5. Kunjungan pertama

256 51 8
                                    

"Bentar, ya, Yah. Lita panggilin Mama."

Kevin mengangguk, mempersilakan Alita masuk meninggalkannya untuk memanggil Syiffa. Rumah kediaman Anjaya terlihat cukup sibuk hari ini, ada satu mobil terparkir di garasi dan Kevin tahu itu bukan milik Sang tuan rumah. Suara beberapa orang bersautan dari dalam. Tak sampai lima menit, Syiffa keluar dengan menggunakan celemek motif sambil mengeringkan tangan ke baju yang ia pakai.

"Hai, Vin. Masuk?" Syiffa mempersilakan saat menyadari Kevin dari tadi hanya berdiri di teras.

Kevin menggeleng, meskipun sikap Syiffa padanya sudah tidak sekaku dulu, tapi Kevin harus tetap tahu posisinya. Ditambah, ia yakin pemilik mobil yang terparkir di garasi rumah ini takkan menyukai keberadaannya. "Nggak, Syiff, di sini aja."

Syiffa membulatkan bibir. "Ada apa? kata Alita, kamu mau ngomong."

"Happy birthday, Syiff." ucap Kevin ragu-ragu. Syiffa belum bereaksi. "Semoga kamu semakin bahagia."

Jangankan kebahagian, sebuket bunga atau sebuah kue coklat pun Kevin tak bisa memberikannya. Atau lebih tepatnya, tak lagi pantas. Bahkan kebahagian wanita itu dulu pernah ia renggut dalam sekejap mata. Kini Kevin harus sadar, Syiffa hanya ibu dari putrinya, takkan bisa lebih dari itu. Kebahagian yang dimiliki Syiffa, tidak termasuk ia di dalamnya.

Syiffa tersenyum kikuk sambil menggaruk pelipisnya. "Aku ngerasa udah terlalu tua untuk merayakan ulangtahun. Tapi sepertinya mereka nggak mau kalo nggak ada pesta." Syiffa mengangkat jempol yang diarahkan ke belakang, menunjuk kegaduhan dari arah dalam rumahnya.

"Kalo nggak sibuk, kamu bisa ikut makan malam? aku yakin Mas Rizki nggak keberatan."

Rizki mungkin tidak akan mengusirnya. Seperti biasa, pria itu pasti hanya diam demi menghormati perasaan Alita. Tapi tidak untuk kedua orangtua Syiffa dan mertuanya. Jadi, Kevin menggeleng, dia tidak mau menjadi perusak suasana. "Makasih, Syiff. Mungkin lain kali." juga mungkin takkan kuat melihat kemesraan Mantan kekasihnya dengan Sang suami.

Syiffa mengangguk mengerti.

"Bisa tolong panggil Alita? aku mau pamit."

"Sebentar." Syiffa kembali masuk sambil berteriak, "Kak... Alita..."

"Ya, Ma?" Alita keluar dari kamar Alaia dengan seragam putih abu-abunya yang tidak serapi tadi.

"Ayah mau pamit."

"Oh, Oke." Alita keluar bersama Syiffa.

"Ayah balik ke kantor dulu, Sayang. See you tomorrow."

Alita tersenyum tipis. Dari kalimat pamit Kevin barusan, Alita menyimpulkan Sang Ayah menolak ajakan makan malam Syiffa. "Ati-ati, Yah."

Kevin mengangguk, mencium kening Alita dan berpamitan pada Syiffa. "Aku duluan, Syiff."

Syiffa merangkul lengan Alita dan memberi usapan menenangkan di sana sampai mobil Kevin benar-benar hilang dari pandangan mereka. Syiffa tahu perasaan kecewa putrinya, sudah setiap tahun seperti ini.

"Ayo masuk, bantuin Mama. Masih banyak masakan yang belum siap."

Senyum menenangkan itu terbit di wajah Syiffa, selalu bisa menghangatkan perasaan Alita.

***

Huan mengangkat kursi terakhir keluar halaman belakang. Alita, Alaia dan dibantu Clara memindahkan hidangan demi hidangan ke meja panjang yang tadi sudah ditata rapi oleh Arief dan Huan. Karena jumlah orang yang akan mengikuti makan malam cukup banyak sedangkan ruang makan dan meja makan yang dimiliki keluarga Rizki tidak terlalu besar, jadi acara makan malam diadakan di halaman belakang.

Dream EnoughTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang