31

1.4K 55 0
                                    

Keesokan paginya, Ani dan Deni sudah siap untuk berangkat menggunakan pesawat pribadinya. Mereka bergegas ke Halim dan menuju Kalimantan Timur.

Sesampainya disana, mereka disambut oleh pengemudi yang telah dikenal Deni. Deni memang bersikap praktis dan tak menyukai penyambutan berlebihan disetiap perjalanan bisnisnya. Dia menekankan bahwa kinerja dan profesionalisme dalam bekerja harus diutamakan. Olehkarenanya, dia lebih menghargai karyawannya yang melakukan tugasnya daripada harus menyempatkan diri untuk menjemputnya.

Sesampainya di Kilang, Ani menemaninya. Jangan dikira bahwa Ani menggunakan dress dan sepatunya yang mahal untuk datang ke proyek ini. Pagi tadi, dia melihat Deni tersenyum geli melihatnya mengenakan celana jeans yang dipadukan dengan atasan batik longgar yang praktis digunakan. Batik bukan dibelinya di butik mahal, dia membeli batik itu di Kris Galery yang sedang obral. Dia membeli beberapa atasan yang obral dan juga beberapa celana jeans yang juga sedang didiscount. Rupanya naluri pelit Ani masih tersisa didirinya. Sebagai alas kaki, dia mengenakan sepatu lari yang nyaman digunakan. Dulu, dia lebih banyak menghabiskan uangnya untuk membelikan keperluan untuk anak-anaknya. Ren sangat suka mengkoleksi sepatu dan Didi sangat suka membeli peralatan olah raga. Untuk dirinya, tak pernah membeli barang yang mahal. Bahkan sepatu olah raganya, menggunakan sepatu bekas milik Ren yang sudah tak muat lagi di kakinya. Namun karena Ren jauh di Singapore, maka dia akhirnya membeli sepasang sepatu yang sesuai dengan seleranya.

Pengemudi membawa mereka ke site dimana para pekerja masih mengawasi proses pengerjaan pemasangan alat. Deni kemudian bergabung dan kemudian turut mengawasi proses tersebut. Bahkan Deni menambahkan hal-hal yang perlu lebih diperhatikan dari proses tersebut. Pemasangan alat berhasil setelah beberapa jam. Selama itu, Ani memperhatikan mereka dari jauh. Udara yang panas membuatnya kemudian kembali ke mobil yang terparkir dekat dengan lokasi.

Selesai pemasangan yang melelahkan, Deni teringat pada isterinya. Dia memandang sekitar mencari keberadaan istrinya tersebut. Melihat bahwa mesin mobil menyala dikejauhan, dia kemudian berjalan mendekati mobil.

Ani yang sedang memperhatikan ponselnya mengangkat wajahnya dan tersenyum. Deni kemudian bergabung dan meminta pengemudi mengarahkan ke kantor sementara yang dibangun. Ani mengeluarkan saputangannya dan menyeka keringat Deni.

Sesampainya mereka di kantor, dinginnya penyejuk ruangan menerpa berbanding kebalik dengan udara yang panas di site. Deni segera menuju ke kamar mandi untuk membersihkan tangannya yang kotor ketika di proyek. Kemudian dia menuntun Ani masuk disambut dengan para insinyur yang mengerjakan proyek itu. Deni memperkenalkan Ani sebagai istrinya dan dengan anggun, Ani menganggukan kepala sambil tersenyum ramah. Setelah memperkenalkan Ani, Deni membawanya ke ruangannya. Ruangannya dibuat khusus yang merupakan bagian dari kantor dibangun agak dibelakang. Selain berisi meja kerja, dan terhubung dengan kamar tidur minimalis yang dilengkapi dengan TV kabel serta kamar mandi.

"Kamu istirahat disini ya sayang. Aku mau meninjau proyekku dulu." Sahut Deni.

"Oke... nanti kalau aku bosan, aku boleh berjalan-jalan ya..."

"Kamu kabari aku bila mau jalan ya" sahut Deni sambil berjalan ke meja kerjanya.

"Tapi disini ga ada sinyal." Sahut Ani sambil sedikit berteriak. Dia telah mencoba menggunakan ponselnya untuk menghubungi anak-anaknya di Singapore.

Deni kembali menghampiri Ani sambil membawa walkie talkie ditangannya. Dia kemudian mengutak-atik alat tersebut kemudian menyerahkannya. "Kamu bisa mencari dan bicara denganku dengan menggunakan ini, tinggal tekan sambil bicara. Oke!" sahutnya sambil mengacak rambut Ani. "Handphone kamu mana?" Ani menyerahkan ponselnya. Deni kemudian menghubungkan ponsel Ani dengan wifi kantornya. "Kamu bisa pakai internet disini. Hanya bisa untuk chating, kamu ga bisa pakai untuk telepon. Sudah di blok. Oke sayang, kamu bisa tidur-tiduran, nonton tv, kalau kamu lapar, di sudut itu ada lemari es yang sudah dilengkapi dengan cemilan yang kamu suka. Nanti malam aku kembali. Kita makan malam diluar."

First ObsessionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang