3. Bismillah

9.3K 766 2
                                    

HIDDEN

Alia masih berfikir keras tentang kejadian satu minggu lalu, meski Alia sudah memiliki jawaban apa yang harus di berikan pada Rafa dan Fatma. Namun tetap saja, hati Alia merasa kalau keputusan yang akan di ambilnya salah. Entah mungkin hanya akan menyakiti Alia nantinya. Cintanya pada Rafa buta, Alia tak bisa menjelaskan betapa senang hatinya yang berkelana jauh, mulai memikirkan kehidupan berdua dengan Rafa yang begitu indah. Namun Alia segera menyadarkan diri, pernikahan ini bukan atas dasar cinta.

"Al." Thomas menepuk bahu Alia, menyaksikan Alia yang hanya melamun sejak tadi tanpa menyantap sup jagung yang Thomas buatkan membuat Thomas makin khawatir, adiknya sakit sejak hari pengusiran itu. Thomas mengijinkan Alia untuk tinggal di apartemennya untuk sementara, bahkan mungkin untuk selamanya. Thomas tak masalah. Karena umur Alia dan Thomas hanya berjarak satu tahun, keduanya tidak bisa hanya dibilang kakak dan adik, namun lebih dari itu Alia bisa menjadi apapun bagi Thomas.

"Makan supnya Al, nanti dingin." Alia mengangguk. Kembali meraih sendok dan mulai memasukan sup jagung buatan Thomas ke mulutnya, Alia tersenyum, menatap Thomas "Selalu kelebihan garam Thom."

Thomas terkekeh "Mau apa lagi, syukur aku masih bisa bedakan gula dan garam."

Alia ikut tertawa "Kalau kata orang dulu, entah daerah mana. Kalau masakan selalu kelebihan garam. Itu tandanya orang itu sedang kebelet nikah."

Thomas menggeleng "Aku sedang tidak memikirkan hal itu Al."

"Umurmu sudah cukup matang Thom."

"Biar saja. Aku masih sibuk. Lagian bagaimana denganmu, bukankah umurmu juga sudah matang, untuk ukuran wanita dewasa kau sudah seharusnya menikah."

Thomas duduk disebrang meja makan, meraih satu cangkir kopi yang tadi dibuatnya, sementara matanya menelisik, menangkap gerak-gerik Alia yang mulai kembali melamun. Thomas merasa aneh sebenarnya jika berhadapan dengan Alia, ia seperti tidak bicara dengan Alia, karena Thomas hanya bisa melihat mata Alia saja. Namun lama kelamaan Thomas terbiasa.

"Thom, ada yang ingin aku ceritakan." Alia berdehem, meletakan sendok yang sejak tadi dipegangnya.

"Kamu masih ingat Kak Amira, anaknya tante Fatma. Dulu menjadi tetangga kita saat kita tinggal di Semarang." Thomas mengangguk, ia masih ingat. Sosok Amira yang selalu mengenakan hijab besar, sangat anggun dan ketika berucap suaranya lemah lembut, tidak pernah sekalipun berani menatap Thomas.

"Ingat juga tidak, Kak Rafa. Senior SMA ku dulu. Yang mengantar aku ke rumah waktu hujan deras?"

Thomas mengiyakan, ingat betul betapa dulu Alia sangat tergila-gila pada lelaki bernama Rafa itu, besoknya Alia bahkan tak pernah absen menceritakan tentang sosok Rafa pada Thomas. Pada akhirnya Thomas tau Alia cukup kecewa pada kenyataan bahwa agama mereka bertolak belakang

"Mereka sudah menikah Thom."

Thomas terkekeh"Kau tak rela?" Alia menggeleng, gadis itu menghembuskan nafasnya kasar "Kak Amira sudah meninggal, waktu melahirkan bayi pertama mereka."

Thomas diam, menghentikan leluconnya "Aku turut berduka. Lalu, apa masalahnya?"

Alia menatap Thomas lekat, ia sudah menahan diri untuk tidak menceritakan masalah gila ini dengan Thomas "Bagaimana kalau Kak Amira memintaku untuk menikah dengan Kak Rafa sebelum kematiannya?"

Thomas berdecak "Jangan mengada-ada Al. Itu aneh sekali, anganmu kejauhan."

"Aku serius. Mereka bahkan menemuiku seminggu lalu, di airport mengatakan semuanya. Aku sangat bingun. Aku mencari cara untuk mengatakannya padamu, namun rasanya sangat sulit."

HIDDEN (Pindah Ke Dreame)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang