12 - "BULLYING" [1]

56 3 0
                                    

"Ini baru perkenalan, belum sampai di konflik permainan yang kamu ciptakan sendiri."
~Yolanda~

Happy reading❤

🍁🍁🍁

Rey's POV

Suara musik dj yang diputar sangat keras dan lampu yang berkedip-kedip mengikuti alunan musik ini bukanlah hal baru bagi gue. Gue sekarang ada di club, sendirian tanpa teman. Wanita-wanita yang dulu gue kenal sejak tadi mencoba buat menghibur gue. Gue gimana? Acuh. Karena emang bukan itu tujuan gue.

Gue gak tau udah berapa gelas alkohol yang udah gue minum. Jangan kaget. Gue emang gini orangnya. Cuma beberapa bulan terakhir gue janji buat berhenti karena satu alasan. Lo semua tau sendiri lah apa itu.

Tapi hari ini, gue melanggar janji gue sendiri. Kepala gue udah pusing banget, berat, kaya gak kuat lagi gue angkat ini kepala. Hingga tepukan keras dari belakang mengejutkanku.

"LO UDAH GILA APA GIMANA HAH?!"

"Ck! Apaan sih!" ujarku dengan setengah kesadaran yang tersisa.

"Jangan gila Rey! Lo kalo ada apa-apa bisa cerita ke gue apa Nando, jangan kaya gini lagi!" ucap Fendi memaki-maki.

Gue cuma bisa diem kaya orang bodoh di depan Fendi. Ya mau gimana lagi. Gue sadar cuma setengah gini. Mana kepala gue dari tadi udah kliyengan.

"Udah sekarang lo pulang bareng gue," ujar Fendi sembari memapah tubuh gue.

***

Author's POV

Binar mentari pagi yang menembus melalui jendela mulai membangunkan anak laki-laki yang tertidur sejak kemarin petang. Matanya mengerjap beberapa kali menyesuaikan cahaya yang ditangkapnya. Perlahan, ia pun mulai sadar dan teringat dengan kejadian yang kemarin ia alami.

"Udah bangun lo?" ujar anak lelaki lain yang ada di dekat pintu kamar.

"Fen, gue kok..."

"Gak usah sok linglung lo bangsat! Lo ini kenapa hah?! Ada masalah bukannya cerita biar bisa diselesain baik-baik, tapi malah main ngacir aja ke club."

"Kok kemarin lo tau gue ada di club?" ucap Rey sembari mendudukkan tubuhnya di tepi tempat tidur.

Fendi menghela napas. "Nyokap lo nangis nangis telepon gue, katanya suruh cari lo. Lo udah gila ya Rey? Kalau mau memutuskan apapun itu ya dipikir dulu, lo gak mikirin nyokap lo apa gimana?"

"Gue kalap kemarin. Yolanda dateng ke rumah, dia dateng lagi ke kehidupan gue Fen, setelah semuanya berhasil dia hancurin. Gimana gak emosi gue?"

"Gue tau lo emosi, lo boleh marah tapi ya jangan gila gitu juga Rey!" Rey yang mendengar wejangan dari Fendi sahabatnya hanya terdiam, "semua bisa diselesain baik-baik, percaya sama gue. Gue sama Nando ada disamping lo," ujar Fendi sembari menepuk-nepuk bahu Rey.

"Makasih Fen," sahut Rey berterima kasih, "ngomong-ngomong, sekolah diliburin ya? Kok lo gak sekolah."

"Gimana gue mau sekolah, kalau di rumah gue ada orang mabuk yang pingsan. Kalau lo macem-macem, gue juga yang repot goblok!"

"Aisyah?" Seketika suasana di kamar Fendi menjadi hening.

"Telepon Nando, cuma dia yang gak ada di sini," saran dari Fendi.

Rey pun lantas bergegas mengambil ponselnya dan mencari nomor Nando. Panggilan pertama tak ada jawaban dari Nando.

"Telepon lagi coba," Rey menurut, ia pun kembali menelepon Nando untuk entah keberapa kalinya. Akhirnya...

I Love You For The Sake Of AllahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang