***
Silahkan koreksi jika ada typo:)
HAPPY READING AND ENJOY GUYS!!***
Brakk!
Tiba-tiba ada yang menggebrak meja mereka. Bukan. Itu bukan tangan Rain. Melainkan ada seorang gadis dengan kuncir kuda yang baru saja datang.
Keadaan hening. Semua orang yang ada di kantin menengok ke arah meja mereka karena suara gebrakan meja tadi. Namun, tak berselang lama, keadaan kembali seperti semula. Seolah tak terjadi apa-apa. Tidak penting. Itulah yang ada dipikiran mereka.
"Lo itu ya, Rain! Gue cariin dari pagi ternyata malah bolos sama dua orang ngga jelas kaya mereka gini. Liat sendiri akibatnya, lo dikerjain kan sama Si Anak Tengil ini. Untung aja cuma 7 sendok, coba kalo dikasihnya 10 sendok atau lebih gimana?" ucap gadis itu menggebu-gebu.
Keadaan kantin menjadi hening lagi karena ulah gadis itu. Pandu menatap bingung pada gadis itu karena dia datang tiba-tiba dan langsung marah-marah.
"Maaf ya semuanya, ini cuma salah paham kok, hehe." raut muka Rain meringis tak enak pada seisi kantin. Dia segera menarik gadis itu untuk duduk di sebelah kanannya.
"Lo yang apaan sih, Tas? Dateng-dateng langsung marah. Gue itu tadi pagi telat bangun, terus gue di jalan ketemu tuh sama anak satu tuh." Rain menunjuk Pandu dengan menggerakkan dagunya sambil melayangkan tatapan pada Pandu.
"Terus kita berangkat bareng. Tapi tuh anak malah minta imbalan dari gue, ya udah gue iyain aja biar cepet kan. Sialnya kita telat pas sampe di sekolah, upacara udah mulai. Kita dihukum Pak Tyo buat lari keliling lapangan, bersihin gudang belakang, sama beresin buku di perpus. Pas di gudang, temennya dia dateng terus bantuin kita beresin perpus deh. Habis itu kita ke taman belakang buat nunggu istirahat." Rain menjelaskan panjang lebar.
"Oh iya kenalin, ini Tasya Pangestika. Sahabat gue, maaf kalo dia dateng langsung marah-marah." Rain menggaruk tengkuknya yang tak gatal. Masih merasa tak enak hati dengan Aji dan Pandu. Sedangkan Tasya menjabat tangan Aji dan Pandu untuk berkenalan.
"Aji Ekal Purnasatya."
"Gue Pandu Dirgantara."
"Jadi yang tadi lo maksud kalo Rain masih ada janji sama lo tuh nemenin lo makan di kantin?" tanya Aji yang masih penasaran dan mulai memahami apa yang terjadi, Pandu menjawab dengan anggukan kepala karena dia masih mengunyah bakso dalam mulutnya.
"Terus yang hukuman lari itu gimana?" tanya Aji selanjutnya setelah dia juga selesai mengunyah baksonya.
Rain yang semula akan menyuapkan siomay ke dalam mulutnya. Seketika menghentikan sendoknya di udara, lalu menoleh pada Pandu.
Sedangkan Tasya yang memang datang tidak membawa makanan, tidak menyia-nyiakan momen tersebut, dia langsung memakan siomay yang tidak jadi ditelan sahabatnya itu.
Pandu melirik sekilas pada Rain. Menghela napas untuk menghilangkan sedikit rasa malunya, kemudian ia menjawab.
"Gue disuruh Pak Tyo gendong Rain buat lari 5 kali keliling lapangan, terus banyak anak-anak yang liat kita di lapangan." Pandu meringis kikuk setelah mengatakannya.
"Buset, pantesan gue liatin pas kalian masuk kantin, anak-anak banyak yang nahan tawa gitu. Kirain ada apaan ternyata ngetawain kalian."
Memang benar yang dikatakan Aji, tadi sewaktu mereka datang,banyak pasang mata yang menatap aneh mereka berdua.
Tasya yang sedari tadi hanya diam--diam-diam mencuri siomay Rain-- seketika memegang bahu Rain, membawanya agar menatap ke arahnya.
"Serius Rain?HAHAHAHA. Ngakak gue, lo digendong sama Pandu? Keliling lapangan 5 kali?" tawa Tasya meledak. Rain hanya menatap jengah ke arah sahabatnya itu. Dia juga baru menyadari, porsi siomaynya berkurang. Dia tahu pelakunya, sudah bisa dipastikan pasti Tasya.
"Ketawa lo! Udah nyuri diem-diem makanan gue terus ketawa di atas penderitaan gue, sahabat model apaan lo?" Rain langsung meminum es jeruknya yang tinggal setengah sampai habis untuk menghilangkan rasa kesalnya pada Tasya.
"Hehe sorry Rain." Tasya mengarahkan tangannya membentuk simbol peace pada Rain tapi tawanya masih belum berhenti.
"Lebih ngeselinnya lagi, gue dituduh pacarnya Pandu sama Pak Tyo."
Perkataan Rain barusan kembali mengundang gelak tawa Aji dan Tasya. Namun hanya sebentar, karena mereka mendapat tatapan tak bersahabat dari Pandu.
"Udahlah lagian udah lewat kejadiannya. Buruan habisin, Ji bentar lagi bel masuk, lo nyusul aja ke kelas gue mau balik duluan!"
"Rain thanks ya udah traktir gue makan sorry kalo tadi lo gue kerjain hehe, masih pedes ngga? kalo masih, mau gue beliin minum lagi sebagai permintaan maaf gue?" tawar Pandu pada Rain, karena entah mengapa dia merasa tidak enak pada Rain.
"Ah engga, nggak perlu, udah ngga terlalu pedes kok." tolak halus Rain.
"Oh, oke. Ji, buruan!" Pandu berlalu dari kantin untuk menuju kelasnya.
•••
Kringgg! kringgg! Kriinggg!
Bel tanda pulang sekolah sudah berbunyi, semua murid Nusa Bangsa berhamburan keluar kelas, begitu pun dengan Rain dan Tasya. Mereka berjalan beriringan di koridor menuju gerbang sekolah.
"Rain lo dijemput apa pulang sendiri?" tanya Tasya memecah keheningan.
"Emang gue pernah dijemput ya?" Bukannya menjawab, Rain malah balik bertanya sambil sedikit terkekeh.
"Hehehe siapa tau gitu."
"Eh kalo gue main ke rumah lo boleh ngga, Ra?" Tasya menoleh pada Rain
"Kapan?" Rain memegang tali tasnya dan menghadap pada Tasya.
"Sekarang, gue gabut di rumah, bokap sama nyokap pergi keluar kota 3 hari."
"Ya udah deh, ayoo ke halte." Rain tersenyum pada Tasya dan berjalan ke arah halte yang jaraknya sekitar 20 meter dari sekolah.
***
Makasih buat yang udah baca cerita aku.
Vote dan komen kalian sangat berharga buat penulis amatiran kaya aku. Kalo ada kritik dan saran silahkan kirim pesan ya:)Salam hangat
-Rf***

KAMU SEDANG MEMBACA
Rain | Slow Update
Roman pour AdolescentsGimana sih rasanya dapet kasih sayang yang tulus dari kedua orang tua? Dan gimana rasanya kalo jadi korban pilih kasih dari ibunya sendiri? Itu yang lagi gue rasain sekarang. Gue rainastasya Anjani Putri, and this is my story.