B u C i N ~ E n A m B e L a S

771 29 3
                                    

Selamat membaca!
___________________________________________

"Tasia!" pekik Tejo yang berada tak jauh dari sana sambil berlambai-lambai.

Pandangan Tasia berhenti pada seseorang berkaos hitam dan motor beat merahnya itu.

Tasia menghampiri Tejo dan tersenyum padanya.

"Em, gue gak ngerepotin kan?"

"Gak sama sekali kok," balasnya tanpa beban.

"Beneran?"

Tejo mengangguk.

Kedua sudut bibir Tasia tertarik membentuk cengiran yang membuat dirinya semakin cantik dimata Tejo.

"Itu, kucing?"

Tasia tersentak, lalu ia mengangkat kandang anjing peliharaan.

"Anjing."

"Ets, santai. Ga usah ngegas dong."

Alis Tasia berkerut, kemudian dia tertawa. "Apaan sih! Garing tau."

"Garing tapi ketawa," gumam Tejo pelan.

Kriuk~

Tasia menatap Tejo sambil menyengir. "Sorry."

Tejo terbahak tapi tidak lama. "Ayo naik, kita cari makan."

Tasia berjingkrak kesenangan ketika mendengar Tejo mengajaknya mencari makan.

Ternyata ada guna nya juga lu sakit Bub batin Tasia berkata pada Anjing peliharaannya.

Tasia membenarkan duduknya. Setelah kira-kira sudah benar, Tejo langsung menjalankan motornya menuju tak terbatas dan melampauinya.

• B u C i N •

Ramai.

Satu kata yang mendeskripsikan tempat yang Cantika datangi sekarang.

"Boleh Kak, Cari apa?"

Cantika tersenyum, ia tetap berjalan dan berdesak-desakan hingga tiba nya di salah satu toko yang menjual keperluan sekolah lengkap – langganan nya.

"Siapa ya?" tanya Panji – penjual yang lumayan akrab padanya.

"Ih Bapak mah! Pura-pura lupa."

Panji menggeleng sebelum ia tertawa – menampilkan deretan gigi putih bersihnya yang tersusun rapih.

"Ada apa nih?" tanya Panji.

Cantika membuka totebag hitam nya dan mencari keberadaan kertas kecil – berisi barang-barang yang akan di beli – tanpa menutupnya kembali.

"Ini Pak." Tangan Cantika terulur untuk – memberikan kertas kecil itu pada Panji.

Panji menerimanya dan membacanya dari atas sampai bawah. "Sebentar ya."

Cantika mengangguk. Ia merogoh totebag hitamnya lalu mengambil dompet merah muda bersama handphone miliknya.

Sambil menunggu Panji selesai menyiapkan apa yang Cantika beli, Ia meletakkan dompet merah mudanya diatas etalase yang tak jauh dari dia berdiri.

Matanya terfokus pada jokes yang ter-unggah di akun instagramnya sembari berkekeh pelan hingga tidak menyadari bahwa pembelian disampingnya sudah menggapai dompet merah mudanya.

Cantika tersentak. "Heh! Dompet saya."

Pemuda berbaju abu-abu itu lari secepat mungkin keluar dari ramainya pasar.

Cantika tidak tinggal diam. Ia mencoba berlari sambil sesekali berteriak meminta tolong.

Penjual maupun pembeli yang sibuk akan urusannya masing-masing, kini sudah teralihkan pada teriakan Cantika yang meminta tolong.

Seakan mengerti keadaan Cantika, Bapak-bapak yang berada tak jauh dari pencuri itu sebagian menghalangi jalan, sebagian lagi berdiri dibelakangnya – membuat si pencuri terkepung.

"Hayolo, mau lewat mana?" tanya Bapak berbaju biru.

Pencuri melihat sekeliling dan ternyata ada cela untuk melarikan diri, tidak mau membuang waktu lama, Ia berlari menerobos kerumunan Bapak-bapak yang mengepungnya itu.

Dan berhasil.

Ia menghela napas lega. Namun itu tidak berlangsung lama.

Dari arah samping, Cantika dengan sengaja menabrakkan dirinya dengan pencuri itu hingga mereka terjatuh – membuat masker yang pencuri itu pakai, terlepas.

Cantika menatap kedua manik mata hitam pencuri itu. Sampai suara gaduh milik warga memutuskan tatapannya.

Pencuri itu segera berdiri lalu mengambil tangan Cantika dan memberikan dompetnya kembali.

Pencuri itu berlari dengan kencang meninggal Cantika, dompet, dan,

Sapu tangan rajut bernama.

Ia berdiri lalu membersihkan pakaiannya lalu berbalik badan – menghadap para warga.

"Udah Pak, Bu. Dompet saya sudah dikembalikan."

"Eneng ga kenapa-napa?"

Cantika menggelengkan. "Ga kenapa-napa kok Bu, makasih ya atas bantuannya. Makasih ya Pak."

Warga mengangguk. "Lain kali hati-hati ya Eneng." Pesan salah satu Bapak berkaos hitam itu.

Cantika mengangguk lalu berpamit untuk kembali ke tempat Pak Panji sambil menggenggam sapu tangan rajut bernama.

Rasya Yunanda gumam Cantika.

• B u C i N •
___________________________________________

#SuaraAuthor

JANGAN LUPA VOTE AND COMENT NYA YA.
KARENA SATU VOTE AND COMENT KALIAN ADALAH SALAH SATU APRESIASI BAGI PENGARANG UNTUK MELANJUTKANNYA KARYANYA
( *¯ ³¯*)♡

___________________________________________

Jakarta 2 Januari 2020

BUCIN Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang