B u C i N ~ D e L a P a N B e L a S

614 24 0
                                    

Baca dulu chapture sebelumnya.
Biar nyambung.
___

Selamat membaca!
___________________________________________

Dugh.

"Udah gila ya lo Mba?" tanya Tejo sambil meng elus-elus kepalanya yang terkena timpukan tas milik Risma.

"Gila-gila," ulang Risma. "Lo tuh yang gila. Php in anak orang mulu." Lanjutnya.

"Php in anak orang gimana sih?!"

"Ck, bodoh. Lo bikin janji sama anak orang, terus lu izin ke Ibu, bilang kalo lo jalan sama Cantika."

"Nyatanya apa? Tadi gue ketemu dia di pasar dan lo tau apa yang terjadi?"

"Apa apa apa?"

"Dompetnya di malingin bodoh!" bentak Risma.

Kedua mata Tejo melebar. "Terus Cantika nya gimana?" tanya Tejo dengan nada suara yang sangat khawatir.

Risma mengangkat kedua bahunya acuh, lalu memalingkan wajahnya.

"Mba, please kasih tau gue. Gue beneran ngerasa bersalah."

"Sekarang baru ngerasa bersalah. Tadi lo kemana?!"

"Jemput Tasia."

"Siapa tuh Tasia?"

"Calon pacar."

Kali ini Risma lah yang terkejut mendengar pengakuan Tejo. "Bodoh."

"Udah lah Mba cape, mau rebahan." Risma berjalan meninggalkan Tejo diruang tamu.

Tejo menjambak rambutnya – merasa bersalah karena untuk kesekian kalinya Tejo meninggalkan Cantika.

Tidak ingin membuang waktu, Tejo segera berangkat ke rumah Cantika untuk melihat keadannya.

Ia berulang kali mengetuk pintu Cantika namun terkunci. Tejo menelpon Cantika berkali-kali namun handphone Cantika berada di luar jangkauan.

Tejo mencari batu kerikil lalu menimpuki kaca jendela kamar milik Cantika.

Merasa terganggu, Cantika berjalan menuju Jendela – melihat siapa yang dengan lancang nya menumpuk kaca jendelanya.

"Cantika! Turun."

Dengan mata merah, kantung mata hitam dan hidung yang tak berhenti mengeluarkan cairan bening menganggu – Cantika turun menghampiri Tejo.

Ia membukakan pintu. detik berikutnya, Tejo berhambur dalam pelukan Cantika yang hangat.

"Maaf. Maaf. Maaf." kata itu Tejo ucapkan berkali-kali.

Tangan Cantika perlahan membalas pelukan Tejo. "Iya gapapa kok."

Pelukan mereka terlepas, mata Tejo terus terpaku pada kedua mata sembab Cantika. "Kamu nangis?"

Cantika mengangguk.

"Ma-"

"Gu Weiyin mau pergi ninggalin Si Tu Mo," ucap Cantika kembali menangis.

"Ha? Gueilin? Siapa tu?" tanya Tejo dengan raut kebingungan.

"Mangkanya nonton put your head on my shoulder."

"Idih ogah. Ngapain di liat kalo bikin sedih. Mending jalan yuk."

Cantika membeku, ia takut akan ditinggal lagi. Lalu, menggeleng.

Terbaca raut bingung yang terpasang di wajah Tejo. "Kenapa?"

"Nanti ditinggal lagi."

Tejo mengangkat kelingking kanannya sambil bergelung geleng. "Enggak ditinggal, janji."

"Janji ya?"

Tejo mengangguk. Dengan senyum yang lebar, Cantika menautkan jari kelingking mereka berdua.

"Yeay jalan-jalan."

• B u C i N •
___________________________________________

#SuaraAuthor

JANGAN LUPA VOTE AND COMENT NYA YA.
KARENA SATU VOTE AND COMENT KALIAN ADALAH SALAH SATU APRESIASI BAGI PENGARANG UNTUK MELANJUTKANNYA KARYANYA
( *¯ ³¯*)♡

___________________________________________

BUCIN Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang