part -13

21.9K 481 14
                                    


Soekarno - Hatta Airport.

"jadi bagaimana?"

Vano hanya berdiam diri tanpa menggubris revan yang sedang duduk memangku sebelah kakinya sambil memegan cola.

Sepertinya apa yang dikhawatirkan revan benar terjadi. Dan ini bukanlah pertanda baik.

"apa kemarin itu benar-benar rachel?"

"apa kau mendiamkan rachel?"tanya revan memicingkan matanya menduga berlebihan.

Vano hanya menemui mata revan sekilas. Kedua pupil revan memutar. Melihat respon vano, seperti itu berarti menunjukan jika ia berkata 'iya' dari pernyataanya.

Sudah kebiasaan vano memang jika ia sedang kesal,marah ataupun kecewa dia lebih memilih diam . Dan sikapnya yang seperti itu membuat siapapun akan merasa gelisah dan juga merasa bersalah.

Revan prihatin dengan rachel.

"ya ampun,kau ini laki-laki dewasa atau masih anak tk?"

Revan menghela napas panjang. Dia ikut pusing dibuatnya. Jika tau hasilnya akan seperti ini,lebih baik dia tidak mengatakannya kemarin.

"memang apa salahnya ia pergi ke pub!"

"hei! Ini zaman modern,anak muda butuh kebebasan. Dan pergi ke pub,itu wajar,vano!" katanya.

Namun si vano tetap saja masih kecewa dan kesal. Bagaimanapun keadaanya,rachel tetaplah istrinya. Apapun yang ia lakukan harus sepengetahuanya.

"tapi caranya salah. Jika ia ingin pergi ke pub,setidaknya jujur padaku,kenapa harus berbohong!" amuk vano.

"katanya mengerjakan tugas,mengerjakan apanya,mabuk iya!" kesal vano lagi.

"mungkin saja ia mengerjakan tugas di pub,jika di rumah ia tidak bisa konsentrasi" ucap revan sambil menyengir.

Mendengar itu vano makin dibuat kesal dengan ucapan yang dilontarkan revan. Ia menatap tajam mata revan,rasanya ia ingin mendorongnya ke dalam kolam buaya.

"sudahlah bro,maafkan saja dia. Kau pasti memarahinya habis-habisan kan.ck ck ck"

"kenapa kau sepertinya ada di pihaknya,kau membelanya terus. Kau ini kenapa?"tanya vano.

"tidak apa-apa, karena menurutku itu wajar. Dan juga aku kasihan dengannya" balas revan.

"dan juga mungkin ia malas bertemu denganmu,makanya ia melarikan diri ke pub" katanya lagi,dengan di berikan tatapan memicingkan mata. Vano menghela napas kasar.

"oh ya,kau sudah mengatakan pada rachel tentang resiko pekerjaan mu,aku tidak yakin ia bisa"

Vano menggeleng lemah,revan pun menghela napas.

"sebenarnya aku ingin mengatakannya kemari malam,namun karena masalah itu. Aku tidak jadi"

"tapi bukankah sepertinya nanti kau bertugas?" tanya revan

Sesorang datang dari luar basement.ia menghampiri revan dan vano.

"selamat siang captain! Anda di panggil oleh atasan" ucap cadet pilot.
   *cadet pilot itu co-pilot yang baru lulus        dari sekolah penerbangan. Bagi yang belum tahu.

Vano mengangguk "baiklah,sebentar lagi aku akan kesana"

"siap" ucap cadet pilot bergegas meninggalkan basement.

"aku pergi dulu" pamit vano pada revan,dibalas anggukan oleh revan.

---------

Ini sudah malam ketiga,dan vano masih tetap dingin,acuh dan mendiamkan rachel.

My Husband is PilotTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang