BRAK BRAK BRAK
"Bu! Buka pintunya!" Seulgi terlihat begitu terengah setelah dia berhasil sampai di rumahnya. Ya, dia kabur dari Jimin—untuk kesekian kalinya.
Tapi kali ini, entah kenapa dia malah pergi ke rumahnya, dimana bahkan Jimin bisa sangat mudah menemukannya.
BRAK BRAK BRAK
"Bu!" Sekali lagi Seulgi menggedor pintu. Sampai akhirnya pintu itu berhasil terbuka dan menampakkan sosok ibunya.
"Seulgi?" Ibunya terlihat keheranan melihat Seulgi di sana dan dia semakin heran saat Seulgi masuk begitu saja lalu menutup rapat pintunya. "Seulgi, kenapa?"
Ibunya tak mendapatkan jawaban apapun. Bahkan saat melihat Seulgi yang kini berjalan menuju kamar dengan tergesa. Sebelum menghampiri Seulgi, ibunya membuka pintu dan memastikan jika mungkin ada seseorang yang mengejar Seulgi. Namun nyatanya, dia tak mendapati siapapun.
Ibu Seulgi pun mengekori putrinya menuju kamar. Dia melihat Seulgi yang terlihat tengah menutup gorden kamarnya rapat-rapat.
"Seulgi, ada apa denganmu?" Ibunya kembali bertanya. "Ibu benar-benar tak mengerti. Bahkan tak ada siapa pun di luar, kenapa kau seperti ketakutan begitu?" Tapi Seulgi sama sekali tak menjawab. "Seulgi--,"
"Jangan katakan pada siapa pun jika aku di sini."
"Kenapa? Ada apa sebenarnya?"
Tapi Seulgi memilih untuk menunduk takut, membiarkan ibunya benar-benar kebingungan.
"Lalu, kenapa kau pulang? Mana Jimin? Kau bersamanya kan?" Mendengar nama itu, Seulgi mendadak ketakutan. Nama itu seolah menjadi mimpi buruk baginya.
Seulgi kemudian menggeleng.
"Jangan bilang kau mangkir dari pekerjaan?" Dugaan ibunya benar, bukan hanya mangkir dari pekerjaan, Seulgi bahkan benar-benar berusaha pergi dari Jimin. "Seulgi--,"
"Tidak--,"
"Lalu kenapa kau di sini dan tidak bersama Jimin? Bukankah kau masih bekerja dengannya?" Di sana, Seulgi masih menunduk. "Seulgi, jawab--,"
"Aku sedang tidak bekerja."
Seketika ibunya mengerutkan kening.
"Tidak bekerja?"
"Jimin mengizinkanku pulang."
Ibunya sedikit ragu. Ini memang bukan hari kerja, tapi Seulgi datang dengan keadaan seperti itu dan mengatakan jangan beritahu siapapun. Kenapa dia seolah sedang menghindar dari seseorang?
"Seulgi, ibu tanya sekali lagi, ada apa denganmu? Kau benar-benar tak apa kan?" Ibunya bertanya sambil mendekat.
Seulgi pun sedikit mengangguk.
"Jangan berbohong pada ibu. Ibu tahu kau sedang menyembunyikan sesuatu."
"Tidak bu, aku--,"
"Lalu kenapa kau datang dengan keadaan seperti ini?"
Seulgi benar-benar frustasi. Dia tak bisa mengatakan apapun, tapi dia juga tak bisa memungkiri jika dia sangat ketakutan.
"Seulgi, jawab--,"
"Bisakah kau membiarkan aku sendiri?" Ibunya pun terdiam mendengarnya. "Aku tak apa, aku hanya kelelahan, aku tak mau diganggu." Ibunya masih terlihat berpikir. "Bisakah kau keluar? Aku akan menjelaskannya nanti."
Meskipun ibunya terlihat kebingungan, dia tetap menuruti Seulgi dengan perlahan keluar dan membiarkan Seulgi tenang.
Entah apa yang putrinya pikirkan, dia sangat aneh dari semenjak bekerja di perusahaan itu. Dari mulai ditemukan oleh polisi karena mencoba bunuh diri, sampai hal ini. Seulgi tak apa kan? Bukankah bosnya memperlakukan Seulgi baik dan menggajinya dengan sangat layak? Lalu kenapa seulgi justru seperti ini?
KAMU SEDANG MEMBACA
[DITERBITKAN] XANNY
FanfictionJimin terobsesi pada gadis itu dari dulu. Meskipun dia membencinya, meskipun dia menganggap Jimin sampah. Tapi obsesi itu kini berubah menjadi dendam. Saat dirinya selalu dipandang rendah, kini keadaan sudah berbalik. Jimin masih ingin menghancurka...