulu aku malu ketemu kamu. Sepertinya  aku suka sama kamu. Terus kamu ingat temen yang namanya Rika?" Deni menggeleng. "Dia juga suka sama kamu. Kamu selalu dekat dengan ku. Aku merasa ga enak dengan Rika, jadi aku berusaha menjauhi kamu."

Deni mendesah... mengingat masa SDnya. Dia memang selalu berada didekat Ani. Menjaganya. Tak dinyana bahwa hal itu yang menyebabkan mereka berpisah. Tapi dia juga marah, semudah itu Ani membuangnya dan melupakan dirinya.

"Mengapa kami menculik dan menyekapku disini?" tanya Ani kemudian.

Deni memutar tubuhnya kemudian terlentang. Dia memandang langit-langit kamarnya sambil sebelah tangannya dijadikan bantal oleh Ani. "Aku mencintaimu sejak dulu. Aku tak dapat melupakan dirimu. Menikahlah dengan ku."

Mata Ani membesar, dia berputar menghadap Deni. "Kamu ga salah? Di SMP bukannya kamu punya pacar? Kamu acuh dan selalu menganggapku tak ada. Kamu gila ya?" serunya

Ani ingin bangkit, namun tubuhnya kembali ditahan Deni. Kepalanya kembali berada di lengan atas Deni. Sambil mengelus rambut Ani, Deni menghela napas. "Seandainya bisa, aku juga tak ingin ini terjadi. Tapi kamu ga pernah pergi dari kepalaku. Jadi salahmu dan kamu harus tanggung jawah dengan menjadi wanitaku."

Lengan Ani memukul dada Deni pelan. "Kamu gila!!!!" ucapnya sambil cemberut "Memangnya aku yang suruh kamu ingat-ingat terus. Kepala kamu tuh yang bermasalah!"

Deni kemudian terkekeh.

"Kamu sudah bukan perawan kan?" lanjutnya.

Pipi Ani bersemu merah. Sambil cemberut dia bilang "Bukan lah... kamu pikir anakku keluar dari kuping?"

"Ha ha ha...." Deni tertawa. "Tadi rasanya sakit?"

"Hmmm...." kata Ani sambil menganggukkan kepalanya.

"Kok bisa?"

"Mana aku tau. Barang kamu kali yang gede banget" sahut Ani sambil mengarahkannya ke bawah perut Deni.

"Ha ha ha...." Deni tertawa berderai mendengar dan kemudian memperhatikan Ani yang terbelalak melihat miliknya.

"Kamu gede banget! Ehhh... kok jadi keras lagi... ihhhh aku ga mau ah..."

"Kamu harus tanggung jawab!" kata Deni sambil bersiap mengambil posisi.

"Den... ampun Den.. jangan lagi. Itu ku masih sakit. Ihh Deniii!!!!"

"Kamu harus tanggung jawab!" sahut Deni sambil kemudian memasukkan kembali miliknya ke dalam milik Ani.

Milik Ani masih kering karena memang mereka belum melakukan pemanasan. Akibatnya Ani menjerit kesakitan saat penis Deni memaksa masuk ke lubangnya.

"Ahhhh.... Den..." Ani menahan sakit. Dia merasa bahwa Deni adalah pria yang suka melihat wanita menjerit kesakitan akibat perilakunya. Dia menahan agar tidak terlalu banyak merintih.

Deni menyadari hal itu, oleh karenanya, dia kemudian menggenjot dengan kasar hingga kemudian Ani kembali terisak, dan rintihannya kembali terdengar. Setelah rintihan Ani mulai terdengar, Deni menurunkan tempo permainannya. Bila tadi dia hanya mampu bertahan tiga kocokan, maka kali ini, dia ingin memuaskan dirinya dengan mencintai Ani sepenuhnya.

Kini dia menyetubuhi Ani dengan perlahan. Dengan lembut kembali dia memuja tubuh Ani. Bibirnya tak lepas mencium bibir Ani dan kemudian memanjakan leher dan dadanya. Saat ini, dada kanan Ani merupakan favoritnya. Karena dada kanan Ani dapat membuat Ani menerimanya dengan pasrah. Dada kanan Ani juga dapat membuat Ani cepat basah dan mencapai orgasmenya. Dia telah membuktikan bahwa dada ini adalah kelemahan bagi Ani.

Tak lama dia mencapai kepuasannya. Dia orgasme dengan sangat panjang dan menyembur membasahi rahim Ani. Dia berguling sambil memeluk tubuh Ani. "Terima kasih sayang!" ujarnya.

Kemudian dia memandang Ani yang rupanya tertidur setelah lelah melayaninya. Deni pun tak lama ikut tertidur sambil saling berpelukan.

First ObsessionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang