9. Enchanted

270 47 23
                                    

"I'm wonder struck,
blushing all the way home"

***

"Gue masih inget banget. Dulu pas masih SD, gue dibully karena punya 2 bapak, Papa Rizki dan Ayah Kevin." Alita mulai bercerita. Mereka berada di tanah lapang dan duduk bersebelahan di atas pipa beton tidak jauh dari sepeda Raiyan yang terparkir.

Gadis itu sudah berhenti menangis, walau masih ada sisa air mata di pipi dan ujung matanya. Alita mengela napas dalam sebelum melanjutkan cerita.

"Gue pikir punya dua sosok Papa dan Ayah di saat bersamaan itu menyenangkan. Kenyataannya pun begitu, gue nggak pernah kekurangan kasih sayang. Gue ngerasa jadi gadis kecil paling beruntung. Tapi, Alita kecil termakan omongan-omongan sumbang di luaran sana. Mereka bilang gue aneh, gue nggak sama dengan mereka karena punya dua bapak. Dan yang paling menyakitkan, mereka bilang gue anak haram. Lo bisa bayangin anak usia 7 tahun harus menghadapi kata-kata semacam itu?"

Alita menoleh pada Raiyan, cowok itu menatap dalam matanya. Alita tersenyum pahit mengingat masa-masa paling mengerikan dalam hidupnya.

"Alita kecil ngamuk, dia takut pergi ke sekolah, meskipun dulu dia nggak terlalu paham apa arti 'Anak Haram', menyadari bahwa ia berbeda sudah terlanjur mengecilkan hatinya. Dan sosok yang paling dia benci saat itu adalah Mama dan Ayah. Dia cuma mau hidup sama Papa, yang dia anggap paling bersih, yang bisa menyelamatkannya dari dua orang yang udah membuat dia terbully. Sampe akhirnya Mama masuk rumah sakit. Gue merasa bersalah dan saat itu juga bertekat untuk nggak ngedengerin mereka yang mau menjatuhkan gue. Gue harus cuek dengan apa yang menurut gue nggak penting, dan gue berhasil. Secepat itu tersakiti, secepat itu gue melupakan. Seiring berjalannya waktu, gue harus menerima kenyataan bahwa gue ada karena hubungan terlarang."

Angin berhembus cukup kencang, mengantar debu beterbangan. Alita beberapa kali menyelipkan rambutnya yang berantakan ke belakang telinga. Raiyan masih memerhatikan Alita yang menatap lurus ke depan. Selama ini yang ia tahu Syiffa pernah gagal di pernikahan pertamanya dan menghasilkan putri secantik Alita, tapi ternyata ia salah.

"Lo masih jadi cewek yang seberuntung itu." suara Raiyan menarik atensi Alita. "Ayah lo masih mau bertanggung jawab atas lo, dan gue nggak pernah ngeliat Om Rizki memperlakukan lo berbeda. Beliau sayang sama lo kayak anaknya sendiri. Kalo terjadi sesuatu sama lo, gue yakin mereka nggak akan mau saling mengalah buat jadi yang pertama untuk lo."

Sudut bibir Alita tertarik. "Iya, lo bener." lalu menunduk melihat ujung kakinya yang beralas sandal jepit. "Ayah memperlakukan gue seperti tuan putri, selalu punya seribu satu alasan untuk ngasih gue barang mulai dari yang penting sampe bener-bener nggak penting. Rela ngebatalin pertemuan ke luar negeri demi liat theatre pertama gue, padahal peran gue cuma jadi Domba. Ayah Kevin bahkan pernah berdebat dengan Mama soal kado ultah gue yang ke-17 berupa apartment dan mobil mewah. Sedangkan Papa, gue selalu bersyukur Mama dipertemukan dengan laki-laki seperti dia. Kalo disuruh milih di antara mereka, gue nggak akan bisa."

***

"Makasih, Ayah. Alita hari ini seneng banget." Alita kecil memeluk boneka Olafnya erat-erat. Kedua pipinya merah karena seharian ini tersengat Matahari, namun itu tak menyurutkan sebuah senyum lebar terbit di wajah kecilnya. "Lain kali kita bisa pergi sama Mama, Papa, Huan sama Al? Kalo rame-rame pasti lebih seru."

Kevin berlutut, menyelaraskan tubuhnya dengan tinggi badan putrinya yang baru berusia sepuluh tahun. "Iya, nanti kalo waktunya tepat. Kita pergi sama-sama." Kevin tersenyum mengusap rambut Sang Putri. Meski dirinya takkan mampu mewujudkan keinginan Alita, tapi ia akan selalu berusaha membuat Putri satu-satunya bahagia.

Dream EnoughTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang