BAB 14

20.4K 885 3
                                    

Suara ayam membangunkan para orang tua yang usianya paruh baya.

Bunda berjalan hendak menuju dapur.Dia mengernyitkan dahinya melihat Isti yang sedang tertidur pulas di sofa. Dan Aji tidur di bawah sofa beralas karpet. Ada beberapa anggota keluarga lainnya yang tertidur didepan TV.

Tak berselang lama, Isti terbangun, dia membangunkan Aji."Kenapa kalian tidur disini?" Tanya Bunda.

"Asyik ngobrol ketiduran Tan" jawab Isti.

"Bukan Bun, kamar dia kayaknya dipake Amira. Kamar Aji entah dipakai Abim atau kak Arta."

"Jadi Bunda nambah berapa kamar lagi? Rasanya yang punya pasangan ga mau pisah ya?" tanya Bunda

"Bunda pasti tau donk alasannya, ga perlu Aji jelasin kan kalo mereka butuh kehangatan? Supaya hubungan makin intim dan_"

"Itu uda kamu jelasin. Dasar dodol!" Potong Bunda sewot.

Aji dan Isti pun terkekeh.

Setelah menghabiskan waktu bersama sepupu Aji yang seluruh namanya berawalan huruf A akhirnya mereka harus mengakhiri acara kumpul keluarga kali ini.
Aji mengantar Isti pulang lebih dulu.Mereka tiba dirumah saat malam hari.

Vazco yang sudah tertidur langsung digendong suster menuju kamarnya.Aji berada di ruang tamu tampak gelisah.
Isti keluar dari dapur menuju ruang tamu sambil membawa kudapan dan minuman.Dia mempersilakan Aji untuk menikmati hidangan.

Aji meneguk segelas air. 

"Tumben ga di maem kripiknya? Itu kan cemilan favoritmu Mas." Tanya Isti.

Aji menarik nafas panjang.Aji mengambil tangan Isti, pria itu menatap ke wajah Isti.

"Sebenarnya sejak di Batu aku mau bilang masalah ini.Ada keluargaku mungkin kamu akan memberi keputusan yang membahagiakan aku.Tapi aku takut, gimana kalo sebaliknya? Aku pasti malu, apalagi banyak sepupu yang hobi ngebully.Jadi aku rasa sekarang adalah saat yang tepat." Ucap Aji.

Mendadak pria ini menjadi gugup dengan kalimat yang berantakan.Keringat dingin membasahi tangan dan kakinya.

"Duh! Kayaknya aku jantungan!" Ucap Aji berusaha mengatasi kegugupannya.
Isti tidak paham apa yang diucapkan Aji.

"Mas kenapa ya?" 

Aji menarik nafas panjang, dan menghembuskan nafasnya.

"Love, kamu sudah tau perasaanku saat ini. Aku ga bisa basa-basi kalo masalah ginian." Ucap Aji sambil satu tangannya mengeluarkan sesuatu dari sakunya.

"Apa kamu bersedia menemani aku di sisa umurku?" Tanya Aji dengan membuka kotak beludru berwarna biru Dongker, ada sebuah cincin dengan mata kecil ditengahnya.

"Isti Lovenza, dengan ini aku melamarmu, maukah kamu menikah dengan Aji Laksono?" Aji mengucap dengan perlahan dengan nada lembut.

Isti terkejut, senang dengan permintaan kekasihnya.Rasa ini membuatnya bungkam, tidak mengeluarkan kata, dia masih menikmati rasa senangnya sendiri.

"Love?" Tanya Aji membuyarkan pikirannya.Isti tersenyum, dia menganggukkan kepalanya."Iya Mas" Ucap Isti tak kalah lembut.

"Iya apa?" Aji mulai jahil menggoda wanitanya.

"Aku mau"

"mau apa? yang jelas Love"

"Aku mau menikah sama mas Aji Laksono" jawab Isti dengan senyum malu.

Wajah Aji yang tampak cemas, berubah memancarkan kebahagiaan.Dia memasangkan cincin yang terukir namanya ke jari manis Isti.

"Terimakasih Love." Kata Aji dan mengecup cincin yang sudah bertengger di jari Isti.

#4 CINTA YANG BERLIKU (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang