#11

4.8K 536 33
                                    

Sarada tak percaya pada ayahnya saat ayahnya mengatakan Hinata akan lebih merepotkan saat ia sehat, jadi lebih baik mereka berpura-pura keadaan Hinata masih kurang sehat. Dari pada Hinata bertindak di luar batas, tapi Sarada mengabaikannya, ia pikir, semakin cepat Hinata sehat. Maka akan semakin baik, itu adalah pendapatnya, seminggu yang lalu.

Gips tangan Hinata sudah di lepas, dan Sarada benar-benar pusing menghadapi Hinata. Ia pergi hanya sehari, dan saat ia pulang di malam harinya, ia mendapati tanaman snowdrops dan primrose aneka warna di halaman. Ia juga harus merelakan pisau kesayangannya di pakai untuk menggali tanah.

Itu belum seberapa, para pelayan kesulitan menyembunyikan alat pel dan penyedot debu. Karna dengan alat itu Hinata hampir membersihkan separuh mansion sendirian.

Dan saat ini, Sarada tengah memijit pelipisnya. Kepalanya pusing.

"Apa-yang-sedang-kau-lakukan?" Sarada menekan setiap kata yang ia ucapkan saking kesalnya.

"Memasak, memangnya apa lagi?" Hinata berkata cuek, ia melanjutkan apa yang tengah ia lakukan. Mengaduk adonan kue, memanaskan wajan, dan menata banyak piring.

"Untuk apa kau memasak sebanyak ini?" Sarada bertanya tak habis pikir. Ada ayam panggang utuh berwarna kecoklatan, kentang tumbuk, dumpling, dan banyak lagi.

"Ini kan malam natal, kalian tidak libur?" tanya Hinata

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Ini kan malam natal, kalian tidak libur?" tanya Hinata.

"Tentu saja tidak, kami kan bukan pegawai pemerintah."

"Tapi aku sudah memasak banyak sekali, siapa yang akan memakannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Tapi aku sudah memasak banyak sekali, siapa yang akan memakannya." Hinata berucap dengan sedih.

.

"Terima kasih makanannya." Beberapa orang pelayan yang Hinata ajak makan malam bersama membungkukkan badannya mengucapkan terima kasih.

Hanya ada beberapa orang yang tersisa, sebagian lagi berjaga di luar gerbang, Hinata mengantarkan coklat panas pada mereka, bagaimanapun udara sedang sangat dingin.

Entah kemana Sarada dan yang lainnya, ia tidak melihat mereka sejak sore. Hinata menatap piring kotor yang menumpuk, ia ingin membantu para maid mencucinya, tapi tubuhnya tak bisa di ajak kompromi.

Love ShotTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang