11. Masalah selesai?

198 42 0
                                    

"Durasi lama, tapi endingnya gitu doang. Gue sampe ngantuk." Yemima menggeliat meregangkan otot begitu keluar dari theater. Ia menguap lebar kemudian kembali mengeluh. "Gue laper. Ayo makan."

"Kita makan apa?" tanya Sephia.

"Gue pengen kwetiaw goreng yang di tempat biasa."

"Boleh, porsinya banyak bikin kenyang." Sephia beralih pada Alita. Tiga gadis yang masih berseragam sekolah itu berdiri di depan pintu bioskop. "Ta, gimana?"

"Hah?"

"Lo kenapa sih, Ta?" tanya Sephia sedih. "Lo sekarang sering diem. Padahal gue ngajak jalan hari ini sebagai tanda permintaan maaf gue kemarin. Sekaligus ngeganti waktu kita."

Yemima melipir. Dia menyenggol lengan Alita memberi kode. Alita paham. "Hoam, bener kata Mima. Filmnya ngebosenin, gue sampe ngantuk."

Selama dua tahun saling kenal dan menjadi sahabat, baru akhir-akhir ini mereka bersikap tidak natural. Serba pura-pura walau mereka saling mengetahui itu. Harus ada yang menghentikan ini.

"Mima ngajak makan di resto biasa. Lo mau?" Sephia mengulangi.

"Ayok aja gue."

Mereka akhirnya pergi ke Restaurant, makan lalu memutuskan pulang. Mereka menuju tempat parkir tanpa banyak bicara. Saat pintu lift terbuka, mobil Yemima sudah terlihat dari jauh.

Yemima berbisik pada Alita, Alita mengangguk mengerti.

"Pi, masuk ke jok belakang." Yemima membuka pintu jok belakang untuk Sephia. Alita sudah masuk duluan melalui sisi lain.

Sephia menatap Yemima tidak paham. "Gue duduk belakang sama Lita? lo jadi supir gitu, Mi?"

"Udah, lo masuk aja." Yemima mendorong Sephia hingga masuk tanpa sempat menolak. Ia kemudian menyusul masuk.

***

Sephia semakin bertanya-tanya melihat dua sahabatnya duduk di sisi kiri dan kanannya, apalagi ini di jok belakang Ford Fiesta milik Yemima.

Sephia mulai takut. Apa ia akan mulai diinterogasi? ia takkan bisa lari.

"Pi, jujur sama kita. Ada hubungan apa lo sama Jovan?"

Bukan interogasi, tapi langsung pada intinya. Ya begitu lah kalau Alita sudah bertindak.

Sephia hampir tak bernapas mendengar nama Jovan disebut.

"Jo-van?" suara Sephia terbatah. "Kenapa tiba-tiba bahas Jovan?" ia sampai menahan lututnya yang mulai bergetar dengan kedua tangan.

"Kemaren, gue sama Alita lihat apa yang kalian lakuin di deket gudang penyimpanan alat olahraga."

Mata Sephia membola menatap Yemima. Tak lama hingga air mata mulai menyusuri kedua pipinya.

Jadi Yemima dan Alita sudah tahu sejauh itu? ini terlalu memalukan. Entah besok atau kapan, kedua sahabatnya pasti akan meninggalkannya. Siapa yang mau menjadi teman gadis murahan seperti dirinya. Atau tak perlu menunggu besok, beberapa menit dari sekarang mungkin Yemima akan mengusirnya dari tumpangan cewek itu.

"Ma-af." air mata Sephia mengalir deras di balik kedua tangannya yang menutupi wajah. Untuk menampakan wajahnya saja ia tak mampu. "Ma-af, maaf, maaf."

Bibir bisa mudah mengajukan pertanyaan. Tapi tetap saja rasanya nelangsa apalagi melihat sahabat baiknya sekarang memohon maaf sambil menangis.

Alita menyandarkan punggung, mengela napas dalam. Kepalanya jadi pening.

Yemima menepuki bahu Sephia yang naik turun.

"Kenapa lo bisa bertindak sejauh itu di belakang kami? di antara kita bertiga, lo yang paling dewasa, lo yang paling bijak. Kenapa?"

Dream EnoughTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang