"Pergi kemanapun sesukamu, karena pada akhirnya kau akan tetap kembali padaku."
Untuk beberapa detik, mereka saling bertatapan dengan posisi saling berhadapan setelah jatuh di trotoar. Seseorang itu tiba-tiba menarik Seulgi saat dia baru saja akan melompat ke sungai.Mereka bahkan saling terkejut karena perbuatan gadis itu beberapa waktu lalu. Sungguh, bunuh diri tak akan pernah menjadi jalan yang benar sebesar apapun masalah yang didapat. Apapun alasannya.
Detik itu juga, seolah tersadar, Seulgi buru-buru melepaskan pelukan mereka dan terduduk. Seulgi kini kembali menangis sementara seseorang yang menolongnya itu juga ikut bangun dan sedikit menenangkannya.
"Nona, kau baik-baik saja?" suara beratnya terdengar khawatir. Tapi tetap saja, dia hanya orang asing yang entah datang dari mana malah menyelamatkan Seulgi.
"Apa yang kau pikirkan? kenapa kau mau terjun dari sana?" Sampai kini Seulgi menatap pria itu. Seulgi pikir tak akan ada yang mengerti apa yang dia rasakan, siapapun tak tahu betapa menakutkan dan menderita hidupnya.
"Nona, ayo aku antar--,"
"TIDAK!" Seketika Seulgi menolak, dia tak mau kembali lagi.
"Nona, jangan seper--,"
"Kau tak mengerti, kau tak akan pernah mengerti." Pria itu terlihat kebingungan dengan prilaku Seulgi. Bahkan saat Seulgi tiba-tiba bangkit dan berniat untuk kembali terjun.
Melihat itu pun, pria itu buru-buru mencegah Seulgi.
"APA YANG KAU LAKUKAN!"
"LEPAS! AKU MAU MENGAKHIRI SEMUANYA!"
"SADARLAH! KAU TAK BISA SEPERTI INI!" Seulgi masih memberontak dan berniat terjun sementara pria itu masih mencegahnya. Tapi sampai pria itu benar-benar menghentikannya dan memeluknya menenangkan gadis itu.
Seulgi tak tahu harus melakukan apa lagi, dia tak akan pernah mendapatkan apa yang dia inginkan. Tak ada yang mengerti, sungguh. Semua jawaban yang selama ini dia pikirkan adalah mati. Jalan satu-satunya untuk terbebas dari penderitaannya adalah mengakhiri hidupnya. Tak ada cara lain.
"Nona, kumohon." Pria itu melepaskan Seulgi dan kembali menenangkannya. Semua yang ada di pikiran perempuan itu hanyalah emosi dan ketakutan. "Ayo, lebih baik kita bicara di mobil." tapi Seulgi tentu saja menolak tawaran pria itu.
"Nona, jangan takut. Aku seorang polisi, aku tak melakukan apapun." Mendengar itu Seulgi terdiam. "Ini sudah menjadi tugasku untuk melindungi siapapun. Ayo, kita ke mobilku." Di sana, seulgi mulai mempertimbangkan itu. Haruskah dia menurut?
Dan pada akhirnya, Seulgi perlahan mengikuti pria itu. Seulgi juga melihat mobil polisi di sana, seperti pria itu katakan.
"Masuklah." Seulgi sedikit ragu meskipun selanjutnya, dia memilih untuk masuk dan sedikit mempercayai polisi itu.
Pria itu juga ikut masuk. Di dalam mobil, tak ada yang mengeluarkan suaranya sama sekali, mereka lebih memilih untuk diam, sementara polisi itu memilih untuk mendengarkan tangisan Seulgi yang masih terdengar sangat memilukan.
"Sudah jangan menangis, Nona." Ujar pria itu menenangkan. Dia bahkan mengambil tissue dan memberikannya pada Seulgi. Seulgi pun menerimanya dan mengusap air matanya.
Masih tak ada yang mereka lakukan di dalam sana, sampai kemudian pria itu mulai berbicara.
"Nona, sudah jangan menangis aku tahu mungkin ini berat untukmu tapi bunuh diri bukan jalan keluar." Seulgi masih belum menjawab setelah kalimat itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
[DITERBITKAN] XANNY
FanfictionJimin terobsesi pada gadis itu dari dulu. Meskipun dia membencinya, meskipun dia menganggap Jimin sampah. Tapi obsesi itu kini berubah menjadi dendam. Saat dirinya selalu dipandang rendah, kini keadaan sudah berbalik. Jimin masih ingin menghancurka...