#16

5.1K 604 77
                                    

Sasuke menyalakan pemantik dan menghisap rokoknya, ia membiarkan putrinya berlari mengejar Hinata yang sudah sejak tadi meninggalkan ruangan ini.

Tak ada satu undangan pun yang beranjak dari tempat duduknya, meski sudah lima belas menit berlalu setelah insiden itu. Kesetiaan mereka memang patut di puji.

"Kau membuatku terlihat seperti orang jahat." Naruto menggerutu dan ikut menyalakan rokoknya.

"Kau berbicara seolah kau orang baik." Sasuke menimpali.

"Kau tau kita bukan, tapi mempermainkan perasaan Megami jelas hal yang di luar batas bagiku."

"Ku kira ia akan memilih pergi, aku sudah menyiapkan pesawat. Tapi tak ku sangka ia malah memilih tinggal, terlebih ia bersedia menikah denganku, bukankah ia sudah kehilangan akal?"

Naruto terdiam, ia melihat Sasuke telah menghabiskan rokoknya dan kemudian mematikannya. Sasuke berdiri, berniat membubarkan para tamu karna jelas pernikahan hari ini tak mungkin terlaksana.

Brak...!  Pintu kapel terbuka tiba-tiba, dari sana Hinata dengan gaun hitamnya melangkah perlahan.

Sasuke terkejut.

Hinata datang dengan menggerai rambutnya yang panjang hingga mencapai bagian belakangnya, gaun yang ia kenakan amat sederhana dengan sedikit benang emas yang membuat gaunnya berkilau.

Wajahnya hampir tak tersentuh makeup, hanya sedikit perona bibir dan eyeliner untuk mempertegas matanya, di puncak kepalanya terdapat tiara yang terdiri dari kristal yang juga berwarna hitam

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Wajahnya hampir tak tersentuh makeup, hanya sedikit perona bibir dan eyeliner untuk mempertegas matanya, di puncak kepalanya terdapat tiara yang terdiri dari kristal yang juga berwarna hitam.

Hinata terus berjalan, mengabaikan tatapan orang-orang yang tertuju padanya, ia juga mengabaikan tatapan tajam Sasuke yang seolah tengah menghujaminya dengan pisau tak kasat mata.

Hinata berdiri tepat di depan Sasuke, mengabaikan tatapan Sasuke yang seolah bertanya 'mengapa?'.

"Aku tak akan pergi meski kau yang memintanya, aku tak tau arti mawar merah bagimu, entah itu cinta atau pengabdian. Tapi bagiku, mawar hitam bukanlah sebuah akhir, melainkan kesetiaan. Karna, aku mencintaimu." Hinata  berujar, menatap langsung ke dalam mata Sasuke dengan penuh kesungguhan.

.

.

.

"Kau benar-benar keren, waaaah. Aku tak bisa berkata-kata, bagian saat kau bilang 'karna, aku mencintaimu' aku terpana beberapa saat sebelum akal sehatku kembali. Hinata, kau sangat sangat keren." Sarada baru akan mengatakan hal yang sudah berkali-kali ia ucapkan seharian ini saat ia melihat Saka menggeleng ke arahnya.

Ia langsung sadar bahwa mood Hinata nampaknya sedang buruk, Sarada tau sebabnya, pasti ia malu, sang ayah mengabaikan pernyataan cinta Hinata.

Meski begitu ia sangat senang, akhirnya sang ayah yang bodoh dalam urusan cinta, mendapatkan orang yang tepat.

Love ShotTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang