#3

5.5K 646 28
                                    

"KABUTO...!!! " Sarada berteriak hingga pita suaranya sakit. Ia membawa gadis yang ia temukan dalam gendongannya, dan kekhawatirannya terus bertambah tanpa dapat ia cegah.

"apa yang terjadi.? Ada apa dengannya.?" seorang dokter yang Sarada panggil dengan nama Kabuto bertanya bingung.

"jangan hanya diam bodoh, cepat selamatkan dia." Sarada membentaknya, dan dua orang datang dengan kasur dorong lalu mengambil alih tubuh Hinata.

"tunggu di sini." perintah Kabuto.

Sarada jatuh terduduk, hatinya cemas oleh sebab yang tak ia ketahui. Ia menunggu di depan ruang steril milik Kabuto.

Mansion milik ayahnya terlalu besar, hingga menyembunyikan seorang gadis yang tengah sekarat bukanlah masalah untuknya. Tentu selama tidak ada yang melapor pada ayahnya.

"bagaimana dia.?" Choucho bertanya pada Sarada yang masih duduk termenung di depan ruangan yang tertutup.

"entahlah, Kabuto belum keluar." Sarada melihat jam pada ponselnya, sudah hampir dua jam mereka di dalam. Dan belum ada tanda pintu itu akan terbuka, tepat saat Sarada akan meninggalkan tempat itu. Kabuto keluar dari sana bersama Misuki, keponakannya.

"hmm, tangan kanannya patah, paha kiri retak. Cedera tulang leher, dan ada pembengkakan di lambung. Ingat saat kau berkelahi bersama ayahmu dan perutmu bengkak karna terkena tendangan.?" tanya Kabuto pada Sarada.

Sarada mengangguk. "aku hanya bisa makan bubur selama seminggu."

"ya, kira-kira seperti itulah."

"kapan ia sadar.?"

"entahlah, ini bukan kau yang biasanya. Biasanya kau lebih senang mengakhiri penderitaan seseorang dari pada memperpanjangnya." Misuki menyatakan pendapatnya.

"aku juga tak tau, dan pastikan kalian semua menutup mulut dari ayahku."

.

Sasuke sedang memeriksa berkas yang baru saja anak buahnya kirim, laporan tentang beberapa bar dan hotel yang ada di wilayahnya.

Sesekali matanya menyipit dan tangannya mencatat, ia sangat serius membaca saat pintu ruangannya terbuka.

Hanya satu orang yang berani masuk ruangannya tanpa mengetuk pintu. Itu pastilah anaknya.

"bagaimana.?" tanyanya tanpa mengalihkan perhatiannya dari kertas yang ia pegang.

"aku berhasil membawa Deidara hidup-hidup."

"hmm, apa ada yang selamat.?" tanya Sasuke, kali ini ia memperhatikan raut wajah Sarada yang tetap sama, tak berubah sama sekali.

"tidak." jawab Sarada dengan tenang.

"lalu, jelaskan."

"mereka hanya petani yang jatuh dalam hutang yang menumpuk karna bunga yang tak masuk akal. Awalnya mereka di suruh menjual obat-obatan terlarang, tapi akhirnya mereka tak sanggup melakukannya lagi. Dan lebih memilih membayar hutang mereka dengan cara benar, tapi-"

"mereka tidak puas." Sarada mengangguk mendengar perkataan Sasuke. "hmm, kau boleh pergi."

Dengan tenang Sarada meninggalkan ruangan ayahnya, meninggalkan Sasuke menatap pintu yang di tutup Sarada.

Ia melirik berkas yang tadi Choucho antar, daftar lengkap korban, juga anggota Akatsuki yang mati malam ini. Ia hendak membacanya, namun ia urungkan. Kepalanya butuh istirahat.

.

.

.

Tak bisa di bayangkan rasa sakit yang Hinata rasakan saat ia membuka matanya. Semua terasa kabur dan sekujur tubuhnya kaku juga sakit.

Love ShotTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang