B u C i N ~ S a T u

6.6K 171 50
                                    

Haii readers salam kenal semuanya.
Makasih yang udah mau mampir kesini.
Semoga nyaman!
Jangan lupa vote + coment nya.
Selamat membaca!
___________________________________________

"Udah Tejo. Ampun!"

"Tidak ada kata ampun bagimu wahai anak muda."

"Udah ah Geli!"

Suara tertawa Cantika terdengar sampai ke dapur, membuat Ratna – Mama Cantika – meneriakkan nama mereka.

Cantika menyikut tangan Tejo. "Tukan, Kamu sih!"

"Kok aku?!"

"Iyalah kamu duluan yang gelitikin aku."

"Kayak gini?" tanya Tejo sambil menggelitik Cantika lagi.

Cantik berteriak kencang meminta ampun, hingga Ratna yang sedang memasak di dapur menghampiri mereka.

"Astaghfirullah! Gak denger ya Mama bilang apa hm?!"

Keduanya saling menjauh. Lalu menundukkan kepala - takut -

"Tajo duluan Mah." tunjuk Cantika.

"Abis dia ngeupload foto alay aku. Gimana ga kesel," ucap Tejo membela.

"Abis lucu."

"Awas kamu ya." Tejo kembali menyerang Cantika kalau saja suara dentingan piring itu tidak dibunyikan.

"Udah-udah! Ayo makan." Keduanya mengangguk lalu mengikuti Ratna ke ruang makan.

"Papa kapan pulang Mah?" tanya Tejo.

"Belum tau, masih ada tugas yang belum selesai diluar kota."

"Yah," ucap Cantika kecewa. Tangannya masih sibuk memindahkan nasi untuk dirinya, Ratna, dan Tejo.

"Tenang-tenang, kan ada aku," ucapnya dengan bangga.

"aku ga mau sama kamu ah."

"Di tolak sebelum berjuang itu sakit loh." Tangannya menyentuh dada kirinya.

Ratna maupun Cantika tertawa melihat ke alay-an Tejo. "Ga cuma dulu aja ya, ternyata sekarang juga masih alay."

"Gak ya!"

"Iya," ucapnya sembari menjulurkan lidahnya.

"Gak Cantika."

"Iya."

"Eng-"

"Udah-udah. Mama laper!"

Tejo maupun Cantika berkekeh pelan. Kemudian memakan makanannya dengan lahap.

• B U C I N •

"Cantika."

"Hm."

"Cantika." tangan Tejo sedikit menarik rambut panjang Cantika yang sedang dikepang.

"Pelan-pelan Tejo. Sakit."

"Cantika aku mau ngomong boleh?"

"Sekarang juga lagi ngomong Tejo."

"Eh iya juga sih, tapi ini serius."

Cantika menoleh. "Kenapa Tejo Mahendra Raditiya Putra Wijaya?"

Tangannya merogoh handphone hitamnya dan menunjukkan salah satu foto cewek - berambut panjang dengan tubuh yang mungil - pada Cantika.

"Aku mau deketin dia."

Bagaikan dihempaskan dari atas gedung paling tinggi, hatinya kini terasa sangat sakit ketika mendengar apa yang Tejo ucapkan.

"Cantika."

Cantika tersadar dari lamunannya. "I-iya."

"Kamu denger ga sih?"

Cantika mengangguk. "Iya denger kok."

"Apa?"

"Kamu mau deketin dia kan?"

Kali ini Tejo yang mengangguk. "Gimana menurut kamu?"

"Ya-yaudah kalo kamu mau deketin dia."

Tejo menyipitkan matanya. "Jawaban kamu gak meyakinkan."

"Meyakinkan gini kok." Cantika duduk tegak sambil tersenyum manis.

"Cantik nya sayangku ini." tangannya mengelus-elus kepala Cantika sambil berkekeh pelan.

"Dari dulu kali. Udah sana pulang."

Tejo menyeritkan alisnya. "Kamu ngusir aku?"

"B-bukan, bukan gitu. Hm, lagi pula kan udah malem. Besok kita sekolah Tejo."

Tanpa rasa curiga, Tejo menganggukkan kepalanya, lalu pamit untuk pulang pada Ratna dan Cantika.

• B U C I N •

___________________________________________

#SuaraAuthor

MAKASIH LOH YANG UDAH MAU MAMPIR KESINI!
SENENG BANGET DEH AKU LIAT KAMU BACA DAN IKUTIN CERITA INI.

SENGAJA AJA AKU BIKIN CERITA KALI INI PER-CHAPTER NYA PENDEK-PENDEK. BIAR ADA MANIS-MANISNYA GITU.

JANGAN LUPA VOTE AND COMENT NYA YA.
KARENA SATU VOTE AND COMENT KALIAN ADALAH SALAH SATU APRESIASI BAGI PENGARANG UNTUK MELANJUTKANNYA KARYANYA
( *¯ ³¯*)♡

___________________________________________

Jakarta 31 Oktober 2019

BUCIN Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang