39

1.2K 40 0
                                    

Seperti biasa, setelah pelepasan yang melegakan, mereka kemudian berbaring dengan posisi kepada Ani diletakan di dada Deni. Deni mengusap sayang kepala Ani. Ani yang nafasnya masih memburu mulai dapat kembali berpikir. Dirinya masih ingin menaklukan Deni.

Setelah dirinya tenang, Ani kemudian mengusap dada Deni. "Den... nanti anak-anak kamu datang jam berapa?" Deni tersentak melihat jam. Tak terasa, sudah 3 jam mereka bergumul di sofa. Namun godaan jari Ani yang mengusap putingnya, perlahan menaikan libidonya.

"Jam 5. Tapi aku sudah meminta supir untuk menjemput mereka. Sebentar aku telepon mereka." Deni kemudian bangkit sebentar meraih ponselnya yang tergeletak di meja. Ani masih menempel di dada Deni. Perlahan, bibirnya mengecupi dada Deni dan tangannya memilin putting Deni. Deni melirik tajam Ani yang dibalasnya dengan cengiran nakal.

"Mr. Hamid, could you please to pick up my doughter and sons at the airport. They will coming at 5 PM. Than send them to my villa. Than inform them and also Ren dan Didi to get ready and meet us for dinner at Seafire."

Sepanjang percakapan Deni, tangan lentik Ani telah merambah ke bagian kejantanan Deni. Bibirnya tak lagi diam dan mengecup dada Deni. Dada dan kejantanan yang diserang Ani membuat tatapan Deni semakin menajam kemudian terpejam merasakan kenikmatannya. Segera Deni menutup percakapan dan kemudian dirinya menggeram dan bangkit. Tangannya segera meraup tubuh Ani dan membawanya ke kamar mereka. Ani terkikik melihat Deni yang garang. Dirinya tak takut karena Deni tak mungkin marah kepadanya.

"Kamu itu ya... hari ini sungguh nakal. Coba apa jadinya bila aku mendesah di telepon tadi!"

"Tapi kamu suka kan???" jawab Ani manja.

Langkah Deni yang menuju tempat tidur kemudian terhenti. Langkahnya kemudian berbelok ke kamar mandi mereka. "Ehhhh.... Kok kesini sih Den..." Ani memandang Deni kuatir. Pasti Deni berniat menguasainya lagi. Berlawanan dengan maksud Ani yang ingin menyiksa Deni, maka Deni kini tersenyum manis memandang mata Ani.

Perlahan Deni mendudukkan Ani di pinggir bathtub dan kemudian menyalakan air yang mengisi bathtub jacussi mereka yang luas. Jaccusi itu memang didesign untuk bercinta. Bahkan dulu di iklannya, 5 orang sekaligus dapat bermain di jacussi itu. Karena iklan itu, Deni membeli dan memasangnya di apartmentnya ini.

Setelah menyalakan air, Deni kemudian kembali mendekati Ani. Tangannya menyibak kedua paha Ani dan membuatnya mengangkang menghadapnya. "Den... kamu mau apa?" Deni berlutut dan kemudian kembali menahan paha Ani yang hendak menutup kembali. Tanpa jeda, Deni kemudian kembali menguasai milik Ani dan menjilatnya dengan rakus. Tentunya Ani memberontak. "Jangan Den... aku ga mau lagi.."

"ini hukuman buat kamu yang nakal." Desis Deni sambil tersenyum. Tanpa melepas paha Ani yang dipaksanya, Deni kembali menjilati milik Ani. Saat ini posisi Ani duduk mengakang lebar di pinggir akibat tangan Deni yang memaksanya duduk dipinggir tub itu.

Tubuh Ani melengkung kebelakang merasakan siksaan nikmat itu. Dia merintih dan mendesah dengan keras. Ditambah di kamar mandi membuat suara semakin terdengar lirih. Tangan Ani berusaha melepas kungkungan tangan Deni yang memegangnya keras. Rintihan dan desahannya semakin meningkatkan aliran darah Deni. Kejantanannya telah meregang penuh dan mulai berdenyut akibat suara rintihan Ani. Deni memang sangat bernafsu bila mendengar rintihan wanita, terutama Ani. Suara rintihan membuatnya perkasa. Biasanya dia akan melakukan penyatuan dengan kasar. Namun pada Ani, dirinya tak sanggup melakukan hal itu.

Perlahan Deni melepaskan Ani setelah mendengar istrinya itu terisak. Ani telah orgasme dan rupanya sudah takluk kepadanya. Kemudian dia melepaskan paha Ani dan memintanya bangun. Dia membalik tubuh Ani dan kemudian memposisikan Ani untuk menungging. Ani berpegangan pada dinding dan tak lama, Deni kembali memasukinya. Ani tak keberatan dengan posisi ini. Baginya selama Deni tak menjilati miliknya, dia tak terlalu masalah. Namun saat ini, akibat orgasme sebelumnya, membuat kakinya masih gemetar. Dirinya tak dapat menopang dirinya. Akibatnya Deni merengkuh perut Ani dan membuat penyatuannya semakin dalam.

"Ahh..ahh... Ani kamu begitu nikmat." Deni mendesah sambil menopang tubuh Ani yang lemas. "uhhh.. ehhh.. hhh..." hanya suara desahan yang dapat di lenguhkan oleh Ani. Tak lama, Deni tak tahan dan kemudian menyemburkan spermanya ke rahim Ani. Ani yang masih lemas, kemudian direngkuhnya bersama-sama masuk ke dalam bathtub yang telah terisi. Ani diposisikan berada di atasnya, bokong seksi Ani sekali lagi menyentuh kejantanannya. Tak ada maksud sedikitpun dari Ani untuk menggoda Deni. Justru Deni yang sengaja memposisikan bokong itu menyentuh kejantanannya. Serta merta, milik Deni kembali berdiri dengan gagah dan kemudian kembali memasuki milik Ani yang mengangkang diatasnya.

Ani mendesah tak karuan dengan penyatuan bertubi-tubi Deni. Dulu saat pertama kali mereka ke apartment ini, Deni pun menyerangnya tanpa ampun. Namun posisi yang dilakukan tak seperti ini. Dan masih ada jeda antara satu dengan yang lainnya. Deni pernah mengatakan bahwa dirinya cukup kuat diranjang. Namun ini tak dapat dikatakan cukup. Suaminya itu rupanya memiliki stamina dan libido yang sangat kuat. Di usia kepala 4, Deni masih segar dan kuat melakukan hubungan berkali-kali tanpa jeda. Tanpa obat apapun. Dia tak terbayang dulunya saat Deni masih muda. Namun Ani segera menepis pemikiran itu dari kepalanya. Membayangkan Deni bergumul dengan Nenden membuat dirinya kesal namun membuat juga tenaganya kembali dan kemudian memutar dan mengambil alih posisi menggenjot milik Deni.

Ani telah menghadap ke Deni dan kemudian meraup bibir Deni. Dia mengecup sambil tubuhnya naik turun memijat milik Deni. Tangannya tak tinggal diam. Tangannya menggoda dada Deni dan merangkum kepala Deni memperdalam ciumannnya. Serangan yang tak dinyana ini, membuat tak lama kemudian Deni menyerah dan melepas spermanya lagi masuk ke rahim Ani. Tak melepas tautannya, Ani tetap mengecup, menyerang, menghisap bibir Deni. Tangannya memeluk kepada Deni dan mencumbunya di dalam air. Bibirnya kemudian turun mengecupi leher Deni. Tak tahan, Ani kemudian bangkit dan menggeser pegangan agar air dapat surut. Ani memaksa Deni untuk berdiri dan kemudian mereka melangkah menuju shower.

Ani menarik Deni untuk berdiri dibawah shower. Kemudian perlahan dia menyabuni tubuh Deni. Deni diam menikmati pelayanan Ani. Ani menyisir dan mengusap seluruh tubuhnya. Usapannya cukup lama berdiam di dada dan kemudian turun ke kejantanan yang kembali berdiri. Merasakan hasrat yang mulai naik, Deni kemudian menekan tubuh Ani. Merasakan hal itu, sebelah tangan Ani kembali memeluk tengkuk Deni dan mencium bibir Deni. Sebelah tangannya tak lepas menyabuni dan mengelusi kejantanan Deni yang tegak berdiri. Akhirnya Ani berhasil dan kemudian mendesak tubuh Deni agar menyender di dinding kamar mandi. Deni sudah tak tahan dengan usapan di kejantanannya. Dia menggeram. Mendengar geraman Deni, Ani melepas sentuhannya di kejantanan Deni. Membuat Deni semakin meremas bahu Ani. Tersenyum kemudian Ani merangkulkan kedua tangannya di tengkuk Deni, hingga geraman Deni menghilang tertelah ciumannya.

Perlahan Ani turun menciumi leher, dan kemudian dada, perut dan kemudian wajahnya kini telah menghadap kejantanan Deni yang tegak berdiri. Air entah kapan telah mati. Perlahan Ani mengelus kejantanan itu, dan kemudian perlahan meremasnya. Bibir mungilnya kemudian meraup dan mengecup kejantanan Deni. Kembali Deni mengerang. Bibir Ani mencium, menjilat, mengecup dan menggoda kejantanan Deni. Bibir itu pula berusaha memasukkan kepala penis Deni kedalam mulutnya. Deni merasakan dirinya meledak dan kakinya perlahan mulai bergetar menahan nikmat. Ani terus memasukkan dan menjilati kejantanannya sambil jarinya tak lepas mengelus, mengurut dan meraba seluruh permukaan kejantanan Deni. Tangan Ani kemudian beralih ke bokong Deni merasakan bahwa Deni hendak melepaskan dirinya. Hal itu membuat mulutnya semakin dalam menghisap milik Deni. Namun Deni masih bertahan.

Dia tak ingin berbuat kasar kepada Ani. Namun semakin lama, dirinya sudah tak tahan lagi. Dia kemudian menegakkan tubuhnya dan kemudian mengangkat tubuh Ani dan menggendongnya ke tempat tidur. Serta merta dia melebarkan paha Ani dan kemudian menghujamkan miliknya yang sudah berkedut dan menyemburkan spermanya ke dalam milik Ani. Sperma yang dikeluarkan sangat banyak mengingat dia nyaris menahan selama setengah jam pelepasannya itu. Semburan sperma sangat terasa menembak di lubang Ani.

Setelah pelepasan, Deni berguling disamping tubuh Ani. Dan memeluk tubuh itu dari samping. Ani yang masih kaget dengan hal yang dilakukan kemudian merintih. Miliknya terasa sakit dipaksa menerima milik Deni tanpa pemanasan ditambah dengan hujaman tergesa yang disertai semburan yang kuat dalam miliknya, menyisakan rasa ngilu dan pedih. Namun dia puas telah membuat Deni akhirnya takluk di depannya.

First ObsessionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang