JEJAK 4

26 15 4
                                    

Neina selonjoran di ranjang. Pergelangan kakinya sudah berbalut perban. Kemarin malam dokter bilang kalau kaki Neina bisa segera sembuh asalkan tidak sering digerakkan berlebihan. Untuk itulah, hari ini Mama mewajibkan Neina berdiam diri di kamar. Otomatis, dia harus melewatkan ulangan harian kimia.

Meski terpaksa tidak mengikuti pelajaran, Neina tetap mengerjakan soal-soal dan membaca buku pelajaran. Baginya, bila sehari melewatkan belajar, maka di lain hari dia harus menggantinya. Dengan kata lain, belajar dua kali lebih lama. Hal itu harus dilakukan supaya tidak tertinggal pelajaran.

"Masuk," seru Neina ketika mendengar ketukan pintu kamar. Diletakkannya pensil dan latihan soal kimia ke nakas.

Tak lama, Nila menampakkan diri. Dia masih mengenakan seragam sekolah. Jaket biru mudanya diikatkan pada pinggang. "Lu udah baikan?"

Neina melihat jam yang tertempel di dinding. Rupanya sudah sore, pantas saja saudara kembarnya itu sudah ada di rumah. "Masih agak nyeri, tapi aku masih bisa jalan ke toilet pakai kruk," jawab Neina seraya melirik sepasang kruk di ujung ranjang.

Nila mendekati ranjang. "Lu enggak bosan seharian di kamar?"

"Bosen, sih. Mau gimana lagi? Mama enggak ngebolehin keluar."

Nila mencondongkan tubuh ke Neina. Dia berkata lirih, "Nonton, yuk? Mumpung Mama belum pulang dari acara arisan. Bi Minah lagi ke supermarket."

Ada rona keengganan yang tersirat di wajah Neina. "Nanti kalau ketahuan gimana?"

"Alah! Tenang aja. Mama pasti pulang malam. Kalau Bi Minah gampang. Biar gua urus." Nila menepuk dada dengan pongah.

"Gua ganti baju dulu."

"Kelamaan." Nila melangkah cepat ke ambang pintu. "Masuk, Kak."

Rupanya Nila memanggil Rian yang telah menunggu di luar kamar. Cowok itu tersenyum ramah pada Neina. Sedangkan Neina tersenyum tipis. Dia belum tahu maksud kedatangan Rian.

Nila mengambil jaket merah muda dari lemari. Kemudian menyerahkannya pada Neina. "Pakai ini. Supaya lebih keren."

"Keren di mananya, Nil? Ini gua pakai piyama lho."

"Udah enggak apa-apa. Buruan pakai!"

Dengan tidak sabar, Nila membantu Neina memakai jaket. Setelah selesai, dia bekata pada Rian, "Kak Rian, tolong ya."

Rian mengangguk. Tanpa meminta izin, dia langsung membopong tubuh Neina. Sontak, cewek itu memekik kaget. Rian membawanya keluar rumah. Sementara Nila mengekor sembari membawa sepasang kruk.

"Kita ke bioskop naik apa?" tanya Neina bingung.

"Gua bawa mobil. Jadi lu bisa santai." Rian menjawab diakhiri senyum.

Benar saja, di depan pintu pagar, sebuah mobil sedan merah tua menunggu mereka. Nila membukakan pintu belakang agar Rian mudah memasukkan tubuh Neina. Setelah memosisikan badan senyaman mungkin, barulah Neina sadar bila ada seseorang yang sedari tadi duduk di kursi depan. Seseorang yang familier di ingatannya.

"Lu kan ...," ucap keduanya hampir bersamaan.

JEJAK NEINATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang