Rain and You

661 23 5
                                    

Yogyakarta, 14.00 WIB.

Haerin memandangi rintik hujan dari balik jendela rumahnya. Bergeming kacau akan pikirannya yang
masih tidak bisa menerima kenyataan pahit. Tangannya meraih polaroid yang memperlihatkan kedua
pasangan lansia yang tengah asik bermesraan. Matanya mulai berbinar dan dadanya terasa sesak. Ia membasuh air matanya. Menarik napas dalam-dalam dan mencoba untuk tetap tegar.

"Bagaimana bisa
aku melihatmu berbaring lemah seperti itu? Mengapa kau lakukan semua ini padaku!" gumamnya sambil memukul dadanya pelan.
Tiba-tiba ponselnya berbunyi dan membuyarkan lamunan gadis itu. Ia segera mengangkat telfonnya.

"Ya, siapa?"
"Temui aku di dekat kafe DistrictNine. Jangan ajak siapapun!"
"Memangnya kau siapa menyuruhku? Bahkan aku tak mengenalmu."
"Jangan banyak bicara atau orang yang kau cintai akan lenyap hari ini!"
"Hei.. apa maksudmu?"

Panggilan terputus dan itu membuat Haerin bingung sekaligus khawatir. Ia segera memakai jaketnya dan menenteng tas kecil miliknya. Tak banyak berpikir, ia langsung menaiki motornya dan melaju ke tempat
yang dikatakan oleh orang tak dikenal tadi.

"Ah aku harus cepat!" pikirnya sesaat.

Motornya melaju
cepat menembus hujan yang kian lama semakin deras. Saking terburunya, ia hampir menabrak kucing yang berlari menyebrang secara tiba-tiba. Ia segera menginjak rem kuat-kuat sampai tubuhnya maju beberapa senti. Dadanya memburu kencang dan untungnya kucing itu tidak tertabrak.

"Astaga, kau membuatku khawatir saja", desahnya pelan sambil menaiki motornya lagi.

Haerin melajukan motornya dan berusaha datang tepat waktu.
Ia tak ingin terjadi sesuatu pada orang yang ia cintai. Sesampainya di tempat itu, Haerin memarkirkan motornya dan mencari seseorang yang telah menelfonnya.

"Kau telat
lima menit, akan ku sayat dahi pria ini," ancam wanita itu sambil membawa sebilah pisau yang sudah berkarat.

Haerin terperanjat ketika mendapati Woohyun telah menjadi sandera wanita itu.

"Lepaskan dia atau kau akan menyesal!"

Suara Haerin menggema sampai satu ruangan sunyi karenanya.
Gadis itu melangkah dan mencoba memberi perlawan terhadap wanita yang telah membuat Woohyun menjadi sandera.

"Berani-beraninya kau melakukan hal ini kepadaku? Apa yang kau mau? Uang? Harta?"
tanyanya dengan raut wajah datar.

Wanita itu tak menyaut dan malah membuang pisaunya ke lantai.
Ia menatap sayu ke arah Haerin.

"Mengapa kau malah menyalahkanku? Bukankah kau yang
menghancurkan hidupku."

Haerin menatap kilau bening yang mengalir dari pelupuk mata wanita itu. Ia bahkan merasa sangat bersalah atas semua ini.

"Itu kejadian masalalu dan aku sudah bertanggung jawab, lantas mengapa kau masih dendam padaku? Apa yang kau mau dariku?" Haerin mulai memegang bahu wanita itu dan berusaha membuatnya mengerti.

"Aku tidak bisa membiarkanmu hidup dengan bebas, aku ingin kau mati saja!"

Wanita itu meraih pisaunya dan segera menusukkannya ke perut Haerin. Woohyun terperanjat dan berteriak. Ia tak bisa melakukan apa-apa karena dirinya di ikat kuat menggunakan tali. Sedangkan Haerin, ia hanya tersenyum kecut sambil memegangi perutnya yang bercucuran darah segar. Akhirnya ia bisa merasakan apa yang dirasakan oleh kekasihnya. Sakit. Bahkan ia hampir tak sadarkan diri karena rasa perih akibat pisau yang sudah berkarat itu.
Ia ingin menangis saja
karena tak tahan dengan semua ini.
Penglihatannya mulai kabur dan kepalanya terasa berdenyut.

"Kau boleh membunuhku tapi tolong lepaskan pria itu."

Terlihat jelas dimata Woohyun bahwa ia sangat ingin menolong Haerin. Namun ia hanya bisa melihat Haerin tersiksa kesakitan.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 07, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Bad Boy HyunjinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang