BAB 6

20.3K 883 11
                                    

Pagi sekali Isti ke rumah Rio.

"Pasti ini salah Rio kan? Kamu pasti bikin ulah, makanya dia ga kerasan." Ucap Umi dengan menatap kesal ke putra tunggalnya.

"Bukan Umi, ini Isti sendiri.Isti kerja disana. Rio juga baru tahu kemarin." Isti menenangkan Umi.

"Kenapa kok jauh sekali sich? Apa karena Umi yang akhir-akhir ini keluar kota? Jadi kamu ga ada teman?"

"Bukan Umi." ucap Isti

"Atau dia pacaran terus? Sampek kamu ga dipedulikan lagi?"

Umi mengingatkan bagaimana saat itu Rio baru pertama kali memiliki kekasih, sehingga waktunya dihabiskan berdua.

Saat itu, Rio dan Nisa baru aja menjalani hubungan sebagai kekasih.Rio sudah tak peduli lagi dengan Iwan dan Isti yang selalu menemani selama ini.Isti sempat marah dan cemburu, dan beberapa Minggu tak berkunjung ke rumah seperti biasanya.Alhasil Uminya tahu dengan sendirinya, dan menghukum anaknya.

"Kalo kamu ga bisa melindungi mereka, ga usah pacaran!" Ucap Umi saat itu.Isti hanya takut kehilangan sosok Rio sebagai kakaknya, yang sering mengantar dan menjemput kemana Isti mau.

Akhirnya Isti dan Rio memilih hari khusus untuk mereka, seminggu sekali, menghabiskan waktu bersama.

Namun tak berselang lama, Isti sadar bahwa dia hanya mengalami brother-sister complex.Dia membebaskan Rio, tak membuat hari khusus lagi.

Setelah mendapat wejangan dan omelan panjang lebar, Isti pamit dan minta restu ke Umi dan Abah.Sambil sesenggukan Umi masih memeluk Isti.

"Rio... kamu harus cepat nikah" 

"Umi!" Pekik Rio

"Umi ga mau belanja ke mall sendiri, selama belum nikah, kamu yang temani Umi ke mall."

"Umi apaan ya? Itu penyiksaan!" Rio mengomel.

"Terserah! Cariin mantu atau kamu ke mall sama Umi!" Perintah Umi sambil terus mengelus rambut Isti yang masih dipeluknya.

Isti terus terkekeh dalam pelukan Umi yang kalo ngomong seenaknya.

Memang selama ini, Isti yang menemani Umi ke mall.

Tentu gadis itu sangat senang jika di ajak ke Mall, karena dia pulang tanpa tangan kosong, selalu ada saja yang dibeli oleh Umi untuknya.

**********

'Selamat tinggal Surabaya...aku akan merindukanmu' batin Isti yang pesawatnya sudah lepas landas.

1 jam kemudian.

Sambil menunggu jemputan, Isti menyalakan ponselnya.

To Aji :Aku sudah di Banjarmasin, aku selalu berdoa semoga kita selalu bahagia.Jangan menghubungi aku, aku yang akan menghubungi kamu.

Tak lama Isti mematikan ponselnya dan mengotak atik.
Dia menghubungi seseorang.

ma Isti : Hallo...

Isti : ma...ini nomor baru Isti, jangan telpon ke nomor yang lama ya...

ma Isti : kenapa ganti?

Isti : supaya Isti konsen kerja ma...jangan kasih tau nomor ini ke teman-teman, cukup mama Iwan papa dan keluarga yang tahu nomor ini...tolong ya ma...

ma Isti : iya... pokoknya kamu ati ati ya nak...

Isti : iya ma...
Hubungan telepon terputus.

Tak lama ada seseorang membawa papan bertuliskan namanya, Isti menghampiri dan ternyata memang benar dari perusahaan tempat dia bekerja.

Mobil pun melaju ke tempat Isti bekerja.

#4 CINTA YANG BERLIKU (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang