EPS 2: SNARE

3.2K 533 109
                                    


Sedari tadi, Seulgi tak berhenti menahan mata dan kepalanya yang hampir terantuk meja karena menahan kantuk. Matanya terlihat sayu karena kurang tidur semalaman. Ya, setelah pulang kerja dari minimarket, dia masih harus bekerja di pagi harinya sebagai akuntan. Akuntan biasa, di sebuah perusahaan biasa yang tak terlalu besar. Yah, cukup lah untuk membiayai hidupnya yang serba pas-pasan.

Dia bekerja banting tulang siang dan malam hanya untuk membiayai hidupnya yang terasa begitu berat. Tapi ... Seulgi rasa dulu tak seperti ini. Dulu hidupnya benar-benar bahagia dan sempurna saat dia diberikan segala kemudahan dengan bergelimang harta dari ayahnya. Tidak, Seulgi tak berusaha mengungkit, hanya saja, dia kadang merindukan hidupnya yang dulu saat ayahnya belum masuk perjara.

Dan Seulgi ingin sekali tertawa saat nyatanya nasib malah mengubah semuanya. Semua hartanya hilang entah kemana semenjak ayahnya meninggalkan mereka. Tapi mungkin, kalian hanya tahu tentang ayah Seulgi yang masuk penjara tanpa tahu alasan kenapa dia ditahan.

Jawabannya? Seulgi tak mau membahas itu sebenarnya, tapi dia  tak bisa memungkiri jika ayahnya terkena skandal korupsi.

Ya, sangat hina memang. Ayahnya adalah seorang politikus yang sayangnya tertangkap karena ketahuan mengambil hak oramg lain. Benar, ayahnya melakukan itu semenjak menikah dengan Sora—ibu tirinya.

Tidak, dia bukan menyalahkan Sora, hanya saja, ibunya yang selalu berdandan mewah itu memicu ayahnya dan menuntut pria itu menjadi serakah. Bukan Seulgi menuduh, tapi itu kenyataan.

Ayahnya dulu bahkan tak seperti itu saat ibu kandungnya ada, tapi semenjak menikah dengan Sora, entah apa yang ayahnya lakukan saat kini hidupnya hancur bahkan jatuh miskin. Entahlah, Seulgi hanya bisa meratapi itu.

Kini, gadis bermarga Kang itu masih menumpu dagunya dan memejamkan matanya agar rasa kantuk itu hilang. Tapi sampai dia terkejut saat namanya terpanggil membuatnya terkesiap karena terkejut.

"Kang Seulgi?"

"Oh! Ya?" Panik Seulgi dan langsung membereskan beberapa pekerjaannya. Tapi syukur lah itu Raena, teman kerjanya, bukan bosnya.

"Seulgi kau ... tidur?"

"A-ah tidak, aku hanya diam sebentar." Tapi setelah itu, Raena tak menjawab dan lebih memilih untuk menyampaikan sesuatu pada Seulgi.

"Seulgi, kau baik-baik saja? akhir-akhir ini kau terlihat lelah." Mendengar itu pun, Seulgi mengerutkan kening.

"H-huh?"

"Kau terlihat selalu lelah. Ada apa?" Mendengar itu pun Seulgi menggeleng.

"Tidak, aku baik-baik saja."

Sampai setelah itu tak ada yang berbicara. Raena hanya bisa mengangguk jika Seulgi mungkin memang agak kelelahan dan kurang tidur, tapi setelah itu, Raena kembali berbicara untuk menyampaikan sesuatu ada Seulgi.

"Seulgi, aku ke sini hanya ingin memberitahu." Seulgi pun menunggu. "Kemarin aku sempat mengirimkan pekerjaan untukmu lewat e-mail kan? Aku ingin kau menghitung pengeluaran dan pemasukan perusahaan selama sebulan."

"Ya, lalu?" Sampai Raena menjeda kalimatnya beberapa detik.

"Bos bilang, itu tak sesuai."

Deg

"Bos bilang semuanya salah, berantakan." Detik itu juga, Seulgi terdiam. Dia membeku mendengar itu karena merasa melakukan pekerjaan dengan benar. Apa maksud Raena? dia sudah bekerja keras untuk itu.

"A-apa?" Seulgi menatap Raena agak terkejut.

"Kau salah menghitung semuanya bahkan jumlahnya tak sesuai." Sungguh, Seulgi tak mengerti kenapa hal itu bisa terjadi. "Kau salah memasukan jumlah uang, kau salah memasukkan jumlah pengeluaran. Semuanya salah."

[DITERBITKAN] XANNYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang