donghyuck berdiri di depan apartemen yang dia sewa dengan uang kiriman orangtuanya dari jeju. di belakang donghyuck ada mark yang tengah memperhatikan sekitar, tidak ada tanda-tanda kalau pemuda yang memiliki marga yang sama dengannya itu untuk pamit pulang.
dalam hati donghyuck mengutuk debaran keras dalam dadanya. bisa dibilang baru satu hari dia mengenal mark, dan dengan mudahnya dia mulai menaruh hati pada yang lebih tua. tapi... memangnya siapa yang tidak jatuh dengan mudah atas semua sikap gentle yang mark tunjukan? belum lagi wajah tampan dan postur tubuhnya yang proporsional!
hah! terlepas dari apa yang terjadi semalam, dan fakta kalau dirinya telah kehilangan bagian paling penting yang harus ia jaga. donghyuck benar-benar beruntung karena marklah orangnya.
"errr..." pintu apartemen donghyuck terbuka, dia menoleh ke belakang memandang mark yang kini mengalihkan atensi padanya. "kau mau mampir?" tanya donghyuck ragu. sedikit banyak berharap mark menjawab tidak meski sudut kecil dalam hatinya ingin menahan yang lebih tua untuk tetap tinggal.
"jika kau tidak keberatan." mark menjawab dengan sopan dan memberinya senyuman hangat. donghyuck tidak dapat mencegah, hatinya meleleh begitu saja. mark benar-benar membuat donghyuck seolah memenangkan hadiah lotre terbesar.
"kalau begitu... silahkan." mark masuk lebih dulu. donghyuck mengikutinya di belakang dengan pelan.
"apa kau masih membutuhkan bantuanku?" tanya mark. donghyuck mengangkat tangannya memberi gestur penolakan secara halus. "kau duduk saja di sofa. aku ingin membuat teh, kau mau? atau kopi?"
"katakan saja dimana kau menyimpan gula dan teh. biar aku yang membuatkannya untukmu." mark menahan pundak yang lebih muda. donghyuck bersemu di bawah tatapan intens mark.
"hah?"
mark mendorong bahu donghyuck dengan pelan dari belakang. membiarkan yang lebih muda duduk di sofa dalam ruangan itu. setelah itu berjalan menuju dapur yang terlihat dari ruangan di mana donghyuck duduk.
dari belakang sini donghyuck dapat melihat punggung mark yang berbalut jaket kulit tengah membuka kabinet tempatnya menaruh persediaan makanan kering, entah itu pasta, oatmeal, makanan kaleng atau berbagai jenis bumbu lainnya. mark menoleh, menatapnya dari dapur dengan sebelah alis terangkat.
"kau menyimpan banyak sekali persediaan makanan."donghyuck merona. "aku suka memasak."
lalu mark terkekeh, "sementara aku, menggoreng telur saja tidak becus."
"aku bisa memasakkanmu..." dengan suara lirih donghyuck menimpali, saat bola mata bulatnya menatap ke depan mark tengah tersenyum lembut padanya.
"kau taruh di mana teh dan gulamu?" mark tidak membahasnya lebih jauh, dia mengalihkan topik pembicaraan begitu saja.
"di lemari sebelahnya. yang pintunya kaca."
mark mengangguk. dia mulai membuat teh sementara donghyuck memeriksa notifikasi ponselnya. saat mark kembali dari dapur dan membawa dua mug dengan asap yang masih mengepul di atasnya, donghyuck menyimpan ponselnya ke atas meja.
KAMU SEDANG MEMBACA
baby | markhyuck vers. ✔
Fanfictioni love him with all my heart. 💌 markhyuck [remake from baby-chensung]