Teman Baru

75 2 0
                                    

***

Silahkan koreksi jika ada typo:)
HAPPY READING AND ENJOY GUYS!!

***

Di sinilah mereka bertiga, disebuah meja bundar yang terdapat 4 kursi di taman belakang sekolah setelah mereka menyelesaikan hukuman di perpustakaan. Ya, mereka bertiga. Karena ada Aji yang membantu ikut membereskan buku di perpustakaan.

Aji adalah sahabat Pandu semenjak masih duduk di bangku sekolah dasar. Saat SMP mereka terpisah karena orang tua Aji harus pindah keluar kota karena urusan pekerjaan. Saat SMA ternyata mereka dipertemukan lagi di Nusa Bangsa.

Aji sedari pagi memang mencari keberadaan sahabatnya itu, karena tadi pagi dia melihat Pandu berada di depan gerbang bersama dengan Pak Tyo dan seorang gadis yang tidak ia kenali. Karena merasa kelas menjadi sepi jika tidak ada sahabatnya yang memang sifatnya jahil. Terlintas pikiran jahat diotak Aji untuk kabur saja dari jam pelajaran dan segera mencari Pandu.

Saat mencari Pandu di koridor ia tidak sengaja bertemu dengan Pak Tyo yang tanpa ditanya, Pak Tyo mengatakan bahwa sahabatnya--Pandu sedang dihukum bersama Rain dan mungkin mereka sedang berada di gudang untuk melaksanakan hukuman itu.

"Jadi kalian berdua berangkat bareng?" Aji yang duduk berhadapan dengan Pandu pun memecah keheningan yang sedari tadi terjadi. Sedangkan Rain berada ada di sebelah kiri Aji.

Sontak mereka berdua menganggukkan kepalanya dengan kompak sebagai jawaban.

"Terus kalian telat dan ngga ikut upacara?" tanya Aji lagi sambil mengangkat kedua alisnya dan menatap Rain dan Pandu secara bergantian.

Lagi-lagi mereka mengangguk sebagai jawaban.

"Terus kalian dihukum buat bersihin gudang sama beresin buku perpus?" kini Rain dan Pandu saling melirik dan mengangguk tanpa berkata apa-apa.

"Buset dah. Kompak bener jawab pertanyaan gue, sambil lirik-lirikan lagi." Aji geleng-geleng melihat kelakuan mereka berdua yang hanya ditanggapi dengan kendikan bahu oleh Rain.

"Ya sebenernya sih, bukan cuma dua itu aja hukumannya." Pandu melirik Rain sambil meringis yang kemudian dibalas dengan pelototan tajam dari mata gadis itu.

"Hah?" Aji mengangkat kedua alisnya karena bingung.

"Tadi sebelum bersihin gudang kita berdua dihukum buat lari 5 kali keliling lapangan." kini Rain sudah menggigit bibirnya menahan malu karena sebentar lagi Aji akan tahu hukuman konyol yang tadi mereka jalani.

Aji tetap diam menunggu Pandu melanjutkan ucapannya.

"Tapi, hukumannya ngga biasa. Jadi, kita berdua dihukum lari keliling lapangan sambil--"

Kringgg kriiinggg!

Belum selesai Pandu menyelesaikan ucapannya, bel istirahat sudah berbunyi.

"Udahlah ntar ae gue jelasin. Rain lo masih ada utang sama gue. Buruan lunasin sekarang." hutang yang dimaksud Pandu adalah  hutang janji mentraktirnya di kantin. Kini Pandu beranjak keluar taman dan menuju kantin.

Rain segera beranjak menyusul Pandu. Aji yang melihatnya bingung sambil menggaruk tengkuknya.

"Apa sih hukumannya, bikin penasaran ae tuh kunyuk satu. Janji? Janji apaan lagi, sih? Makin bingung gue." Aji juga bangkit untuk menyusul mereka berdua

•••

"Lo mau makan apa? Biar gue yang pesenin." tanya Pandu pada Rain yang duduk disebuah bangku panjang di kantin.

"Bakso sama es jeruk aja deh gue." bukannya Rain yang menjawab tapi malah Aji yang baru saja datang dan duduk di sebelah Rain.

"Gue ngga nanya lo, Saipul!" Pandu menoyor kepala Aji dengan tampang sewot. Rain yang melihatnya hanya terkekeh.

"Gue mau siomay sama es jeruk aja deh. Nih uangnya, sekalian sama punya lo." Rain menyodorkan uang dua puluh ribuan kepada Pandu, tetapi malah ditolak.

Pandu menerima uangnya dengan senyum smirk diwajahnya. Rain yang melihatnya sedikit bingung tetapi kemudian dia mengacuhkannya.

"Gue sekalian pesenin, dong!" Aji menatap Pandu dengan memelas. Pandu hanya berdecak kesal dan berdehem kemudian berlalu pergi.

Setelah kepergian Pandu, hanya ada keheningan di meja itu, sesekali Aji dan Rain saling melempar senyuman canggungnya. Setelah itu mereka sibuk dengan ponsel masing-masing.

"Nih pesenan lo pada." Pandu meletakkan sebuah nampan besar berisi dua mangkuk bakso, 1 piring siomay, 2 gelas es jeruk, dan 1 gelas es teh.

"Makasih, Pan."

"--Ci." sambung Aji dengan menahan tawa.

"Enak aja lo, mau manggil gue panci?" Pandu segera duduk di hadapan Rain.

"Tadinya sih enggak ya, tapi setelah lo bilang gitu tadi kayanya itu sebuah ide yang cukup bagus kalo nama lo ganti jadi panci."

"Serah, Lo!" Pandu sudah kesal dengan kelakuan absurd milik sahabatnya itu.

"Uhuk-uhuk, ah pedes!" tiba-tiba Rain terbatuk-batuk sambil mengibaskan tangannya di depan mulutnya yang terlihat memerah.

Pandu yang melihat itu menggigit bibirnya untuk menahan tawanya yang sebentar lagi meledak.

"Lo kasih berapa sendok sambel disiomay gue?" tanya Rain pada Pandu setelah batuknya mereda.

"Dikit kok, cuma 7 sendok. Hehehe." Pandu menunjukkan tampang watadosnya.

Brakk!

Tiba-tiba ada yang menggebrak meja mereka. Bukan. Itu bukan tangan Rain melainkan ada seorang gadis dengan kuncir kuda yang baru saja datang.

***
Makasih buat yang udah baca cerita aku.
Vote dan komen kalian sangat berharga buat penulis amatiran kaya aku. Kalo ada kritik dan saran silahkan kirim pesan ya:)

Salam hangat
-Rf

***

Rain | Slow UpdateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang