B u C i N ~ D u A P u L u H D u A

354 21 1
                                    

Selamat membaca!
___________________________________________

Hari ini adalah hari kedua Cantika tidak bersekolah. Dan hari ini juga, ia merasa tubuhnya sudah benar-benar kembali pulih.

Namun yang membuat Cantika kesal ketika Ratna dan Farhan tidak memperbolehkan dirinya untuk kembali bersekolah.

Cantika menggerutu lalu menaiki satu persatu anak tangga menuju kamar serba merah mudanya.

"Mau sekolah," rengek nya pada boneka beruang besar bewarna coklat di hadapannya itu.

Cantika memeluk boneka beruang itu dan menenggelamkan kepalanya diperut besar bonekanya.

"Pokoknya besok gue harus masuk! Besok kan pensi. Terus, gue harus liat pas Tejo nembak Tasia!" Seru Cantika sambil mengepalkan tangan kanannya.

"Harus."

"Harus." Kali ini semangat Cantika luntur dan menurunkan tangan kanannya.

Pikirannya kini beralih pada Tejo yang sama sekali tidak mengunjungi nya, bahkan tidak ada kabar.

Padahal hampir semua temannya sudah menjenguk ketika Ia sakit, namun Tejo? Dimana dia?

Cantika berdecak malas. "Apaan sih. Emang dia siapa? Harus kasih kabar ke gue?"

"Inget ya Cantika! Sebentar lagi, Tejo bakalan jadi cowok orang. Jadi, lo gak usah kebanyakan mikirin dia." Cantika bermonolog.

Ia mengubah posisinya menjadi telentang, menatap langit-langit kamarnya yang di cat berwarna pink.

"Tapi gak bisa!"

"Kamu bisa kok."

Cantika menoleh kesamping, mendapatkan boneka beruang miliknya itu berbicara padanya.

"Gimana caranya?"

Boneka itu menaikan kedua bahunya acuh.

"Kirain tau!" omel Cantika sambil melempar bantal kecil kearah boneka itu.

Bukannya marah, Boneka itu malah tertawa, tawanya seperti-

Lamunannya terpecah ketika mendengar suara telponnya yang terus saja berbunyi.

Cantika menoleh kesamping – melihat kearah boneka beruangnya – namun Ia masih diposisi yang sama tanpa nyawa.

"Siapa sih?" gumamnya.

Dahinya menyerit ketika melihat nomor yang tak dikenal tertera disana.

Cantika memencet tombol hijau dan mendekatkan handphone itu pada telinganya.

"Halo?"

Suara perempuan! Dan sepertinya Ia mengenali pemilik suara itu.

"I-iya?"

"Hai Cantika. Ini gue Tasia! Hm, boleh nanya gak?"

Cantika mengerjapkan kedua matanya berkali-kali. "Bo-boleh Ka. Hm, mau nanya apa ya?"

"Tejo dimana ya? Kok gak ada kabar. Udah dua hari dia gak masuk."

"Eh, omong-omong, jangan bilang-bilang ya kalo gue nyariin dia. Soalnya gue lagi ngambek sama dia. Tapi, dia ga minta maaf sama gue. Huft."

Cantika sedikit menjauhkan handphone itu dari telinganya dan menyerit bingung. "Malah curhat," gumamnya tanpa sengaja.

"Halo? Cantika? Tadi lo ngomong apa ya?"

Cantika menggerutu karena keceplosan bergumam yang tidak-tidak pada Tasia.

"Eh, Aku juga ga tau tuh Tejo lagi ada dimana. Soalnya dua hari belakangan ini aku ga masuk sekolah. Sakit."

"Kamu bisa ke rumahnya gak?"

Gak! Males banget. Batinnya.

"Hm, nanti aku usahain ke rumahnya deh Kak. Tapi ga janji ya."

"Ok!"

Telepon itu diputuskan secara sepihak oleh Tasia tanpa mengucapkan terimakasih dan salam basa-basinya.

"Gak sopan." Gerutunya.

Ia menghembuskan napas kasar, bingung ketika harus memiliki untuk menjalankan apa yang Tasia perintahkan atau tetap dirumah – mengumpulkan tenaga untuk acara pentas seni pada esok hari?

• B u C i N •
___________________________________________

#SuaraAuthor

JANGAN LUPA VOTE AND COMENT NYA YA.
KARENA SATU VOTE AND COMENT KALIAN ADALAH SALAH SATU APRESIASI BAGI PENGARANG UNTUK MELANJUTKANNYA KARYANYA
( *¯ ³¯*)♡

___________________________________________

Jakarta 6 Agustus 2020

BUCIN Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang