Secret Note

319 15 1
                                    

00.04 Seoul, KST.

Mina terlihat terdiam sembari menatapi langit malam tanpa bintang. Pandangannya seolah kosong tanpa pikiran apapun. Tangannya mengepal kuat seakan menghabisi musuhnya dalam sekejap tanpa ampun.

"Rasanya aku ingin membunuhmu saja setelah apa yang kau lakukan kepadaku selama empat bulan yang lalu. Ingin sekali aku menyayat kulit halus mu dan menodai wajah putih bersihmu dengan darah segar yang keluar dari tubuhmu", lirih gadis itu sembari menangis tersedu-sedu.

Ia mulai melangkah menuju ke kamarnya dan mengambil sebuah foto seorang gadis yang tersenyum bahagia. Tangan kirinya meraih pisau buah dan ia memulai aksinya.
Mina menyobek foto itu dengan pisau dan mulai membuang pisau itu di kasur.

"Mengapa kau harus hidup jika hidupmu saja telah berhasil menghancurkan hidup orang lain!", pekiknya sembari melempar barang-barang yang ada disekitarnya.

Ia menjerit hebat sembari menyayat tangannya dengan pecahan kaca. Darah kental berwarna merah pekat mulai mengalir dan jatuh ke lantai. Mina terus menangis dan mulai mengambil sebuah gelas kaca yang tergeletak di meja. Ia mulai menggenggam gelas itu dan mulai meremukkannya dengan sekejap. Darah segar mengalir lagi dengan derasnya. Gadis itu terduduk lemas sembari menyeka air matanya.

"Kenapa aku seperti ini? Menyakiti diri sendiri? Aku tak sebodoh ini!", ujar gadis itu sembari tertawa dan menunjukkan seringainya.

                      --                      

Tumpukan kertas di meja yang berserakan berhasil membuat pria yang berkacamata itu sedikit kesal. Bagaimana tidak? Pekerjaannya hari ini sungguh melelahkan ditambah omelan dari klien yang membuat kepalanya semakin berat.

"Astaga, mengapa mereka mempermasalahkan hal sepele seperti ini?", gerutu pria itu sembari melepas kacamatanya.

Pria itu terduduk lemas di kursi putarnya sembari memijit pelan pelipisnya.

"Masalah datang setiap hari, solusinya hampir tidak pernah ditemukan. Apa gunanya aku jadi CEO di perusahaan ini jika tak ada yang menghargai pendapatku sedikitpun?", desahnya pelan.

Ketukan pintu membuatnya terperanjat dan segera beranjak dari kursi. Ia membenarkan dasinya dan mulai membuka pintu.

"Ya siapa?", tanyanya dengan mata memicing.

Wanita yang sudah berada di hadapannya itu hanya tersenyum sembari memberikan beberapa berkas yang ada di tangannya.

"Ini Pak, semua dokumen harus anda tanda tangani sekarang juga", jelas wanita itu.

Pria itu memutarkan bola matanya dan meletakkan tangannya di depan dadanya.

"Sudah bisa kutebak, pasti itu lagi kan? Pekerjaan apa ini? Membosankan sekali!", gerutu pria itu sambil duduk di kursinya lagi.

Wanita bersurai hitam itu hanya mengernyitkan keningnya dan memandang aneh ke arah pria itu.

"Bagaimana Pak? Ada yang salah?", tanya wanita itu.

Pria yang sudah duduk dan memutarkan badannya itu mulai menatap ke arah wanita itu.

"Salah? Tidak ada yang salah. Hidupku yang salah. Salahku karena menjadi seorang CEO", terangnya sembari berdiri dan melangkah ke arah wanita itu.

"Pak Woohyun kenapa? Apa anda kesal?", tanya wanita itu.

Woohyun terkekeh pelan dan menepuk bahu wanita yang masih terdiam itu.

"Eunha-ah! Kau kenapa? Aku tidak kesal", ujar Woohyun.

Eunha hanya terdiam dan bingung dengan sikap bosnya itu.

Bad Boy HyunjinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang