"Nei, lu udah bikin artikelnya, kan?" Citra bertanya kala dia dan Neina berada di ruang ekskul jurnalis sekolah. Ruangan yang sepi membuat pertanyaan lirih itu terdengar jelas.
Ya, sejak kelas sepuluh, Neina bergabung dengan ekskul jurnalis. Alasannya simpel, dia tidak mau kolom ekstrakulikuler di rapornya kosong. Selain itu, dia bisa menyalurkan hobi menulisnya dengan baik.
Meski lama menjadi anggota, Neina tidak begitu akrab dengan anggota yang lain. Gadis berambut ikal sebahu itu memang sukar bergaul dan lebih suka menyendiri. Hanya Citra sajalah teman akrab yang dia punya.
"Udah. Tinggal cek aja, siapa tahu ada yang masih kurang," jawab Neina sembari memasukkan flash drive ke dalam tas selempangnya. "Oh, ya Cit. Sorry hari ini gua enggak bisa nganterin lu ke toko buku. Ada urusan mendadak sama si Nila."
"Oh, oke. Enggak masalah," ujar Citra. Tangannya menarik kursi yang ada di depan komputer, lalu mendudukinya. "Toh, hari ini gua mau kelarin editing, biar majalah sekolah kita bisa naik cetak."
Neina mengangguk dan menepuk pundaknya pelan. "Gue pergi dulu."
"Hati-hati."
***
Nila mengerucutkan bibir kala melihat Neina berlari ke arahnya. "Lama banget, sih, Nei. Gua udah lumutan nungguin lu!" Dia mencerocos tanpa jeda.
Napas Neina ngos-ngosan. Diusapnya keringat di kening menggunakan sapu tangan. "Sorry, gua harus setor artikel dulu."
"Ya udah, yuk cabut. Gue udah telat lima menit, nih." Nila mengulurkan helm pada Neina. Kemudian, dia menautkan tali helm hingga terdengar bunyi 'klik'.
"Bukannya lu selalu ngaret ya?" sindir Neina geli.
Kedua bola mata Nila berputar. Dia menahan emosi. "Udah, jangan pancing gua, Neinei!"
Keduanya naik di atas motor. Tak lama, kendaraan yang dikendalikan Nila itu melaju meninggalkan sekolah.
***
Nila dan Neina membuka pintu restoran cepat saji. Di sana banyak sekali remaja yang tengah bersantai. Neina yakin bila tempat ini merupakan tongkrongan mahasiswa, terlebih lokasinya tak jauh dari kampus.
"Nila!"
Keduanya menoleh ke arah suara. Di meja dekat jendela, tampak seorang cowok tengah melambaikan tangan seraya tersenyum. Nila segera menggandeng tangan saudaranya dan menuju ke sana.
"Sorry, Kak Rian. Kami telat." Nila tampak menyesal.
Bukannya menyahut, Rian justru memandang mereka takjub. "Wah, kalian benar-benar kembar. Nyaris tak bisa dibedakan bila saudaramu ini melepas kacamatanya, Nil." Rian memandang Neina dengan ramah.
Di sisi lain, Neina tengah mengamati cowok tinggi di depannya. Bukan mengagumi fisiknya yang lumayan oke, melainkan lebih ke mencurigai. Ya, dia tidak mau cowok bernama Rian ini melukai hati Nila, terlebih saudaranya itu sudah jatuh hati padanya.
"Namanya Neina Safira. Panggil aja Neina." Nila menyenggol lengan Neina, mengode agar gadis itu bersalaman dengan Rian.
Neina menyambut uluran tangan Rian dan menjabatnya. "Hai."
"Hai, Neina." Usai menjabat tangan Neina, Rian memandang Nila. "Ayo duduk."
Nila buru-buru duduk di samping Rian. Sementara Neina duduk di depan Nessa dengan wajah datar. Tadi bilang deg-degan, nyatanya ... main serobot aja.
Usai memesan makanan, ketiganya diam sesaat. Suasana begitu canggung, hingga ponsel Rian yang ada di meja berbunyi. Cowok itu langsung mengangkatnya.
"Lu di mana, Bro? Jadi ke sini, kan?" Raut wajah Rian sedikit kesal.
"...."
"Ya udah. Lain kali aja." Rian mengakhiri percakapan. "Tadi itu teman gua. Sewaktu Nila bilang ngajak saudara kembarnya, gua berinisiatif ngajak temen. Sayang dia lagi antre interview di tempat kerja sampingannya." Rian meletakkan kembali ponsel ke tempat semula.
"Wah, kalau enggak sibuk pasti rame," sahut Nila ceria.
Rian mengangguk. Diamatinya Nila dengan saksama. "Kamu makin cantik aja, Nil."
Seketika pipi Nila bersemu merah. "Ih, bohong ah!"
"Beneran. Enak dilihat."
"Gombal, ah!" Nila mencubit perut Rian bertubi-tubi dengan wajah memerah. Sementara itu Neina mendesah jengkel melihat keduanya yang sama-sama genit.
KAMU SEDANG MEMBACA
JEJAK NEINA
Teen FictionTak dapat dimungkiri, tentulah manusia meninggalkan banyak jejak dalam hidupnya. Namun, ada kalanya jejak yang ditinggalkan bukanlah yang dikehendaki. Hal inilah yang menimpa Neina, seorang remaja yang terbuai petaka atas nama cinta. Kesalahan memil...