B u C i N ~ T u J u H B e L a S

982 30 12
                                    

Selamat membaca!
___________________________________________

"Cantika!"

Cantika menoleh kebelakang – terdapat Kak Risma berlari kearahnya.

"Kak Risma! Kenapa lari-lari kayak gitu?"

Risma berhenti di depannya, tangan Risma ia letakkan di bahu Cantika sambil sesekali mengatur napas.

"Kam-uh, ta-dih, kecop-hetan?" tanya Nya dengan napas yang tersendat-sendat.

"Hampir Kak."

Risma menghela napas lega, "alhamdulillah."

Cantika mengangguk lalu tersenyum. "Kak Risma ngapain disini? Mau beli apa?"

"Lagi nyari baju eh liat kamu lari-lari sambil teriak, yaudah aku ikutin eh pas sampe,"

"Udah bubar." Lanjutnya.

Cantika berkekeh pelan. "Yaudah gapapa kok Kak, yang penting aku, dompet, sama pencuri itu selamat."

"Dompet dikembaliin? Terus, kok pencurinya selamat?"

"Nanti aja deh Kak aku ceritain nya, mau ambil barang-barang aku di Pak Panji."

Risma mengangguk. "Yaudah, ayok aku temenin."

Mereka berjalan menuju tempat dimana toko Panji berada.

• B u C i N •

"Kurang ajar ya tuh bocah," geram Risma sambil sesekali menyuap kan gado-gado kedalam mulutnya.

Setelah berada di toko Panji, Risma mengajak Cantika untuk mampir makan gado-gado yang berada tak jauh dari pasar sambil memaksa untuk bercerita dari awal sampai akhir.

Tidak ada pilihan lain, Cantika menceritakan semua yang terjadi pada Risma.

Dan itu berhasil membuat Risma geram pada Tejo – adik laki-laki – yang sudah berani mengingkari janjinya.

"Biarin aja deh Kak, udah biasa."

"Udah biasa?! Berarti,"

Risma mengunyah gado-gado yang berada di mulutnya. "Sering di phpin dong?!" lanjutnya.

Cantika berkekeh. Ia tidak menggeleng maupun mengangguk.

Ia lebih memilih melanjutkan makannya sambil memikirkan bagaimana ia mengembalikan sapu tangan rajut itu pada si pencuri.

Ralat, pada Rasya.

"Terus itu anak kemanain ya?" tanya Risma.

"Ga tau. Tapi kata Ibu, dia jalan. pas di tanya sama siapa? Kata dia, sama aku." Cantika menyuap kan kembali makanan itu kedalam mulutnya.

Risma memegang kepalanya sambil menggelengkan kepala. "Untung adek ku cuma satu,"

"Maapin Tejo ya Cantika." Lanjut Risma.

Risma sangat merasa bersalah dan malu pada kelakua Tejo yang sudah mengingkari janjinya pada Cantika.

"Ga kenapa-napa kok Kak."

"Yaudah, abisin makanannya terus kita pulang." Cantika menyetujui ucapan Risma lalu memakan makanannya kembali.

• B u C i N •

Tejo bersendawa dengan kencang. Membuat seseorang yang berada di seberangnya memberi tatapan super jijiknya.

"Jorok."

Tejo berkekeh. "Iya maaf."

Tasia memutar mola mata malas. "Pulang yuk, udah sore."

Tejo mengangguk, Ia mengeluarkan uangnya dan membayar.

Mereka berdua pulang dengan keadaan hening.

Sebelum pertanyaan Tasia benar-benar memecahkan keheningan mereka.

"Tejo."

Merasa namanya dipanggil, si empunya berdeham.

"Kemaren, temen gue diajak jalan, terus besoknya ditembak,"

"Terus ditembaknya romantis banget lagi." lanjutnya.

Tejo berkekeh pelan. "Iri yaaa."

"Enggak," ucapnya sambil mengangguk.

"Enggak, tapi ngangguk. Gimana sih?"

"Iya," ucapnya sambil menggeleng.

Detik selanjutnya, mereka tertawa – ntah apa yang ditertawakan dan ntah apa yang lucu dari perbincangan mereka berdua.

Hingga sampainya ia di depan rumah Tasia.

Tasia turun. "Makasih ya Tejo. Maaf ngerepotin."

Tejo mengangguk, Ia hendak pergi dari rumah Tasia kalau saja handphone hitamnya tidak berbunyi.

Kak Risma.

Nama yang tertera disana membuatnya menghela napas. Buru-buru ia mengangkat panggilan dari Risma.

"Halo? Kenapa Ka?"

"Pulang. Sekarang."

• B u C i N •
___________________________________________

#SuaraAuthor

JANGAN LUPA VOTE AND COMENT NYA YA.
KARENA SATU VOTE AND COMENT KALIAN ADALAH SALAH SATU APRESIASI BAGI PENGARANG UNTUK MELANJUTKANNYA KARYANYA
( *¯ ³¯*)♡

___________________________________________

Jakarta 4 Januari 2020

BUCIN Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang