1. Aktifitas pagi

644 60 13
                                    

"Engh..." erangan berat berasal dari bawah selimut bermotif polka dot merah. Pelan-pelan sepasang tangan mungil menurunkan selimut hingga menunjukan setengah wajah si pemilik ranjang.

Dua mata bulatnya mengerjap pelan. Dia melihat ke arah jam dinding. Kurang dari 2 jam lagi dirinya harus pergi ke sekolah.

"Liburnya udah abis." gumam Alita sambil menyibakan selimut hingga sepasang piyama Olaf-nya terlihat.

Alita mengembuskan napas panjang sebelum beringsut duduk. Sebenarnya, dia sudah bangun sejak subuh. Setelah menunaikan salat wajib, dia memang tidak pernah bisa tidur lagi. Alita memang tipe orang yang sulit tidur jika sudah sekali terbangun.

Mau belajar, tapi dia malas. Hari pertama di semester baru harusnya kegiatan belajar mengajar masih santai. Jadi, ya, dia menghabiskan waktu bergulung di bawah selimut saja.

Suara jarum jam masih mendominasi suasana kamar. Sebelum 'alarm' di rumahnya berteriak, Alita mengambil pita di atas nakas, mengikat rambutnya ke atas dan berjalan malas-malasan mengambil handuk di belakang pintu lalu keluar kamar.

Sepi.

Dari arah balkon Matahari juga masih malu-malu menampakan sinarnya. Di rumah dengan 2 lantai, Alita menempati lantai atas bersama adik ke-2-nya. Kamar mereka saling berhadapan sebelum balkon, di samping kanan kamar Alita terdapat ruang tengah yang berfungsi sebagai perpustakaan sekaligus ruang TV yang televisinya jarang dinyalakan.

Alita memang lebih suka menghabiskan waktu bersama keluarga di lantai bawah yang lebih luas dan memiliki banyak ruang. Dia naik jika akan tidur saja. Belajar pun sering ia lakukan di kamar adik ke-3-nya yang juga terletak di lantai bawah.

Di sebelah kanannya lagi ada tangga menuju lantai bawah. Sebelum kamar mandi yang berseberangan dengan taman minimalis sekaligus tempat menjemur pakaian.

Alita berkedip sekali. Menatap lurus pintu kamar tepat di hadapannya. Ini masih sangat pagi, sepertinya Huan masih bergumul dengan guling dan selimutnya.

Bagus. Itu artinya mereka tidak perlu berebut kamar mandi.

Alita bergegas menuju kamar mandi dengan handuk yang ia sampirkan di pundak. Dia pindahkan handuk di gantungan balik pintu. Memutar kran berniat menggosok gigi.

Tidak keluar air.

Alita lupa sudah 2 hari air di kamar mandi atas tidak keluar.

Alita mencoba peruntungan dengan menekan kenop shower.

Tidak ada setetes pun air yang jatuh.

"Ah..." Alita mendengkus sebal. Dia mengemas peralatan mandi dan handuknya. Itu artinya, hari ini dia harus mengungsi mandi di bawah. Lagi.

Satu demi satu anak tangga Alita pijak dengan malas. Dalam hatinya dia menggerutu karena sang Papa tidak segera memperbaiki kran air.

Di setengah perjalanan menuruni tangga, telinga Alita terganggu dengan suara-suara aneh dari bawah. Alita berhenti, menajamkan pendengaran mencoba menganalisa suara aneh yang baru dia dengar.

Kedua alis mata Alita menyatu. Sedetik kemudian dia sadar, sepertinya dia tahu suara apa itu.

"Ini masih pagi, ya Tuhan..." Alita mendesis marah. Langkah malasnya berganti pijakan tergesah-gesah.

Tepat di anak tangga terakhir, Alita memelankan langkah kakinya. Berbalik menuju dapur yang ia yakini tempat di mana suara-suara yang mengganggu pendengarannya tadi berasal.

Benar dugaannya.

Pemandangan tidak 'senonoh' menyambut Alita yang berdiri tepat di samping meja makan.

Dream EnoughTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang