Chapter 5

401 46 0
                                    

Aku terdiam ketika kami berada ditengah-tengah danau yang baru kuketahui eksistensinya bahkan ketika aku sudah satu tahun berada disini. Airnya tenang dan berwarna hijau pekat yang nampak berkilau dibawah cahaya matahari pagi.

Sehun menjadi lebih pendiam dan aku merasa begitu canggung mendapati sosoknya yang bersikap demikian. Pria itu masih nyaman dengan posisinya sejak awal menaiki perahu. Anehnya perahu ini tidak perlu didayung. Kufikir ada mesin yang menjalankannya tapi nyatanya tidak ada suara bising mesin yang kudengar.

Diam-diam aku memperhatikan sosoknya yang lagi-lagi hanya memakai jubah sutera dan itu membuat perut atletisnya mengintip seolah ingin mencari pengakuan. Disaat seperti ini aku merasa menjadi perempuan cabul yang bahkan tidak menyesal setelah mencuri pandang.

"Jangan terpeson olehku" Aku tersentak ketika tiba-tiba pemuda itu beranjak dari keterdiamannya.

Tertangkap basah seperti mencuri Babi tetangga. Aku mencoba untuk memasang senyum walau rasanya begitu kikuk. Sehun hanya menatapku datar diiringi segaris lengkungan dibibir yang terlihat menakutkan dimataku.

Dia selalu membuatku tidak terbiasa dengan tingkah dan pola fikir yang sulit sekali untuk kuterka. Keheningan kembali melanda, dan aku sama sekali tidak tahu harus membicarakan apa.

Kini perhatianku teralihkan pada bunga teratai putih yang menghampar memenuhi sebagian besar danau. Hasrat dalam diriku mengatakan bahwa aku harus melihat bunga itu lebih dekat.

Aku memberanikan diri untuk menggapai bunga yang sedikit lagi menyentuh ujung jemariku. Tapi kemudian yang kurasakan adalah tubuhku basah dan dinginnya air danau dipagi hari membuat tubuhku menggigil.

Nafasku tercekat dan aku sama sekali tidak dapat berenang atau bahkan sekedar mengapung. Mataku perlahan tertutup karena aku merasa jika dadaku sesak dipenuhi oleh air danau. Terakhir yang kulihat hanyalah sekelebat cahaya putih dan setelahnya gelap memenuhi penglihatanku.

.
.
.

"Uhuk! Uhuk!"

Aku masih merasa begitu sesak dan ini sungguh menyakitkan. Hal pertama yang mucul didepanku adalah wajah Sehun yang berada diposisi sangat dekat dengan wajahku.

"Bodoh sekali menukar nyawamu hanya untuk setangkai bunga"

Aku tidak berniat membalas ucapannya yang kelewat sinis. Dadaku sesak dan tubuhku begitu kedinginan.

"Merepotkan!" dia menggerutu sambil membawaku kedalam gendongannya. Aku tahu ini bukan pertama kalinya Sehun berlaku demikian. Tapi entahlah aku merasakan kehangatan itu hadir lagi dan yang kulakukan adalah mencoba untuk menepisnya.

Aku tidak bisa menahannya terlalu lama. Karena pada kenyataannya sosok Sehun telah membuatku jatuh hati bahkan sejak perjumpaan pertama kami.

"Kamu hanya perlu meminta padaku tanpa harus menenggelamkan diri seperti ini hanya untuk setangkai bunga teratai"

Lagi-lagi dia membahas kejadian barusan. Aku mencoba tersenyum kikuk dan masih berusaha meredam debaran jantungku yang semakin menggila.

"Teratainya sangat indah, dan aku tidak tahu kenapa begitu menginginkan bunga itu" aku berkata jujur. Aneh memang bahwa aku sebenarnya tidak begitu menyukai bunga. Hanya di level biasa saja.

Tapi bunga teratai itu begitu memikat dan aku tidak dapat menahan diri untuk merasakannya didalam genggaman tanganku.

"Bunga itu akan memikat seseorang yang mereka sukai"

"Aku tidak mengerti" ucapku pelan. Sehun menatapiku dengan matanya yang tajam seperti elang. Dia semakin terlihat tampan bermandikan cahaya matahari pagi.

"Jangan mendekat ke arah danau lagi. Kamu sudah ditandai oleh mereka"

Aku semakin tidak paham dengan apa yang dikatakan Sehun. Mengapa dia melarangku mendekati danau padahal dia yang pertama mengajakku kesana.

"Aku tidak tahu bahwa kamu juga bisa menarik perhatian mereka" dia kembali berucap.

"Mereka siapa? Apakah ada vampire lain di danau itu?"

Sehun tergelak mendengar perkataanku. Apakah ada hal yang lucu dalam ucapanku sehingga dia menggap itu sebagai sebuah lelucon. Sungguh selera humornya begitu rendah.

"Bunga teratai ~ yang kumaksud adalah mereka. Dasar bodoh!" dia kembali tertawa lebih keras. Aku tidak berani memasang wajah tidak suka karena khawatir menyinggung perasaannya.

Biarlah dia tertawa sepuasnya, aku tidak akan mengusik dan berujung pada resiko mengerikan yang harus kutanggung.

"Kecantikan yang mematikan. Ibuku sering menyebutnya begitu. Kamu harus berhati-hati jangan sampai terpikat muslihat teratai itu Jung"

Sekarang aku mengerti arah pembicaraan Sehun sejak tadi. Kufikir bunga itu seperti kebanyakan bunga lainnya. Pantas saja sejak melihatnya pertama kali ada gelombang kegembiran dan rasa ingin memiliki yang dominan muncul dalam hatiku.

Mungkinkah bisa kubilang itu adalah sebuah sihir?

"Tapi sebelumnya terima kasih telah menolongku" ucapku tulus.

Setidaknya aku merasa perlu untuk mengucapkan itu pada Sehun. Bisa dikatakan aku berhutang nyawa padanya.

"Tidak masalah Jung"

Dia tersenyum lembut dan akupun melakukan hal serupa. Apakah hari ini ada yang membentur kepalanya? Kenapa sosoknya begitu berbeda dari biasanya?.

Aku tidak mau terlalu memusingkannya dan hanya satu harapanku semoga sifatnya yang seperti ini tidak bertahan hanya sesaat. Kuharap Sehun akan selamanya berubah menjadi sosok lembut yang tidak lagi mengintimidasi.

Aku tersenyum membayangkan jika hal itu dapat terjadi dimasa depan. Bukankah tidak ada salahnya berharap demikian.

"Kenpa tersenyum seperti itu? Apa kepalamu terbentur perahu?"

"Ti.tidak" ucapku gugup.


♧♧♧♧♧♧♧♧♧♧♧
Servant Of Vampire
♧♧♧♧♧♧♧♧♧♧♧

Servant of VampireTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang