part - 16

23.8K 577 14
                                    

Sunyinya malam ini hanya di isi oleh sepasang laki laki dan perempuan yang sedang menikmati makanan yang di hidangkan.

"jangan cepat cepat makannya,nanti kau tersedak!" nasehat vano pada rachel,karena sedari tadi rachel memakan kue dengan terburu buru.

"seperti aku akan meminta saja"

"tidak apa-apa, lagian ini enak,sekali lagi terimakasih kue nya." ucap rachel

"hmmm"

Rachel menatap wajah vano yang sedang menikmati makan malam. Mendapati vano yang sepertinya lahap memakan,membuat rachel sedikit merasa bersalah,karena tidak bisa memasak. Makanan itu pun yang membuat vano.

Sontak teringat kesalahanya,mungkin ini kesempatan yang akhirnya datang pada rachel. Kesempatan untuk minta maaf setelah sekian lama. Kesalah yang sejatinya telah kadaluarsa penebusannya. Mendadak rachel gugup,jemarinya saling bertautan gemas.

'lebih baik terlambat,dari pada tidak sama sekali' itulah kalimat yang cocok untuk rachel saat ini dan sedikit membuat keberanian untuk rachel.

Tak ingin membuat semakin lama,rachel pun menarik nafas untuk melancarkan niatnya.

"Aa-akku minta maaf karena tt-telah berbohong.."

"ak-kku benar benar menyesal..."

"mas vano..."

Malunya ia harus memanggil vano dengan embel embel 'mas'. Rachel merasa canggung. Benar-benar memalukan.

Mendadak vano menghentikkan tangannya yang akan memasukan makanan dari sendok ke mulutnya. Matanya membulat menatap gadis di depannya ini.

Pertama kali rachel memanngilnya dengan sebutan "mas" padanya.

Tiba-tiba tangan vano memegang dahi rachel. Rachel pun terkejut dengan aksinya.

"kau kenapa hari ini?"

"tidak ada yang salah bukan?"selidik vano.

"apa maksudmu! Aku tidak apa-apa"

"lalu kenapa kau aneh?kau menyebutku apa?"

'mas'

Rachel menganggukakan kepala.
"tentu saja,memangnya kenapa?aku tidak boleh memanggilmu mas?huh" teriak rachel tidak terima.

"boleh saja,tapi sedikit aneh"

"jadi bagaimana?" tanya rachel.

"apanya?"

"permintaan maafku. Dimaafkan tidak?"

"baiklah. Aku memaafkanmu"

"Akkhi-"

"tapi aku memiliki tiga syarat" potongnya

Mendadak jantung rachel berpacu. Suara vano terdengar dingin membuat darah rachel berdesir.

Tunggu,syarat?
Hei,yang benar saja,setelah diabaikan selama berhari-hari vano masih memiliki syarat?

Apakah dia semarah itu pada rachel?

Keringat dingin mulai mengucur ke permukaan wajahnya. Ia sudah membayangkan yang tidak-tidak.

Apakah ia harus mendekam di rumah?atau permainan ranjang beronde-ronde?sungguh ia takut.

Suara vano pun memecah bayangan bodohnya.

"satu.."

Rachel terkesiap.

"...jangan pernah bohong lagi padaku"

Kepalanya mengangguk mantap.

"dua.."

My Husband is PilotTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang