setelah sampai di bandara, mark dan donghyuck masih perlu melanjutkan perjalanan dengan mengendarai taksi selama lima belas menit menuju rumah yang lebih muda. telapak tangan mark terasa dingin dan lembab saat donghyuck menautkan jemarinya di sela-sela jari yang lebih tua. atensi mark teralih pada pemuda manis yang tengah tersenyum padanya. mark ikut tersenyum dan ketika taksi yang mereka tumpangi sampai di tujuan, sebuah rumah sederhana dengan cat biru dan pekarangan yang dipenuhi tanaman hias, baru mark melepaskan tangan donghyuck.
seorang pria paruh baya yang tadinya tengah duduk bersantai di teras seraya membaca koran mengalihkan atensinya pada taksi yang baru saja berhenti. dua pemuda keluar dari kendaraan itu, diikuti sang supir yang membantu menurunkan barang bawaan mereka.
"haechan!" si paruh baya berseru. "matahariku, akhirnya kau mengunjungi kami juga!" tubuh kecil donghyuck langsung berakhir di pelukan erat sang ayah begitu keduanya memasuki pekarangan rumah. ayahnya tadi bahkan berlari untuk menerjangnya.
sementara pria berkulit tan dengan tubuh besar itu melepas rindunya dengan si bungsu, mark yang berdiri tak jauh dari ayah donghyuck diam-diam membasahi bibir dan menelan ludah dengan gugup. hingga akhirnya sepasang manik tajam ayah donghyuck teralih padanya, sebisa mungkin mark menekan rasa gugupnya. dia memberi senyuman sopan lalu membungkuk sebagai bentuk penghormatan pada yang lebih tua.
"selamat sore paman, perkenalkan saya lee minhyung, kekasih putra anda."
kening ayah donghyuck berkerut. dia melepaskan sang putra yang kini mengusap lengan ayahnya. "aku meminta mark hyung untuk menemaniku ayah."
"mark?"
"saya lahir di kanada, itu nama yang keluarga ibu saya--kakek, berikan."
"ayah bisakah kita masuk ke dalam? aku lelah." kata donghyuck yang memang benar-benar lelah, tidak hanya mencoba mengalihkan perhatian ayahnya sekaligus menghentikan apapun pertanyaan yang akan pria paruh baya itu tanyakan padanya maupun mark.
karena donghyuck tahu betul, dia butuh ibunya yang mampu meredam amarah sang ayah jika mereka mengungkapkan tujuan mark ikut kemari.
"ibumu sudah menunggu, ayo masuk." kata tuan lee seraya menghela napas.
ketiga pasang kaki itu mulai melangkah, semerbak aroma kayu manis dan kopi menyambut mereka ketika masuk. tempat tinggal orangtua donghyuck tidak besar ataupun mewah seperti milik ayah kandung mark, namun rumah kecil ini terasa seribu kali lebih hangat di banding rumahnya.
melewati ruang tamu yang penuh foto-foto keluarga, ada beberapa piagam, mendali juga piala yang dipajang bersama buku-buku tua yang berjajar di rak buku pada sudut ruangan. mark tidak sempat memperhatikan semuanya, namun dia sempat menangkap figur sosok gembul dengan pelampung dibadan tengah tersenyum hingga kedua matanya menyipit. itu pasti donghyuck, terlihat sangat manis. ternyata memang sudah secantik itu sedari kecil.
"hyung," yang dipanggil namanya mengalihkan pandangan. "ini ibu, dan ibu perkenalkan iniㅡpacarku, mark." ada jeda dalam kalimat donghyuck, mark tahu kekasihnya ini gugup. sama sepertinya.
mark membungkuk dengan sopan. sementara itu ibu menyikut pinggang donghyuck pelan, "pacarmu tampan, kenapa tidak pernah bercerita?"
ringisan di wajah manis itu menghilang. ekspresinya seperti terkejut namun rona merah menyebar dengan cepat keseluruh wajah donghyuck, dia malu. "ibu!" telapak tangan pemilik kulit karamel itu meremat lengan sang ibu. sebuah gestur meminta secara tersirat untuk berhenti menggodanya.
ibu tertawa. namun tidak dengan ayah. ayah masih terlihat tidak terima putra manisnya pulang membawa lelaki. baginya sang bungsu masihlah bayi kecilnya, huh, bayangkan apa jadinya jika ia tahu ada bayi lain di sini.
"nak mark, kau bisa membantu donghyuck menaruh barang bawaannya di kamar anak itu. dan karena donghyuck sama sekali tidak memberi kabar tentangmu sebelumnyaㅡjadi kamar tamu belum dibersihkan, untuk sementara kau simpan bawaanmu juga di sana." mata ayah melotot tidak terima. "hanya untuk sementara, nanti setelah aku dan donghyuck membereskannya kembali angkuti bawaanmu ke kamar tamu. oke?"
lalu setelahnya tubuh mark dan donghyuck menghilang di ujung tangga. samar terdengar teriakan ibu donghyuck untuk kembali turun setelah membersihkan diri, makan malam telah disiapkan meski si sulung masih belum tampak wujudnya.
"bagaimana menurutmu?"
"bagaimana apanya?"
"keluargaku." donghyuck menggigit bibir bawahnya. "ayah sangat keras. diaㅡ
"donghyuck," mark menyela. koper dan tas yang dia bawa sudah diletakan di lantai. kedua tangannya yang kosong kini dibawa untuk meraih telapak tangan yang lebih muda. "kau percaya padaku 'kan?"
"ayah sangat konservatif, hyung. aku... aku khawatir dia akan marah besar dan melakukan hal mengerikan. aku takut ayahku melukaimu." donghyuck menjawab dengan lirih.
mark menggenggam tangan donghyuck lebih erat. memberi rematan lembut di sana, "luka fisik memang pantas diterima untuk orang sepertiku donghyuck-ah." bola mata bulat donghyuck bergulir ke atas, menatap wajah mark yang menyendu. "setiap orangtua akan melakukan hal yang sama jika tahu permata yang mereka jaga mati-matian dirusak oleh orang asing."
"kau tidakㅡ
"iya, donghyuck. bukan, tidak. mau menggunakan pembelaan macam apa aku tetaplah salah. yang pertama memang kesalahan, tapi yang kedua, ketiga dan selanjutnya? aku sadar betul. aku memang terlalu gegabah dalam mengambil rencana."
"apa kau menyesal?" tanya donghyuck. matanya mulai mengembun hingga wajah mark tak terlihat jelas, ketika ia mengerjap, lelehan hangat justru meluncur membasahi pipinya.
"tidak. aku sama sekali tidak menyesal sekalipun itu artinya aku harus terikat denganmu selamanya." jemari yang tersemat cincin mark usap, dipandanginya jari-jari kurus donghyuck penuh haru. "aku mencintaimu. tidak peduli pertemuan kita dianggap salah. tidak peduli apa yang membawaku padamu. yang jelas kini aku sangat bersyukur. satu-satunya keinginanku saat ini hanya terus bersamamu, juga... aegi."
donghyuck menahan napasnya. dia melepas kaitan tangan mereka untuk bisa langsung melompat ke pelukan yang lebih tua dan memeluk leher itu. menghidu aroma menenangkan dari ceruk leher prianya. "aku mencintaimu, sangat."
"aku tahu." mark mengusap kepala yang lebih muda, lehernya terasa basah. donghyuck menangis. "jadi mari kita berusaha bersama-sama. untuk kebahagian kita. "
"dan aegi." donghyuck menambahkan. mark merasakan bibir hati itu tersenyum di lehernya.
mark terkekeh pelan. "ya, dan aegi."
(*)
pendek dulu. mau tes ombak. awas aja sepi kugantungin setengah tahun lagi 🤡
btw kalo kalian ngerasa diksinya agak lebay ato aneh gitu. maap-maap aja ya gingsul rada kagok ngelanjutin book ini :/ mo baca ulang juga 😭 dah lupa jalan ceritanya. anjayy
KAMU SEDANG MEMBACA
baby | markhyuck vers. ✔
Fanfictioni love him with all my heart. 💌 markhyuck [remake from baby-chensung]