Malam ini terasa lebih dingin, dua lapis selimut tak ada bandingannya dengan sedingin percakapan kita malam ini.
Ya, percakapan yang dimula denganku, kini harus hancur begitu saja olehku juga.
Terasa berat, hingga rasa penyesalan itu ada. ini terbilang cukup lebay, tapi jika dirasakan, akan sangat terlihat rasa gundahnya tersebut.
Seharusnya memang tetap pada tempatnya, menunggu dengan melakukan kegiatan apapun selain tidur. Menonton video misalnya.
Berat, aku lebih dari sekadar paham akan rasanya menjadi dirinya sekarang. Harusnya kita bisa mengobrol lebih banyak hal, namun rasanya sia-sia lantaran 'memejamkan mata sebentar untuk nunggu balasan'.
Yang padahal.. sebenarnya balasan itu begitu cepat.. tanpa tahu bahwa ada pemberitahuan balasan.
Ah, dari sini aku tak bisa banyak bicara lagi, aku lelah pada diriku sendiri.
Terimakasih, sudah sabar menunggu walau yang ditunggu malah membuatmu kusut.
Terimakasih, sudah sabar membalas pesan dengan lembut walau jauh di lubuk hatimu ada rasa 'malas membalas' pesan tersebut.
Terimakasih, sudah sabar dengan membuang banyak waktumu hanya untuk mendapat balasan dariku hingga larut malam menjemput.
Terimakasih, atas semuanya.
Salam sayang,
Dari yang tiap waktunya berjalan, rasa sesal menyelimuti tubuh yang kian menggigil akan dinginnya malam ini.Minggu, 12-10-2019
22.51
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐓𝐡𝐨𝐮𝐠𝐡𝐭𝐬: 𝐇𝐞𝐫
Poesía【M y O w n T h o u g h t s】 •-•-•-•-•-• From The Bottom Of My Heart •-•-•-•-•-• Have you ever read something that unspoken? Oh. <••• ••• ••• ••• •••> 𝐂𝐨𝐩𝐲𝐫𝐢𝐠𝐡𝐭 𝐫𝐞𝐬𝐞𝐫𝐯𝐞𝐝 © 𝟐𝟎𝟏𝟗 𝐓𝐡𝐨𝐮𝐠𝐡𝐭𝐬: 𝐇𝐞𝐫 © 𝐰𝐡𝐢𝐭𝐞-𝐭𝐨𝐰...