Tubuh Isti meremang merasakan pelukan Aji.
"Mas Aji ...." Panggilan khusus untuk prianya pertama kali terucap dari mulut Isti sambil sibuk dengan minuman yang dibuatnya.
"Mas Aji?? Kok aku merinding ya" Aji mencium pundak Isti dan semakin mempererat pelukannya.Lelaki itu senang sekali atas panggilan sayang untuknya.Isti menahan sunggingan bibirnya, ternyata Aji tak menolak panggilannya yang baru.
"Mas...tolong jangan turunin harga diri janda donk!"
"Emang cabe? Harga bisa naik-turun" Aji mengusap lembut perut Isti yang tertutupi atasan piyama berbahan satin sutra. Meletakkan dagunya di bahu Isti.
"Perutku sudah ga rata lagi, banyak guratannya"
"Ga papa, tetep cinta kok, dan anakku akan tumbuh disini" Aji terus mengusap perutnya.
"Ada Amar."
"Amar uda asyik dikamarnya!" Sahut Aji cepat.
"Ada Bunda lho"
"Bunda uda tidur!"
"Tidur gundulmu!" Tiba-tiba suara Bunda mengejutkan mereka.Aji pun langsung melepaskan pelukannya dan tersenyum malu-malu.
"Maaf Tan_"
"Aku sudah tau kok Is, aku berdiri disini dari dia mulai peluk kamu, anak Bunda yang kegatelan!"
"Cuma peluk aja kok Bun" Aji membela diri.
"Cuma peluk, cuma kecup, cuma pegang toket,_"
"Astaga Bunda! Kok vulgar ya...jadi pengen_" Aji mencium pipi Isti sekilas didepan Bundanya, dan membuat mata Isti melotot, mulutnya ternganga, warna wajahnya merona.Aji melangkah keluar dapur tanpa ada rasa beban.
"AJI! Dasar ga punya sopan santun! Malu Bunda punya anak kamu! Dulu aku ngidam apa ya!" Bunda terus berteriak, terdengar Aji tertawa terbahak bahak.
Isti menyelesaikan minuman coklatnya dengan kikuk, sedangkan Bunda terus mengomel tentang anaknya sambil melanjutkan melayani papa Aji untuk makan malam.Tak lama Isti menghampiri Aji yang duduk di teras.
Hawa dingin lereng pegunungan membuat coklat panas itu cepat dingin.Isti duduk meringkuk merasakan dinginnya udara.Aji menutupi tubuh Isti dengan selimut yang ia gunakan.
"Mas, ga enak kalo diliat Bunda, masih ga kapok?"
"Kan kita ga ngapa-ngapain, cuma duduk, berbagi selimut"
"Dijaga tangannya Aji!" Suara wanita yang ada di dapur tadi terdengar.Berdiri tepat di pojok tempat mereka duduk.
"Bunda kok ngagetin terus ya!" ujar Aji menoleh sekilas ke Bunda.
"Otak Isti masih sehat, jangan sampe otak anak Bunda yang ga sehat menular ke Isti. Is...kamu ga kasian liat Aji yang seperti kucing minta kawin"Isti tersenyum malu.
"Bunda kok samain Aji dengan kucing?" Tanya Aji dengan sewot
."Iya...kamu mepet terus ke Isti. Besok sodara datang semua lho ya, Bunda tau Aji sayang Isti, harus dijaga! Aji tau yang Bunda maksud?"
"Paham Ibu Suri!" Jawab Aji menggoda Bundanya.
"Bunda tidur dulu ya Is, Bunda percaya sama kalian, kalian tahu harus bagaimana"
"Iya Tan" jawab Isti.Bunda meninggalkan mereka berdua di teras.
"Kenapa kok panggil aku 'mas'?" tanya Aji dengan lembut.
"Kan kita emang beda setahun, lebih tua situ kan?"
"Jangan ngomong lebih tua, kok rasanya bangkotan banget. Lebih dewasa kan lebih enak dengernya..."