55

2.9K 62 5
                                    

Kini mereka hidup tenang di Singapura. Setelah rekonsiliasi yang berakhir dengan semakin perkasanya Deni yang membuat Ani tak dapat berjalan selama dua minggu (akibat digempur setiap malam), akhirnya mereka memutuskan untuk tinggal sementara di rumah mereka di Singapura. Deni telah membelikan sebuah rumah baru di Sentosa Cove.

Dengan pertimbangan udara yang bersih dan dekat dengan anak-anaknya, Deni kemudian memindahkan kantor pusat dan server ke pusat kota Singapore. Secara teratur dirinya kini harus berangkat ke kantor dan biasanya ditemani oleh Ani.

Ani yang sudah hamil 4 bulan sangat manja kepada Deni. Tentunya Deni senang dengan kemanjaan Ani. Setiap keinginan Ani, selalu diturutinya. Memang memerlukan usaha yang extra, tapi itu upayanya dalam mencintai istri dan anaknya.

"Den... " Deni yang sedang bersiap ke kantor memandang tubuh istrinya yang semakin lama semakin menggairahkan. Dadanya yang sudah besar, semakin ranum. Apalagi kini istrinya terbaring di tempat tidur dengan pose yang menggairahkan. Tubuh telanjangnya hanya ditutupi dengan sehelai kain putih tipis yang samar-samar mencetak bentuk tubuhnya yang indah. Bahunya yang telanjang mengintip dari kain itu dan menampakkan bekas kecupannya di tubuh Ani.

Hari ini tak ada hal yang penting, hanya pertemuan rutin dengan pengurus perusahaannya. Ani tahu bahwa pertemuan ini bisa diwakilkan oleh Randy.

"Den... aku mau mandi. Mandiin ya... " katanya menggoda. Dia kemudian mengangkat tangannya hingga kain yang menutup dadanya turun dan memperlihatkan kepolosannya.

Deni terkekeh dan kembali menghampiri ranjangnya. "Semalam belum puas ya.. hari ini kamu mulai nakal lagi. Aku sengaja ke kantor supaya kamu bisa istirahat. Kalau aku dirumah, yang ada hanya mainin kamu aja."

Ani kemudian bangkit, duduk menggapai pipi Deni. Dia mengelus sayang pipi itu. Gerakannya memang disengaja untuk menggoda Deni. Dan benar, mata Deni tak dapat lepas dari pemandangan indah dihadapannya. Tangannya terulur menyentuh dada Ani.

"eit... nanti dulu. Aku mau kamu mandiin aku dulu. Maunya mandi. Man-di! Bukan main yang lain ya Papa... Anak kamu pingin mamanya dimandiin nih..." Kata Ani manja.

Deni tersenyum dan mengacak rambut Ani. "Ya sudah. Ayo... jangan salahin ya kalau kamu ga bisa jalan!" Kata Deni senang.

"Gendong dong... ih.. aku ga mau kaya gini." Kata Ani menolak rangkuman tangan Deni yang hendak membopongnya ala bridal style. "Kamu buka baju kamu dulu. Semua... tinggalin dalemannya aja!" tuntutnya. Deni menurutinya. Kemudian Ani bergelayut di leher Deni dan kemudian melingkatkan kakinya. Sentuhan itu mengalirkan listrik ditubuh Deni. Ani mengerti hal itu, dia pun tersenyum nakal.

"Man-di ya papa... bukan mainin mama." Kata Ani merajuk merasakan milik Deni yang mulai mengeras.

Deni segera membawa Ani ke kamar mandi. Dia mendudukan dengan lembut tubuh Ani di pinggir wastafel. "Kamu mau berendam atau di shower sayang?" Ani menunjuk tub yang besar. Deni kemudian mengatur dan mengisi tub dan kembali menghampiri Ani.

"Kita tunggu ya sayangnya papa..." katanya sambil membelai lembut perut Ani. Awalnya dia minta disamakan agar dipanggil daddy. Tapi Ani ngeyel supaya selama anaknya diperut, dia akan memanggil Papa kepadanya. Namun tentunya setelah lahir nanti panggilannya akan berubah. Deni kuatir dirinya ga nengok kalo dipanggil papa.

Deni menahan napasnya ketika saat dirinya membelai perut Ani, paha Ani yang merapat kemudian perlahan dibuka, menampilkan kemaluan yang berwarna pink yang sangat menggairahkan. "Papa... mandiin mama. Man-di.. bukan yang lain." Kata Ani keras.

Deni menatap mata Ani. Ada pancaran menggoda dibalik kata-katanya yang serius. "Mama kamu nakal, nak... Tapi papa janji akan mandiin mama kamu nanti." Katanya didepan perut Ani. Tanpa jeda, tangan Deni memerangkap paha Ani dan menariknya ke pinggir. Paha itu kemudian dipeluknya dan kemudian wajahnya diturunkan sambil memandang wajah kaget Ani. Tak menyangka perilakunya dibalas Deni dengan cara lain. Ani mulai menarik mundur pantatnya.

Deni yang telah mengantisipasi gerakan Ani kemudian mendorong bahu Ani hingga akhirnya Ani terbaring dan selangkangannya kini menghadap ke atas. Sambil menunduk, Deni kemudian kembali mengecup kemaluan Ani dan merangkum paha Ani ketat.

"Ahhh Den.. jangan Den.. ampun. Aku ga nakal lagi."

Deni melepaskan jilatannya, dan menatap Ani. "Tapi aku suka sayang. Boleh aku jilat ya.. please..."

"engga! Aku ga mau."

"Katanya mau nurut sama suami." Kata Deni perlahan. Perlahan pemberontakan Ani melemah dan akhirnya dia membiarkan dirinya dijilati. Ani hanya akan merintih dengan keras yang membangkitkan hasratnya.

Beberapa bulan ini dia bisa menikmati kemaluan Ani dengan cara yang sama. Memang dirinya sangat menyukai rasa kemaluan Ani, jadi bukan bermaksud untuk menyiksa Ani. setelahnya Ani akan menikmati miliknya juga sambil menunggu kemaluan Ani kering. Kemudian dia baru memasukkan miliknya yang telah tegang ke lubang setengah kering milik Ani.

Kali ini dia ingin rasa berbeda di kemaluan ini. Dia melepas pagutannya, kemudian keluar kamar dan mengambil selai stoberry yang berbentuk botol. Dia kembali dan kemudian menumpahkan selai itu di milik Ani. Kemudian segera dia melahap selai stoberry dan menghisap milih Ani. Ani menjerit merasakan sensasi baru dikemaluannya. Selai pilihan mereka tak lembut, masih berbetuk buah kecil-kecil, membuatnya harus menggigit kecil dan mengunyahnya. Akibatnya Ani merintih dan memberontak. Deni harus kembali merangkum paha Ani untuk mencegah dirinya terjatuh dari wastafel.

"Sudah Den... sudah.. aku tak tahan." Deni mengangkat wajahnya sambil menjilati strawberry yang tertinggal di bibirnya, kemudian bibirnya mengecup bibir Ani.

Melihat tub sudah terisi, dia kemudian bangkit, membopong dan mendudukkan Ani di dalamnya. Kemudian dia menyusul. Ani yang masih terengah-engah akibat serangannya hanya menuruti tuntunan Deni. Deni kemudian menarik dan mengangkat tubuh Ani dan menyusup hingga posisi mereka kini adalah Ani duduk dipangku Deni. Tak lama, Deni memposisikan miliknya, dan menempatkan milik Ani agar miliknya dapat masuk ke liang senggama Ani.

Ani menjerit lagi namun Deni kini memompa tubuh Ani hingga cukup lama. Akhirnya Ani membalikan tubuhnya dan kemudian mencium bibir Deni. Tak lama, mereka melepaskan hasrat dengan panjang dan puas.

"Terima kasih sayang... sudah kembali padaku, dan mau menerima ku kembali." Kecupan Deni di pipi mengakhiri permainan mereka.

" Kecupan Deni di pipi mengakhiri permainan mereka

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ani remaja (SMA)

First ObsessionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang