5

72.7K 6.4K 1.2K
                                    

mark sedang duduk di sofa dengan donghyuck di sampingnya. televisi menyala, yang lebih muda sibuk memakan biskuit sambil menonton drama yang tayang sementara yang lebih tua menatap kosong ke depan. kedua sikunya disimpan di atas lutut dengan telapak tangan yang saling bertaut untuk menumpu dagu.

donghyuck melirik mark dari ekor matanya. mark terlihat serius sekali. setelah memesan makanan, mark tidak mengatakan apapun lagi. jujur donghyuck jadi takut. takut kalau diamnya mark itu karena marah. bagaimanapun donghyuck baru menyadari ada tiga belas panggilan tak terjawab dan beberapa pesan yang menanyakan keadaannya dari mark saat mengecek ponselnya tadi.

meletakan toples biskuitnya. donghyuck yang menunduk sambil memilin ujung kaos oversize yang dipakai memutar tubuhnya menyamping, menatap mark yang mulai sadar kalau diperhatikan. wajah mark tidak berubah membuat donghyuck semakin gugup.

"mark, a--apa kau marah?" tanyanya pelan.

mark tersenyum tipis, sayang donghyuck tidak melihatnya karena pemuda jeju itu menunduk tanpa berani membalas tatapan mark. bisa donghyuck rasakan usapan lembut di atas kepalanya.

"apa aku menakutimu?" mark balik bertanya dengan lembut. donghyuck mengangguk ragu. tangan kecilnya menarik ujung kaosnya sebagai pelampiasan rasa gugup.

"aku hanya sedang memikirkan sesuatu..." mark mendekat, mengistirahatkan kepalanya di pundak donghyuck. napas donghyuck tercekat, jantungnya langsung merespon dengan debaran kencang.

"memikirkan apa?" cicit donghyuck yang wajahnya sudah merah bukan main. mark sepertinya suka sekali membuat donghyuck berdebar, dia memeluk donghyuck dengan erat dan tanpa aba-aba memindahkan yang lebih muda untuk duduk di atas pangkuannya.

"mark!" donghyuck memekik, mencengkeram pundak yang lebih tua. tidak tahu apakah wajahnya bisa lebih merah dari sekarang. mark mengangkat wajahnya. menatap wajah menggemaskan donghyuck yang posisinya kini lebih tinggi darinya.

"kau manis saat memerah." mark tersenyum lagi. kali ini telapak tangannya membelai wajah donghyuck dengan lembut. napas donghyuck terengah, bibirnya setengah terbuka dan fokusnya mulai terpecah belah karena sentuhan mark.

"kau memikirkan apa?" meski ragu pada awalnya, donghyuck berhasil meletakan telapak tangannya yang gemetaran untuk menangkup pipi tirus mark.

mata mark terpejam, menikmati usapan yang donghyuck berikan.

"tadi pagi..." mark menjeda. matanya kembali terbuka untuk mengunci tatapan donghyuck. "kenapa kau bisa berangkat dengan--taeyong hyung?" tanya mark dengan intonasi yang melemah di akhir kalimatnya.

"dia hanya menawarkan tumpangan dan mengajakku sarapan bersama. kupikir dia belum tahu." kata donghyuck yang mulai merasa nyaman berada di atas pangkuan mark, sudah tidak segugup tadi. "tapi karena aku sudah sangat kenyang, aku memberikan--tidak memberikan juga sih. intinya seonho meminta makanan yang taeyong hyung berikan padaku sebelumnya. katanya dia buru-buru sampai tidak sempat sarapan karena lucas ada kelas pagi."

mata mark menggelap. kedua tangannya menekan pundak donghyuck. yang lebih muda meringis dan menggigit bibir bawahnya dengan gugup. tanpa mengucapkan kata lagi, setelah satu helaan napas yang panjang, dia menurunkan donghyuck. mark buru-buru mengeluarkan ponsel yang dia simpan di saku celananya untuk menghubungi lucas.

mark berdecak, kesal karena temannya tidak mengangkat telepon darinya. sementara itu donghyuck memandang mark dengan raut takut bercampur bingung. mark menggeram, melarikan jari-jarinya yang panjang untuk menyisir helaian rambutnya ke belakang. diakhiri tarikan di puncak kepalanya yang mana mampu membuat donghyuck meringis.

"tadi lucas mengatakan padaku kalau seonho keracunan." mark membuka mulut.

"ke--keracunan?" donghyuck tergugu. menatap mark dengan raut terkejut.

baby | markhyuck vers. ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang