"Bagaimanapun juga, kamu adalah wanita yang membutuhkan perlindungan. Tentang sifatmu terhadapku kedepannya, itu urusanmu."
~Aldiano Rey Barack~Happy reading❤
🍁🍁🍁
Gadis cantik itu kini sudah siap dengan seragam putih abu-abunya. Hari kedua ini, ia berharap agar tidak banyak ulah dari orang-orang yang dihindarinya. Merasa sudah rapih, dia kemudian berjalan ke meja belajar, dibawanya tas merah maroon itu keluar kamar menuju dapur.
"Ummi, masak apa?" Ucapnya seraya duduk di salah satu kursi meja makan.
"Nasi goreng sosis. Kamu mau sarapan di sini atau dibawa ke sekolah aja?"
"Dibawa ke sekolah aja, Ummi."
"Ya sudah, kalau begitu Ummi siapin dulu."
Dia menunggu dalam diam. Diayun-ayunkan kakinya yang terkadang terbentur kaki meja. Aisyah menunggu seseorang yang sejak pagi tadi tidak terlihat batang hidungnya.
"Abi kemana?"
"Oh, tadi Abi berangkat sebelum subuh. Mau ke luar kota, ada tugas 3 hari. Kamu berangkatnya naik angkot dulu bisa kan nak?"
"Bisa kok Ummi. Tapi kenapa Abi gak bilang ke Aisyah dulu, kan Aisyah gak bisa pamitan."
"Tugasnya dadakan sayang. Jumat pagi nanti Abi sudah di rumah kok. Ini, bekalnya udah jadi." Kotak makan berwarna hitam-merah itu kini sudah terisi rapi dengan makanan. Memang, dia menyukai warna merah. Hanya sekedar memberitahu.
"Ya sudah deh, makasih ya Ummi, Aisyah berangkat dulu. Assalamualaikum."
"Waalaikumsalam. Hati-hati ya, nanti nunggu di dekat posnya Pak Samsul saja ya. Biar gak kejauhan."
"Iya Ummi."
Aisyah menyusuri jalanan komplek perumahannya. Tidak sepi tapi juga tidak ramai. Sedang-sedang lah, masih menunjukkan adanya kehidupan. Dia sudah sampai di samping pos jaga Pak Samsul, satpam kompleknya, sesuai apa yang dikatakan Ummi. Tak pernah membantah, tak akan, itu janji Aisyah terhadap Ummi dan Abi yang telah menyayanginya.
"Assalamualaikum, Pak Samsul." Sapa Aisyah saat dia melihat lelaki paruh baya itu sedang duduk sendirian di dalam pos jaga.
"Waalaikumsalam, loh Dik Aisyah, ada apa?"
"Enggak ada apa-apa Pak. Mau berangkat sekolah aja."
"Loh, gak diantar Abi Dik? Tumben." Tanya Pak Samsul dari dalam.
"Enggak Pak. Abi ada tugas dadakan, jadi harus naik angkot." Ujar Aisyah dengan sopan. Gadis idaman memang.
"Oh, ya sudah, bapak tinggal sebentar ya. Kalau ada yang cari tolong bilang bapak lagi pergi ke warung." Katanya sambil meninggalkan Aisyah sendirian.
"Iya Pak, hati-hati."
Sudah hampir 10 menit dia menunggu, tak ada satu angkot pun yang lewat. Apa mereka semua sedang libur? Becak pun tak ada yang nampak. Dari kejauhan terdengar bunyi motor menuju ke komplek perumahan, bukan, tepatnya ke arah Aisyah. Pengemudi itu berhenti tepat di samping Aisyah yang sedang berdiri. Sepertinya dia seorang murid, terlihat dari celana abu-abu yang sedang dikenakannya. Ia membuka helmnya, Aisyah tak mengenalinya. Asing, orang asing.
"Hai, pagi Aisyah. Berangkat sendirian aja nih?" Dari mana dia tahu nama Aisyah?
Hening. Aisyah tak menjawab, ia hanya melihat dengan diri ketakutan yang coba ditutupinya. Aisyah memang begitu, tertutup dengan orang baru tetapi terlalu terbuka dengan orang yang sudah dikenalnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
I Love You For The Sake Of Allah
Ficção AdolescenteAwalnya hidup gue biasa biasa aja. Semuanya berubah semenjak gue kenal sama lo. "Sebrengsek-brengseknya cowok, pasti pengen dapet cewek yang baik. termasuk juga gue." Aldiano Rey Barack "Kalau cowok brengsek pengen dapet cewek baik. Lantas apakah ce...