***
Silahkan koreksi jika ada typo:)
HAPPY READING AND ENJOY GUYS!!***
'Tak semua orang mendapatkan kasih sayang yang tulus, tak jarang orang yang hanya mendapatkan modus.'
--------------------
Seorang gadis masih terlelap di balik selimut tebalnya. Rambutnya panjangnya yang acak-acakkan, mata serta mulut yang sedikit terbuka dan salah satu kakinya yang menjuntai ke lantai tak mengurangi keimutan di wajah gadis itu. Tiba-tiba..
Gubrak!
"Sshhh.." gadis itu mengusap kepalanya yang terbentur nakas saat ia terjatuh dari kasurnya.
"Pake acara jatuh segala," ucap gadis itu sambil bangkit dan duduk di pinggir ranjang. Tangannya bergerak ke arah nakas, meraih benda pipih berwarna hitam miliknya.
Lalu, tiba-tiba dia melangkah dengan terburu-buru, mengambil handuk yang ia jemur di balkon, dan berlari menuju kamar mandi.
Ya, gadis itu terlambat bangun, jam di ponselnya tadi menunjukkan pukul 06:15.
Setelah beberapa menit melakukan ritual mandi paginya, gadis itu segera keluar dan berjalan ke arah lemari, mengambil seragam sekolahnya yang tergantung di dalamnya. Memakainya dengan terburu-buru.
Menjemur kembali handuknya di balkon kamar, berjalan ke arah meja belajar, memasukkan buku pelajaran yang sudah ia susun semalam. Lalu, membereskan tempat tidurnya yang terlihat berantakan dan meraih ponselnya yang ada di nakas. Setelah mengambil sepatu di belakang pintu kamarnya, ia segera berlari menuruni tangga menuju meja makan.
"Bun, Yah! Aku langsung berangkat ya, udah telat." ia menuangkan air putih ke gelas dan langsung meminumnya hingga habis.
Setelah itu ia segera berlari keluar rumah untuk berangkat sekolah.
"Lihat tuh, kelakuan anak kamu. Udah bangunnya telat, ngga pamit sama orang tuanya lagi," ujar Fani--bunda Rain.
"Tadi kan dia udah pamit sama kita, dia juga lagi buru-buru takut telat." jawab sang ayah.
"Ya tapi dia engga salaman sama kita, Yah!" Pras, sang ayah yang mendengar itu pun hanya menghela napasnya.
"Kak Ain ngga sayang sama Nika lagi ya? Kok tadi engga cium pipi Nika kaya biasanya?" seorang gadis kecil yang sedang menikmati sarapannya itu megerjapkan matanya lucu, sambil bertanya pada orang tuanya.
Pras yang mendengar itu pun tersenyum menatap anak bungsunya itu, "Kak Ain lagi buru- buru, sayang, takut telat, Kak Ain masih sayang kok sama Nika, nanti minta cium banyak-banyak ke Kak Ain kalo kakak udah pulang ya."
Gadis itu mengangguk ketika mendengar perkataan sang ayah. Setelah itu ia kembali memakan sarapannya.
"Ya udah, Ayah berangkat kerja dulu, ya." Pras bangkit dan mencium kening sang istri, setelah itu beralih mencium pipi anak bungsunya.
"Nika ngga boleh nakal, ya. Jagain Bunda, Bunda hati-hati ya di rumah." pesan Pras sebelum meninggalkan meja makan dan berangkat bekerja.
•••
Rain berjalan terburu-buru dipinggir jalan dengan sesekali menoleh ke belakang. Siapa tahu ada angkot yang lewat.
Dia Rainastasya Anjani Putri, anak pertama dari Pras dan Fani, kakak dari Anika Gabriella. Gadis penyuka hujan dan warna biru, tidak terlalu suka jadi pusat perhatian. Suka makanan pedas dan penyuka minuman manis. Dan satu lagi, terkadang dia suka mencurahkan isi hatinya lewat goresan tinta.
Baiklah, sudah cukup perkenalan dirinya. Sekarang, kembali lagi pada kenyataan. Kenyataan kalau dia tidak mencintaimu. Eh?
"Lo anak Nusa Bangsa kan?"
Tiba-tiba sebuah motor berhenti di samping Rain. Membuat langkah kakinya berhenti, Rain menyipitkan matanya untuk melihat wajah siapa di balik helm itu. Matanya menatap dari atas ke bawah, seragamnya sama dengan miliknya, berarti mereka satu sekolahan.
Fyi memang seragam sekolahnya di hari Senin tidak seperti pada umumnya, kemeja warna putih dengan bawahan berwarna biru dongker dan bermotif kotak-kotak.
"Lo Pandu anak IPS 3 kan?" tanya Rain
"Wah lo kenal gue ternyata? Padahal gue ngga kenal sama lo, gue ternyata terkenal juga di Nusa Bangsa."
Sebenarnya Rain hanya mengetahui nama dan wajah Pandu saja. Itu pun karena guru-guru banyak yang menceritakan tingkah laku konyol Pandu di kelasnya.
"Gue tahu, lo pasti lagi nunggu angkot kan? Mau nebeng ngga? Mumpung Gue baik, nih. Tadi gue liat cewek seragamnya sama kaya gue lagi jalan buru-buru ya udah gue samperin. Gue kan anaknya gemar menolong." Pandu tersenyum bangga sambil menunjuk dirinya sendiri. Sedangkan Rain? Dia hanya menatap Pandu.
"Jadi, mau nebeng ngga?" Rain hanya mengangguk sebagai jawaban dari ucapan lelaki itu.
Setelah itu ia, bergerak untuk naik ke motor itu.
"Eits! Tapi harus ada bayarannya." ucapan Pandu menghentikan gerakan Rain yang baru akan duduk ke jok belakang.
"Katanya gemar menolong, tapi kok minta bayaran? Oh, jangan-jangan lo murid Nusa Bangsa yang sekaligus jadi tukang ojek ya?" Rain berkata sambil menaikkan sebelah alisnya
"Ck! Mau dibantuin ngga?"
"Iya-iya, lo minta apa? Jangan aneh-aneh, buruan, udah mau telat nih!"
"Traktir gue di kantin."
"Oke! Buruan jalan." Rain menepuk pundak Pandu.
"Apaan lagi sih? Buruan jalan! keburu telat nih!" pasalnya Pandu tidak segera menjalankan motornya menuju sekolah, dia masih diam ditempat.
Tak lama, Rain mendengus ketika Pandu menyodorkan helm berwarna putih padanya. Rain mengulurkan tangannya mengambil helm itu, kemudian memakainya. Baru lah Pandu menjalankan motornya menuju sekolah.
***
Makasih buat yang udah baca cerita aku.
Vote dan komen kalian sangat berharga buat penulis amatiran kaya aku. Kalo ada kritik dan saran silahkan kirim pesan ya:)Salam hangat
-Rf***
KAMU SEDANG MEMBACA
Rain | Slow Update
Novela JuvenilGimana sih rasanya dapet kasih sayang yang tulus dari kedua orang tua? Dan gimana rasanya kalo jadi korban pilih kasih dari ibunya sendiri? Itu yang lagi gue rasain sekarang. Gue rainastasya Anjani Putri, and this is my story.