Winters Tale

397 17 2
                                    

Lino memandangi pick gitar yang ia pegang sedari tadi saat dirinya berada di bandara.
Ia terus memikirkan tentang kekasihnya yang sudah jauh dari pandangannya.
Seketika eluh air matanya mulai menetes ke pipinya yang tampak putih nan berseri.
Ia tak kuat membendung air matanya bahkan dirinya mulai merasakan rindu yang begitu berat.

"Mengapa aku tak memberikan pick gitar ini? Padahal ini sangat berarti bagi Haerin", pikir Lino sembari memukul kepalanya pelan.

Pick gitar itu merupakan hal yang terindah bagi Haerin, ia menjatuhkan benda mungil itu saat kejadian demo dahulu.
Lino memungutnya dan menyimpan pick gitar itu untuk ia berikan kepada Haerin suatu saat nanti tapi ia selalu gagal ketika akan memberikannya ke Haerin.
Pria itu berdiri dan berjalan untuk pergi ke rumahnya, namun langkahnya terhenti ketika seseorang menarik tangan pria itu.
Ia menoleh ke belakang dan terkejut ketika melihat mantan kekasihnya berada dihadapannya.

"Ya Lino-ah! Kau kenapa di bandara?", tanya Irene sembari memandangi pria itu.

Lino terdiam dan melepaskan genggamannya dari Irene.
Ia tak peduli dan meninggalkan gadis bersurai coklat itu.

"Hei aku berbicara padamu! Kenapa kau mengabaikanku", ujar Irene kemudian menarik tangan Lino.

Lino menepis tangan Irene dan sudah mau menampar gadis itu.

"Cukup! Jangan pernah temui aku apalagi mengganggu hidupku lagi! Kau sadar kau itu siapa di hidupku! Kau tak berguna!", cetus Lino sembari menatap sinis kearah gadis yang sudah menangis itu.

"Jangan pernah memelas apalagi menunjukkan wajahmu lagi dihadapanku!", cetus Lino.

Pria itu segera pergi dan meninggalkan Irene yang masih menangis.
Ia benar-benar tak peduli bahkan sudah muak melihat wajah gadis yang telah menyakitinya selama ini.

"Lino! Asal kau tahu! Aku kesini hanya untuk mengembalikan cincin yang pernah kau berikan padaku enam bulan yang lalu saat kau berjanji akan menikahiku!", pekik Irene.

Langkah pria itu terhenti setelah mendengar ucapan yang keluar dari mulut mantan kekasihnya.
Hatinya mulai hancur dan perasaannya mulai disayat oleh kenangan masalalu yang begitu kelam baginya.

"Berani-beraninya dia berusaha membuka kenangan yang lalu? Dasar gadis sialan!", pikir Lino.

Lino berbalik badan dan menatap gadis yang sangat ia benci kemudian ia menghampiri Irene yang masih mematung sembari menangis.

"Apa kau bilang? Cincin? Apa aku pernah memberimu sebuah cincin?", tanya Lino sembari mendekat kearah gadis itu.

Irene terdiam dan terus mundur saat pria itu mulai mendekat ke wajahnya.

"Cincin yang ini! Dulu kau pernah berjanji akan menikahiku! Apa kau lupa?", ujar Irene.

"Singkirkan itu dan jangan pernah ungkit masalalu karena sekarang kita tak akan pernah bisa bersatu! Kau mengerti?", ujar Lino.

Irene hanya bisa menangis dan menunduk, ia sudah benar-benar menyerah untuk saat ini.

"Dasar wanita murahan!", cetus Lino.

Bugh~

Tiba-tiba pundaknya dipukul dengan kayu oleh seseorang.
Lino bingung dan berusaha melawan pria yang telah memukulnya itu namun ia malah ditusuk dengan pisau dibagian perutnya.
Ia melenguh kesakitan sembari memegangi perutnya yang berlinang darah segar.

"Kau siapa? Mengapa kau menusukku?", tanya Lino yang masih merasakan perih diperutnya.

Pria yang telah menusuknya itu malah tersenyum puas dan mulai mendekat kearah Lino.

Bad Boy HyunjinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang