B u C i N ~ E m P a T

1.4K 70 24
                                    

Selamat membaca!
___________________________________________

"Cantik, a. Ingin rasa hati berbisik."

Tejo bernyanyi dengan suara merdunya sembari diiringi gitar – bekas pelajar seni budaya – yang membuat murid cewek berteriak mendengar nya.

"Sungguh aku sayang kamu."

Ketika petikan terakhir selesai, Tejo disambut dengan tepuk tangan yang meriah oleh satu kelas terutama anak cewek.

"Agam! Mau di nyayiin juga kayak dong Cantika," Pinta Gia.

Memang di kelas SEPADU, Gia dan Agam dikabarkan sudah dekat dari satu tahun yang lalu. Lebih tepatnya Gia lah yang suka pada Agam.

"Urusin dulu noh rok lo."

Gia berdecak sebal. "Lo kenapa sih sewot mulu sama gua?"

"Sebenernya Agam suka ege sama lo, cuma caranya aja yang beda," celetuk Tejo dari kejauhan.

"Sialan."

Gia menoleh kearah Agam. "Emang bener Gam?"

"Gak."

"Bener kek!"

"Gak." Agam bangkit dari duduknya lalu memiliki keluar dari kelasnya.

"OMG AGAM. TUNGGU!" Gia memilih berjalan keluar mengikuti kemana Agam pergi.

"Agam pelan-pelan jalannya! Nanti rok gue robek lagi," ucapnya disepanjang koridor, namun tidak disangka ternyata suaranya masih terdengar dari dalam kelas SEPADU.

Tejo ber kekeh pelan, kepalanya kembali ia toleh kan kearah Cantika yang masih menggambar. "Coba gambar aku."

Cantika menghentikan aktifitas nya. "Tapi emang kamu tahan sampe berjam-jam gak bergerak?"

Tejo mengangguk. "Apa sih yang engga buat kamu."

Cantika membalasnya dengan kekehan pelan, lalu mulai menggambar wajah Tejo.

Sedangkan Tejo, ia masih terus menatap Cantika yang mencoba menggambar wajahnya dengan serius.

"Kamu jangan liatin aku kayak gitu terus dong."

"Salting ya?"

Cantika menggeleng. "Sok tau kamu."

Bukannya berhenti menggoda Cantika, ia malah semakin tersenyum lebar ketika melihat wajah Cantika yang memerah.

"Cantika."

"Hm," gumam nya sebagai jawaban.

"Ayo bantu aku."

Cantika menghentikan aktifitas menggambarnya sebentar lalu menatap dalam mata Tejo.

"Bantu jadi makcomblang aku sama Tasia," lanjut Tejo.

"Tasia itu yang mana?"

"Yang kemarin nabrak kamu."

Kepala cantika mengangguk-angguk tanda mengerti.

"Kamu berani kasih aku apa kalau sampe berhasil?"

"Apapun."

"Termasuk beli kelinci?"

Kepala Tejo menggeleng ke kanan dan kiri. "Kalau itu gak."

"Katanya apapun."

"Tapi kalo itu, aku ga setuju."

Cantika menghela napas kecewa. Lalu mulai menyelesaikan gambaran yang masih setengah jadi.

Merasa Cantika sudah mulai menggambar lagi, Tejo mengubah posisi semulanya.

Tiga puluh menit berlalu. Cantika masih pokus pada gambarannya, sedangkan Tejo sudah mulai pegal-pegal karena terlalu lama berdiam dengan posisi yang sama.

"Akhirnya!" pekik Cantika.

"Alhamdulillah."

"Iya alhamdulillah."

Tangan Tejo menadah "Mana coba liat."

Bukannya memberikan gambaran itu pada Tejo, Cantika malah menyembunyikan gambaran itu di belakang tubuhnya.

Tejo memajukan tubuhnya, tangannya ia lingkarkan pada pinggang kecil Cantika – kalau dilihat dari jauh, seperti Tejo yang memeluk Cantika –

Setelah ia berhasil berebut kertas gambar tersebut, Tejo buru-buru membuka dan melihatnya.

"Wih!"

Mata Tejo membelalak ketika melihat gambaran yang Cantika buat.

"Sini ah," tangan Cantika dengan cepat merebut kertas yang berada di tangan Tejo.

"Tapi kok gantengan di gambar ya daripada aslinya." Alisnya berkerut, telunjuk dan ibu jarinya mengusap-ucap dagunya perlahan.

Cantika berkekeh pelan. "Iya lah. Udah sih Terima aja kalau kamu ga ganteng."

Tejo pura-pura terkejut. "Berani ya kamu wahai anak muda."

Tangan Tejo mulai menggelitik pinggang Cantika hingga membuat Cantika tertawa terpingkal-pingkal.

Mereka masih saling menggelitik-menggelitiki satu sama lain sampai tidak menyadari bel istirahat sudah di berbunyi.

• B U C I N •

___________________________________________

#SuaraAuthor

JANGAN LUPA VOTE AND COMENT NYA YA.
KARENA SATU VOTE AND COMENT KALIAN ADALAH SALAH SATU APRESIASI BAGI PENGARANG UNTUK MELANJUTKANNYA KARYANYA
( *¯ ³¯*)♡

___________________________________________

Jakarta 04 November 2019

BUCIN Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang