22

2.1K 76 0
                                    

Telah dua minggu berlalu, kini Ani telah pulih. Tubuhnya yang dulu gendut telah berubah menjadi langsing. Rupanya mereka melakukan  prosedur untuk mengecilkan lambung Ani sehingga makanan yang dimakan dibatasi penyerapannya. Dengan cara demikian, maka persentase tubuh Ani kembali gemuk dapat dikurangi. Ani akan mudah kenyang dan dari makanan yang dimakan pun, hanya setengahnya yang akan diserap tubuh menjadi kalori.

Ani telah bersiap untuk keluar rumah sakit. Deni yang senantiasa mendampingi, sedang menunggu Ani keluar dari kamar mandi. Tak lama Ani pun keluar...

"Buahhhaaaahaaaahaaaa......" Deni tertawa berusaha menahan tawanya namun tak tahan dan dia terbahak-bahak melihat Ani kembali. Dengan tubuh langsingnya, Ani terlihat lucu mengenakan pakaiannya yang kedodoran. Mereka tak mempersiapkan pakaian pengganti apabila Ani keluar rumah sakit, sehingga saat ini Ani yang menahan celana panjangnya yang selalu merosot terlihat lucu. Selama hidupnya, Deni tak pernah tertawa sekeras ini. Tak menyangka bahwa dirinya dapat tertawa keras. Dia bahkan sudah lupa kapan dia tertawa dengan keras sebelumnya. 

Melihat Ani cemberut, Deni kemudian mendekatinya dan memeluknya.

"Maaf sayang.... Habis kamu lucu banget pake baju kedodoran kaya gini. Kamu pinjem baju siapa sih?"

Bukannya menjawab, Ani malah semakin memajukan bibirnya. Gemas Deni kemudian mengecup bibir Ani dan merangkumnya dalam pelukannya.

"Ya udah! Ayo aku sudah membuat janji dengan butik temanku untuk mengganti semua pakaianmu. Kamu ingin memilih sendiri pakaianmu kan, sayang." Deni merayu.

"Ga tau ah.... " sahut Ani masih merajuk. "Tapi bagaimana nih... aku ga bisa keluar. Celanaku melorot terus."

"Coba kamu lepasin celana panjang kamu." Kemudian Deni melangkah mengambil leging yang sebelumnya digunakan Ani di rumah sakit, kemudian menyuruhnya menggunakannya. "nah!!! Beres kan?" lanjutnya. Ani tersenyum kemudian mengecup pipi Deni untuk berterima kasih, kemudian mereka melangkah keluar rumah sakit.

***

Setelah seharian mereka berada di butik, mereka pulang ke rumah yang disewa Deni di kawasan Gyeonggi-do. Ani yang sebelumnya belum terlalu mengenal Deni kemudian bertanya, "Rumah siapa ini Den?"

Deni tersenyum tanpa menjawab. Kemudian dia menggandeng tangan Ani yang telah mengenakan cincin di jari kirinya untuk memperlihatkan kamar utama. Rupanya Deni sudah rindu dengan tubuh Ani.

Setibanya di depan kamar mereka, Deni langsung mencium bibir Ani. Ani pun menerima bibir Deni dengan tak kalah rindunya. Namun saat tangan Deni mulai menjalar ke tubuhnya, Ani menahannya. "Den... sementara kita ga bisa begituan deh... aku sekarang kembali virgin..." sahutnya malu-malu.

Mata Deni menyorot tajam. "Aku kan tidak menyetujui mereka untuk mengembalikan keperawanan kamu. Siapa yang memerintahkan operasi tesebut? Apa kamu yang meminta?" katanya berang.

"Iya.... Aku yang mengijinkan dan aku yang meminta. Memangnya kenapa?" sahut Ani sambil bertolak pinggang.

"Aku belum menyetujuinya. Mengapa kamu melakukan hal itu?"

"Kata Dokter, kamu setuju melakukan operasi demi pernikahan kita. Kamu bilang aku sudah bercerai. Jadi begitu ada kesempatan buat aku untuk kasih yang terbaik buat kamu memangnya kenapa? Kamu ga setuju? Ya udah lakukanlah. Toh itu juga hadiah pernikahan aku untuk kamu"

"Ani..... kamu ngerti ga sih!!! Kalau kamu operasi itu, kamu akan mengalami kesakitan lagi dimalam pertama. Aku ga suka kamu sakit. Aku ingin menikmati kamu seperti biasa.... Sama-sama nikmat! Aku nikmat dan kamu juga. Kalau seperti ini, hanya aku yang akan menikmatinya, dan kamu akan kesakitan."

"Walah... aku tau kok kalo kamu suka jika aku merintih. Ya kan???"

"Iya... aku suka. Memangnya kamu pikir dengan kamu operasi itu, kemudian kamu tidak akan merintih dibawahku. Jangan harap!" kata Deni sambil berjalan mendekati Ani.

"E..e...eh... tunggu! Yang itu kan aku bilang untuk hadiah pernikahan kita. Jadi kamu jauh-jauh deh dari aku" sahut Ani sambil perlahan mundur. Ani mundur saat Deni terus maju mendekatinya dengan tatapan tajamnya. Perlahan akhirnya Ani mendekati ranjang kemudian kaget, saat dirinya mundur menuju ranjang. "Ihhh... ntar dia pikir aku menggodanya lagi."

Deni tersenyum tipis membaca raut wajah Ani yang kebingungan. "Kamu Cuma menggoda aku kan sayang.... Ga akan ku ampuni ya... " Sahutnya sambil tersenyum sinis.

"Ihhh amit-amit. Kamu pergi sana! Jangan dekat-dekat.... Ihhhhh Deni!" tak habis Ani berkata, Deni menarik Ani untuk menempelkan tubuhnya ke dada Deni. "Aku mau lihat, apakah dokter menuruti perintah yang ku katakan, atau mereka mereparasi seluruh tubuhmu."

"Memang kenapa?"

"Aku meminta mereka untuk tidak menyentuh payudaramu. Aku sudah suka dengan bentuknya jadi tak perlu direparasi. Sisanya aku serahkan kepada mereka."Sambil kemudian Deni mulai membuka kancing depan terusan Ani.

"Deen.... Ih kamu nakal." Tapi dia membiarkan Deni melucuti dadanya. Kemudian terpampang dada telanjang Ani. Deni kemudian mengamatinya dan kemudian mengulurkan tangannya untuk menyentuh dada telanjang Ani. Saat tangan kirinya menyentuh dada kanan Ani, seperti biasa, Ani kemudian merintih dan menahan tangan Deni. Matanya protes atas keintiman yang Deni lakukan. Deni kemudian mendekatkan bibirnya ke bibir Ani dan menciumnya lembut. Dia tau bahwa Ani tak menolak sentuhannya.

Mereka berciuman agak lama kemudian bibir Deni perlahan turun ke leher dan kemudian kembali menggoda dada kanan Ani. Ani mendesah menikmati sentuhan Deni. Perlahan mereka berbaring di ranjang dan Deni dengan buas menghisap puting dada Ani. Ani merintih tak tahan dengan godaan itu, hingga tak lama ia orgasme. Deni kemudian menjauhkan kasar bibirnya dari dada Ani.

"Huaahhhh.... Awas kamu Ani. Setelah kita menikah nanti, akan ku siksa menggantikan siksaan yang kamu lakukan kepadaku sekarang. Kamu tak akan bisa jalan selama kamu membuatku puasa. Besok kita akan menikah di pulau Jeju! Kita ga jadi ke Las Vegas."

Awalnya, Deni merencanakan agar mereka dapat menikah di Las Vegas. Tempat dimana pernikahan dapat dilakukan dengan universal tanpa mengindahkan suku, agama, status dan sebagainya. Namun saat ini, akibat keputusan Ani, membuatnya harus lebih cepat menghalalkan pernikahan mereka. Dia memiliki beberapa teman yang juga telah mengalami pernihakan di pulau Jeju dengan cara yang sama dengan di Las Vegas. Mereka hanya cukup mengisi formulir dan menunjukan paspor mereka. Sayangnya, mereka kemudian tak bisa menikah dengan cara internasional.

"Ayo kita bertaruh! Bila kamu menang, aku akan menyerah dengan keinginanmu untuk menahanku di tempat tidur setelah kita menikah nanti. Bila kamu kalah, kita ga ke Las Vegas tapi akan jalan-jalan ke Disney Land di Paris."

"Kenapa ke Disney. Ga ada pilihan lain?"

"Ga ada pokoknya! Aku mau ke Disneyland Paris." Sahut Ani memberengut. "Aku ingin belanja suvenirnya." Ujar Ani melanjutkan. "Syaratnya adalah bila kamu bisa menahan diri hingga kita menikah, maka aku anggap kalau aku kalah. Tapi kalau kamu ga tahan dan mengambil keperawananku sebelum kita menikah, kamu kalah dan harus menuruti permintaanku. Ditambah untuk seterusnya kita melakukannya sehari satu ronde saja di malam hari. Gimana???" Kata Ani nakal.

Deni kemudian berpikir. Rencana mulai tersusun dikepalanya. "Oke...!!! Kamu yang janji ya.. jangan ingkar! Kalau ingkar, hukumannya 2 kali lipat dari janjimu." Kemudian Deni mengangguk dan mengecup bibir Ani, dan meninggalkannya setelah mengelus rambut Ani dengan sayang.

Ani tersenyum melihat Deni. "Itu stempelperjanjiannya ya... aku anggap kamu setuju." 

First ObsessionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang