Ini kali pertama Neina melihat wajah sang papa yang mengerikan, termakan kemarahan. Betapa tidak, anak perempuan yang Yudi banggakan, yang selalu dia sayangi sepenuh hati, justru mencoreng arang ke muka orang tuanya.
Yudi berdiri tegak dengan mata nyalang yang mengarah pada Neina. "Siapa yang melakukannya?" tanyanya penuh penekanan.
Neina tak sanggup menjawab. Jantungnya berdetak kacau. Lidahnya kelu. Dia bingung bukan main.
"Jawab, Nei!" Yudi berteriak seraya mengangkat dagu Neina. "Siapa laki-laki berengsek yang menghamilimu? Katakan!"
"Rom—Romeo ...." Neina menceritakan semua dari awal dengan terbata-bata. Air mata penyesalan dan kesedihan seolah-olah tak mau berhenti mengucur.
"Jadi selama ini kamu dan Nila membohongi kami?" Yudi bertanya lantang. Otot-ototnya mengejang. "Tega sekali kalian menghianati kepercayaan Papa dan Mama!" Yudi meraih vas bunga yang ada di meja, lalu membantingnya ke lantai.
Sofia menangis sesenggukkan sembari menutup wajah. Dia seperti tak sanggup melihat kondisi keluarganya yang seperti ini. Sebagai seorang ibu, tentulah hati Sofia remuk. Terlebih memikirkan masa depan anaknya, terutama Neina.
Yudi mencengkeram pergelangan tangan Neina dengan kuat. "Sekarang kita harus menemui laki-laki berengsek itu!" Dia menarik kasar Neina menuju mobil.
***
Neina menangis di dalam kamar. Matanya membengkak dan kemerahan. Kalimat pedas yang terlontar dari mulut sang papa, terpaksa dia terima, terlebih mereka belum bisa bertemu dengan Romeo. Cowok itu tidak ada di indekos maupun tempat kerja sambilannya. Ponselnya tidak aktif. Menurut kabar dari Rian, Romeo tengah pulang kampung karena sang ibu tengah sakit keras. Sayangnya, Rian tidak tahu alamat rumahnya.
Nila masuk seiring suara pintu yang terbuka. Cewek itu membawa nampan berisi segelas susu vanila dan bubur ayam. "Makan dulu, Nei," ujarnya sambil meletakkan nampan ke nakas.
Neina menatap sendu ke arah saudara kembarnya. "Maafin gua, Nil. Gara-gara gua, lu sama Kak Rian terpaksa putus."
Nila duduk di ranjang, menghadap Neina. Gurat kekecewaan melingkupi paras elok cewek itu. "Nei, bukan itu yang bikin gua kecewa sama lu. Gua kecewa karena lu udah nyerahin mahkota berharga lu ke cowok yang bukan suami lu."
Tarikan napas panjang Nila lakukan agar emosinya tak meledak. Dia tahu, hari ini Neina sudah cukup banyak menerima kemarahan dari orang tua mereka. Nila tak ingin membuat saudaranya itu semakin stres.
"Gua nyesel ngejodoh-jodohin lu sama Romeo sialan itu." Nila menunduk. Seketika air matanya tumpah. "Andai gua enggak ngajak lu nemenin ketemuan sama Kak Rian, semua ini pasti enggak akan terjadi."
Neina buru-buru menangkup wajah Nila. "Lu enggak salah, Nil. Gua yang salah. Gua enggak kuasa nolak permintaan Romeo. Gua takut dia ninggalin gua."
Nila memeluk erat Neina. Digosoknya punggung saudaranya itu. "Gua janji bakal bantu lu nemuin cowok berengsek itu!"
"Makasih, Nil," jawab Neina di sela sesenggukkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
JEJAK NEINA
Teen FictionTak dapat dimungkiri, tentulah manusia meninggalkan banyak jejak dalam hidupnya. Namun, ada kalanya jejak yang ditinggalkan bukanlah yang dikehendaki. Hal inilah yang menimpa Neina, seorang remaja yang terbuai petaka atas nama cinta. Kesalahan memil...