Hukuman

158 10 0
                                    

***
Silahkan koreksi jika ada typo:)

HAPPY READING AND ENJOY GUYS!!

***

Plak!

"Ish! Lo gimana sih bawa motornya? Untung aja ngga kenapa-napa tuh kucing, coba kalo ketabrak!" Rain mengomel dan memukul punggung Pandu karna hampir saja menabrak kucing karena mengebut.

"Ya sorry, dari pada telat kan. Udah lo pegangan pundak gue, gue mau ngebut lagi!" Pandu mulai menjalankan motornya.

Mereka masih diperjalanan ke sekolah. Karena tadi Pandu ngebut dan tidak berhati-hati, hampir saja ia menabrak seekor kucing yang menyebrang jalan.

"Pegangan ke gue, buruan! Gue mau ngebut lagi!" Pandu berujar sambil berteriak karena suaranya yang terhalau angin.

"Hah..? Apa?" Rain juga berteriak karena tidak mendengar ucapan Pandu.

"Lo mau tiba-tiba kejengkang dari motor gue? Entar bukan kau bidadari jatuh dari surga, tapi jadinya kau bidadari jatuh dari motor!" Pandu masih berteriak.

Rain yang mendengar ucapan pandu pun memukul punggung Pandu dengan kencang yang membuat sang empunya mengaduh kesakitan. Namun, tak urung dia memegang pundak Pandu sebagai pegangannya.

Sesekali Pandu mengalihkan pandangannya dari jalanan menuju kaca spion, diam-diam dia memerhatikan wajah imut Rain.

Gerbang sekolah sudah mulai terlihat. 50 meter lagi mereka akan sampai di sekolah. Tapi, nampaknya gerbangnya sudah ditutup rapat dan semua murid SMA Nusa Bangsa sudah berbaris rapi di lapangan, artinya upacara bendera sedang dilaksanakan. Samar-samar terdengar suara petugas upacara yang sedang membacakan susunan acara.

"Ck! tau gini tadi gue naik angkot aja dari pada sama lo, sama aja telat." Rain turun dari motor Pandu sambil berdecak kesal karena dia telat datang ke sekolah.

"Ya jangan salahin gue dong! Seenggaknya gue udah mau kasih tebengan ke lo dan berusaha biar kita ngga telat. Udah ditolongin bukannya makasih malah ngomel-ngomel." Pandu melepas helmnya dan masih duduk diatas motor.

"Lagian lo tuh harusnya berangkat lebih pagi biar ngga telat!" ujar Pandu sewot dan mengalihkan pandangannya ke lain arah.

Ia paling tak suka jika ada orang yang sudah ditolong tapi malah tidak berterima kasih. Memang hanya sepele, hanya mengatakan kalimat 'terima kasih' saja. Namun, ada beberapa orang di luar sana yang sangat memerhatikan hal sekecil itu. Terkadang, ada orang yang bahagianya hanya melalui dia mendapatkan ucapan terima kasih dari orang yang ditolongnya.

"Ya kan gue bangun kesiangan, manusiawi dong!" Rain tak mau kalah dengan Pandu.

"Halah!" Pandu melirik sinis pada Rain.

"Udah deh diem, kita tuh harusnya pikirin gimana caranya masuk, bukan malah berantem ngga jelas gini." Rain melipat kedua tangannya di depan dada.

"Ya mau gimana lagi, kita tungguin sampe upacaranya selesai, terus gerbangnya dibuka lah." Pandu mengeluarkan ponsel dari dalam tasnya dengan santai.

"Ck! Ngga ada cara lain apa? Kalo kita nungguin ntar ketemu guru piket terus dihukum, gue kan ngga mau dihukum." Rain berucap dengan lesu.

Rain melirik Pandu yang diam saja tanpa membalas ucapannya. Laki-laki di depannya ini benar-benar membuat moodnya buruk di pagi hari. Sialnya lagi, hanya mereka berdua yang terlambat yang artinya, ia akan dihukum berdua saja dengan Pandu.

Klek..sreettttt...

Suara gerbang besi yang dibuka mengalihkan perhatian mereka berdua yang semula terdiam.

Di sana nampak seorang satpam dan guru laki-laki sambil membawa penggaris kayu sepanjang 1 meter. Guru itu adalah pak Tyo, sang guru BK.

Rain menelan ludahnya melihat guru itu. Sedangkan Pandu hanya menatap guru itu dengan santai.

"Kenapa kalian telat? Owh atau jangan-jangan kalian pacaran dulu ya? Kalian sebagai siswa itu kalo Senin pagi harusnya UPACARA bukan UPACARAN" Pak Tyo menekankan kata upacara dan upacaran sambil berjalan mendekati mereka.

"Kita ngga pacaran kok pak!"

"Kita ngga pacaran," ucap Rain dan Pandu bersamaan.

"Kalian ngomong aja barengan, masih aja ngga mau ngaku kalo pacaran ya" Pak Tyo melihat Rain dari atas sampai bawah.

Rain mengernyitkan keningnya samar, memangnya apa hubungannya pacaran dengan berbicara bersamaan?

"Bapak ini dibilangin ngeyel banget sih, Pak! Emang kalo ngomongnya barengan harus banget ya pacaran?" Rain menjawab nyolot.

"Ck kamu ini udah telat, ngga ngaku kalo pacaran, berani lagi sama saya ya" Pak Tyo geleng-geleng kepala melihat kelakuan Rain.

Sedangkan Pandu daritadi hanya diam mengamati pak Tyo dan Rain.

"Kamu juga Pandu, sudah berapa kali kamu telat dalam sebulan ini, hah?!" Kini pak Tyo bergantian mengintrogasi Pandu.

Pandu yang dari tadi hanya diam terkejut tiba-tiba pak Tyo bicara padanya.

"Baru juga 2 kali, Pak." Pandu menjawab pertanyaan pak Tyo dengan cengengesan dan menggaruk tengkuknya yang tak gatal.

"Minggu kemarin alasannya ada yang jenguk kucing kamu yang baru lahiran. Minggu kemarinnya lagi katanya kucing kamu lahiran, sekarang mau alasan apa lagi kamu? Kucing kamu ditinggal kawin lagi sama pasangannya?" Rain yang mendengarnya menahan tawa karena mendengar alasan Pandu.

"Baru juga 2 kali, Pak." Jawab Pandu lagi.

"Sudah, kamu saya hukum harus gendong Rain lari keliling lapangan 5 kali karena kalian ngga mau ngaku kalo pacaran, padahal ngga apa-apa kalo kalian ngaku pacaran, asal jangan mengumbar kemesraan di depan saya. Setelah itu bersihkan gudang belakang sekolah dan rapikan buku di perpustakaan!" kata pak Tyo tegas dan membuat mata mereka melotot.

"HA? APA, PAK!?" Teriak Rain dan Pandu karena saking kagetnya dengan hukuman konyol dan sebanyak itu hanya karena mereka terlambat.

***

Makasih buat yang udah baca cerita aku.
Vote dan komen kalian sangat berharga buat penulis amatiran kaya aku. Kalo ada kritik dan saran silahkan kirim pesan ya:)

Salam hangat
-Rf

***

Rain | Slow UpdateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang