10

62.2K 5.1K 957
                                    

donghyuck menarik napasnya dalam-dalam sebelum menghembuskannya dengan perlahan. mendongak, dilihatnya mark yang kini tengah menunduk dan tersenyum padanya. tangan keduanya saling bertaut dan jantung donghyuck berdegup dengan kencang saat mark memberi rematan halus di sana.

"tidak usah gugup." kata yang lebih tua berusaha menenangkan. namun donghyuck tidak bisa, dia menggigit bibir bawahnya dengan resah saat tangannya mulai ditarik pelan mengikuti langkah kaki sang dominan.

"mark, ku--kurasa aku... aku belum siap." donghyuck menahan lengan mark sebelum keduanya memasuki bangunan di depan sana.

mark menarik napas dalam-dalam kemudian menghembuskan dengan pelan. sejujurnya dia sama gugupnya dengan donghyuck, namun mengingat pembicaraan yang lebih muda dengan orangtua sang kekasih yang tinggal di pulau sebrang membuat mark harus segera mengambil tindakan.

awalnya ayah donghyuck hanya menanyakan kabar putra bungsunya, juga bagaimana kuliahnya di sana. donghyuck sama sekali belum menyinggung masalah mark dan bayi yang dia kandung--namun, mark punya firasat tidak baik.

ada sedikit pembicaraan yang mengarah pada kehidupan cinta kakak donghyuck, di mana ayah dari kekasihnya itu mengeluhkan sang anak sulung yang dulunya suka bergonta-ganti pasangan tiba-tiba meminta sang ayah untuk melamarkan kekasihnya entah siapa itu.

sebenarnya bukan hal besar... tapi dari apa yang mark dengar, ayah donghyuck bukanlah tipe orang tua yang buru-buru ingin menimang cucu, meskipun tidak mengatakan dengan blak-blakan tentang ketidak sukaannya pada pernikahan di usia muda. beliau adalah pria berpandangan luas, ayah donghyuck justru menginginkan putra-putranya meraih kesuksesan terlebih dulu. ingin anaknya bisa puas mengecap manisnya kehidupan masa muda bukannya mengurus anak dan menanggung beban rumah tangga. bagi beliau menikah perlu persiapan yang benar-benar matang. makanya ayah donghyuck tidak mengiyakan permintaan si sulung.

karena hal itulah mark perlu mengambil tindakan. dimulai dari mengenalkan donghyuck pada orangtuanya terlebih dahulu, baru setelah itu saat liburan nanti dia akan ikut donghyuck pulang ke kampung halaman sang kekasih sekaligus mengenalkan diri.

mark harus memenangkan restu orangtua donghyuck yang bahkan putra sulungnya saja gagal meraihnya.

"eomma pasti senang sekali dikunjungi calon menantu semanis dirimu. kau tidak perlu gugup, mengerti?" ketika donghyuck hendak menyanggah--dia terlalu gugup sekalipun yang dia temui tak akan bisa memberikan respon, mark melarikan kedua telapak tangannya yang besar untuk menangkup pipi bulat donghyuck. sedikit menekannya hingga bibir penuh yang lebih muda mengerucut lucu.

"tidak ada yang perlu kau cemaskan. ada aku dan baby di sini." mark kembali meyakinkan, kini menyematkan satu ciuman manis di bibir mengerucut milik sang kekasih. donghyuck merona, dengan malu-malu dia mengangguk dan mulai melangkah ringan memasuki area pemakaman.

-

"eomma... anakmu yang paling tampan datang mengunjungimu." donghyuck menoleh melihat mark tersenyum setelah mengganti seikat bunga yang sudah layu dengan yang mereka bawa. meski tersenyum dapat donghyuck lihat mata ayah dari bayinya berkaca-kaca. donghyuck beringsut mendekat, memeluk lengan mark.

atensi mark teralih pada yang lebih muda. jari-jari kecil donghyuck terangkat untuk mengusap rahang mark.

"daddy jangan sedih... nanti eommonim, aku dan baby juga sedih. eh, aku boleh memanggil ibumu eommonim kan?"

mark tersenyum hangat lalu merangkul donghyuck. keduanya berdiri berjajar di depan kotak tempat abu kremasi ibu kandung mark diletakan.

"tentu saja boleh. kau kan calon menantunya." kata mark yang kini benar-benar tersenyum sampai matanya membentuk eyesmile yang indah. pipi donghyuck menghangat, secara tidak langsung mark menganggapnya calon istri kan?

baby | markhyuck vers. ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang